Dubai Bangun Mal Terbesar Senilai Rp28 Triliun

Minggu, 24 Maret 2019 - 07:52 WIB
Dubai Bangun Mal Terbesar Senilai Rp28 Triliun
Dubai Bangun Mal Terbesar Senilai Rp28 Triliun
A A A
DUBAI - Rencana pembangunan ritel berteknologi tinggi telah dibuka di Dubai, Uni Emirates Arab (UEA), baru-baru ini. Dubai Square diestimasi akan menghabiskan dana hingga USD2 miliar (Rp28 triliun, kurs 14.164/USD). Megamal sebesar 100 lapangan sepak bola itu akan menjadi ritel terbesar di dunia.

Dubai Square akan berada di atas lahan seluas 8 juta kaki persegi, dua kali lebih besar daripada Dubai Mall, dan akan menjadi area pecinan terbesar di Timur Tengah. Ground floor Dubai Square akan dikhususkan untuk tempat konser musik atau teater dengan teknologi canggih seperti 3D projection mapping.

“Dubai Square menembus batas ritel modern dan tempat untuk bersantai dengan menggunakan teknologi generasi masa depan,” ungkap Emaar Properties yang juga mengembangkan Dubai Creek Harbour bersama Dubai Holding seperti dikutip cnn.com. “Mal ini dirancang untuk era digital yang terkoneksi,” tambahnya.

Fitur lain di dalam Dubai Square meliputi ruang ganti VIP, ruang uji coba smart dengan cermin interaktif, dan koleksi busana yang beragam. Gaya omnichannel yang menghubungkan toko fisik dan digital akan dilengkapi dengan teknologi baru. Pembayaran dapat dilakukan melalui smartphone, komputer, atau meja kasir.

“Pengalaman berbelanja akan berbeda dari sebelumnya karena pelanggan dapat menggunakan aplikasi mobile, aplikasi barcode, dan identifikasi frekuensi radio,” ungkap Emaar Properties. Meski dirancang untuk umum, seluruh teknologi era baru itu dipasang untuk menangkap pasar milenial yang sangat melek teknologi.

Emaar Properties menyadari generasi saat ini telah mendorong terciptanya revolusi baru di Dubai, tak terkecuali di pusat perbelanjaan. Ahli ritel Nicolas Rubeiz mengatakan Timur Tengah merupakan target pasar potensial mengingat struktur demografinya unik. Angka kelahiran anak dan populasi remajanya amat tinggi.

“Hampir separuh penduduk negara Timur Tengah berusia di bawah 25 tahun. Banyak dari mereka yang memahami teknologi. Hal ini akan menjadi potensi pasar yang besar dalam dua dekade ke depan,” ujar Rubeiz. Pembangunan Dubai Square juga menunjukkan bisnis ritel konvensional di Dubai masih menjanjikan.

Namun, pada 2017, angka penjualan di Dubai melambat. Euromonitor International melaporkan angka pertumbuhan tahunan untuk ritel konvensional di Dubai anjlok secara signifikan sebesar 1,4% bila dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Meski demikian mereka memprediksi angka itu akan kembali pulih tahun ini.

“Penurunan itu tidak membuat Dubai was-was. Sebagian mal berhasil meraih hasil yang memuaskan meski sebagian lainnya harus berjuang keras,” kata Rubeiz. CBRE juga melaporkan pada awal tahun ini Dubai menjadi wilayah dengan penetrasi ritel internasional tertinggi bila dibandingkan dengan kota lain di dunia.

Para ahli mengatakan, meski pasar ritel konvensional sedang berada di bawah tekanan, masa depannya masih cerah. Hal ini didorong kuat oleh dukungan konsumen yang masih menyukai keramahan selama berbelanja. Selain itu Dubai diyakini akan kebanjiran pengunjung saat menjadi tuan rumah Dubai World Expo 2020.

“Secara personal, saya tidak melihat bisnis ritel di Dubai sedang meredup,” ujar Rubeiz. “Orang mungkin optimistis melihat kota seperti Singapura dan Hong Kong serta pesimistis melihat Dubai karena merupakan kota baru. Tapi di sini saya kira terjadi kesalahpahaman karena Dubai merupakan kota yang berpikir ke depan,” sebutnya.(Muh Shamil)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3761 seconds (0.1#10.140)