Robin Hutson: Bangun Hotel Baru di Tengah Tantangan Brexit

Jum'at, 05 April 2019 - 12:55 WIB
Robin Hutson: Bangun Hotel Baru di Tengah Tantangan Brexit
Robin Hutson: Bangun Hotel Baru di Tengah Tantangan Brexit
A A A
MENDIRIKAN hotel-hotel baru di Inggris saat negara itu hendak keluar dari Uni Eropa (Brexit) bukan sesuatu yang mudah. Meski demikian, Pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Home Grown Hotels dan Lime Wood Group Robin Hutson, memiliki strateginya sendiri.

Dua grup hotel itu merupakan koleksi sejumlah hotel, restoran, dan pondok penginapan mewah yang fokus pada autentitas dan informalitas desain, makanan, dan layanan. Dimulai pada 2009 dengan membuka Lime Wood, Robin Hutson menciptakan sesuatu yang berbeda bagi para tamu hotel dan restorannya.

Dia ingin para tamunya merasa di rumah di mana pun mereka berada, mulai New Forest yang damai hingga pemandangan pegunungan menakjubkan Courchevel Moriond dan pantai mengesankan Studland Bay di Dorset. Hotel-hotel yang dikelola Lime Wood Group sebagian besar memiliki peringkat bintang lima dan merupakan hotel-hotel ternama di Inggris.

Restoran di Lime Wood, Hartnett Hol der & Co merupakan perusahaan patungan antara chef Angela Hartnett dan Luke Holder dan menawarkan makanan yang berkualitas tertinggi di negeri itu. Robin juga mengelola hotel di kawasan ski, Portetta di Alpina Prancis di Courchevel Moriond dan empat Mountain Lodges yang mewah di Belvedere. Semua itu menambah dimensi Eropa pada grup hotel yang dikelola Robin.

Home Grown Hotels pun menjadi grup hotel yang paling banyak dibicarakan orang dalam beberapa tahun terakhir. The Pig yang dikelola Home Grown Hotels disebut sebagai restoran dengan kamar-kamar dan taman dapur.

Konsep itu diciptakan Robin pada 2011 dan diakui banyak pihak hingga mendapat banyak penghargaan dalam industri hotel dan restoran. Grup itu memiliki enam hotel dengan tambahan baru dari yang pertama The Pig. Beberapa hotel baru itu adalah The Pig dekat Bath, The Pig di pantai, The Pig di Combe, dan The Pig di Bridge Place, dengan dua The Pig baru dibuka pada 2020.

“Kami menekankan filosofi sangat sederhana dan jujur untuk hanya menggunakan produk yang dapat kami tanam sendiri di kebun dapur atau sumber dalam jarak 25 mil, restoran-restoran kami dengan kamar-kamar merupakan rumah tempat menanam,” ungkap Robin.

Menurut Robin, semua hotel The Pig memiliki identitas sendiri dan semua memiliki kebun dapur yang dikelola dengan sangat baik.

“Komitmen obsesif untuk menanam di rumah dan produk lokal berarti kami dapat menyambut berbagai musim dan hanya menggunakan apa yang segar dan tersedia untuk kami,” ucapnya.

Robin menuturkan, para chef, tukang kebun dapur, dan pegawai di hotelnya bekerja keras menciptakan menu yang tidak rumit dan makanan kebun Inggris yang sederhana, benar-benar musim-musim mikro yang menekankan pada rasa yang segar dan bersih.

Editor majalah Boutique Hotelier, Zoe Monk menyatakan, rahasia kesuksesan Robin adalah kemampuannya mengetahui ke mana pasar mengarah dan mengidentifikasi peluang dalam sektor hospitality. “Dia menciptakan tren dan pengalaman yang membawa pada pola pikir baru setelah mengetahui apa yang hilang dari pasar mainstream,” tutur Monk.

Tahun lalu, majalah The Caterer menempatkan Robin sebagai pebisnis hotel paling berpengaruh nomor dua di Inggris. Melihat ke depan, editor The Caterer, Chris Gamm, menjelaskan bahwa Robin dan para pemilik hotel lainnya mungkin menghadapi kesulitan rekrutmen akibat Brexit.

“Tantangan utama industri yang dihadapi sekarang adalah rekrutmen dan mempertahankan staf yang cukup, yang akan sulit bagi Robin karena dia dalam proses membuka hotel-hotel baru,” papar Gamm.

Robin sepakat bahwa Brexit mengkhawatirkan. “Semua orang dalam industri hospitality khawatir bagaimana mempertahankan karyawan. Dalam industri ini kami sangat bergantung pada banyak pekerja dari luar Inggris. Sekitar 25% dari 700 pegawai kami bukan warga Inggris,” kata Robin.

Demi masa depan jaringan The Pig dan bisnis hotel lain miliknya, Lime Wood Group, dia mempertahankan aspirasinya tetap terjaga. “Saya tidak memiliki ambisi untuk membuat 50 jaringan hotel yang kuat. Itu bukan target saya. Saya tidak tahu berapa banyak lagi yang akan saya buka. Hotel itu harus menjadi properti yang tepat dan memiliki lokasi yantg tepat,” tutur Robin yang pada Desember lalu mengendarai sepeda motor sejauh 7.000 km melintasi Cile dan Argentina. (Syarifudin)

(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5518 seconds (0.1#10.140)