Memenuhi Kebutuhan Tenaga Kerja pada Era Digital

Minggu, 14 April 2019 - 11:03 WIB
Memenuhi Kebutuhan Tenaga Kerja pada Era Digital
Memenuhi Kebutuhan Tenaga Kerja pada Era Digital
A A A
JAKARTA - Revolusi industri 4.0 yang terjadi di dunia termasuk Indonesia memberi dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi.

Saat ini transaksi industri digital di Indonesia sudah USD27 miliar dan ditargetkan menembus USD100 miliar pada 2025. Industri digital memang menjadi salah satu ujung tombak pertumbuhan ekonomi Indonesia, tapi kini memiliki masalah yang cukup memprihatinkan.

Indonesia justru kekurangan talenta terbaik di bidang ini.Indonesia boleh saja menjadi pengguna internet yang besar di dunia. Namun, sangat disayangkan ternyata tidak diikuti peningkatan jumlah profesional di sektor industri digital.

Hal ini dapat menjadi ancaman ekonomi digital Indonesia. Dengan demikian, dibutuhkan calon-calon talenta baru dari para generasi muda. Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menyatakan, kebutuhan tenaga kerja di bidang teknologi informasi (TI) di industri digital ratusan ribu.

Sementara yang sudah terpenuhi baru 60-70%, sisanya perusahaan digital besar ataupun yang baru merintis masih mencari tenaga TI.

“Revolusi 4.0 ini membuat banyak disrupsi yang terjadi di banyak pekerjaan. Kami ingin mengenalkan kepada generasi milenial apa saja pekerjaan di masa depan yang tidak rentan karena sudah sesuai memenuhi kebutuhan pada era revolusi 4.0,” kata Untung di Jakarta akhir pekan ini.

Untung juga mengingatkan agar generasi muda segera mengembangkan diri sesuai kebutuhan masa kini yang condong pada sektor digital. Profesi seperti data analyst, SEO specialist, social media manager, product manager, database administrator, behavior scientist merupakan sejumlah pekerjaan pada industri digital sudah seharusnya mulai dilirik.

Pemerintah pun sepakat jika pekerjaan di industri digital harus terus dikenalkan kepada generasi muda untuk pilihan pekerjaan di masa depan. Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kemenko Bidang Perekonomian, Mira Tayyiba mengapresiasi langkah mengedukasi masyarakat banyak potensi pekerjaan di industri digital.

Mira menjelaskan, pada 2019 pemerintah menerapkan sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas utama. Tidak lagi seperti dulu yang bergantung pada sumber daya alam. Harga komoditas di global yang fluktuatif dan terus terjadi perang dagang sering berdampak bagi perekonomian Indonesia.

“Jumlah masyarakat produktif di Indonesia sampai 2065 berkisar 68% dari total masyarakat sehingga SDM paling berpotensi menjadi sumber pertumbuhan baru. Ke depannya ide, kreativitas, inovasi yang akan ditumbuhkan,” ujarnya.

Tantangan pemerintah kini menjamin SDM terutama mereka yang pekerjaannya terotomasi akibat revolusi 4.0. Bagi pekerja yang tidak kehilangan pekerjaan, mereka akan terus dikembangkan kapasitas agar relevan dengan masa depan.

Pemerintah juga peka terhadap jenis pekerjaan baru, mengerti kualifikasi pekerjaan tersebut sehingga dapat menyiapkan sistem pendidikan yang menyesuaikan dengan kebutuhan industri digital. Mira menyebut, pengangguran muda meningkat pada 2014-2018 salah satunya karena tidak sesuainya lulusan SMK dan universitas dengan kebutuhan industri.

Dia menilai yang harus diperbaiki segera ialah kurikulum yang cocok. Anak muda harus punya soft skill seperti pemikiran logis, penyelesaian masalah, gigih, dan terus ingin beradaptasi dengan segala perubahan.

“Soft skill itu sangat perlu, terutama logis. Kurikulum teknologi informasi kompetensi bukan hanya bagaimana cara menggunakan komputer, tapi dikenalkan coding. Anak SD dikenalkan coding bisa dilatih berpikir ter struktur karena bahas pemrograman sangat terstruktur,” ungkapnya.

Pemerintah memiliki program untuk talenta di industri digital dengan road map kebijakan pengembangan vokasi di SMK. Kini sudah dilakukan pilot project di sembilan daerah. Provinsi Jawa Timur, SMKN 4 Malang dan SMKN 11 Malang dipilih menjadi pilot project pertama dalam pengembangan SDM bidang ekonomi digital ini.

SMKN 4 dan 11 Malang sudah memiliki jurusan-jurusan sejalan dengan perkembangan tren global, seperti jurusan Animasi, Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik Komputer & Jaringan dan Mekatronik.

Talent digital dengan keahlian seperti desainer 3D, animator, front end programmer, dan mobile application programmer, dapat dihasilkan dari lulusan SMK. Selain program vokasi yang menjadi bagian dari revitalisasi SMK, Mira juga menyebut dibutuhkan pola kerja sama seperti magang di perusahaan digital.

“Industri sangat terbuka dengan magang namun ada keluhan dari mereka, yakni waktu magang yang sebentar hanya tiga bulan. Untuk mengembangkan pemrograman, paling tidak harus enam bulan,“ ungkapnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui SMK sebagai lembaga pendidikan yang langsung mencetak tenaga kerja mengaku siap untuk masuk revolusi 4.0. Sebab, revitalisasi SMK telah dilakukan sejumlah program dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan industri digital.

Kepala Subdit Penyelarasan Kejuruan dan Kerja Sama Industri Kemendikbud Saryadi Guyatno menjelaskan, jurusan ditambah di SMK yang sesuai dengan sektor ekonomi digital. Jurusan tersebut adalah rekayasa perangkat lunak, teknik komputer dan jaringan, multimedia, animasi, dan bisnis daring jurusan yang disempurnakan agar sesuai dengan sektor bisnis digital.

“Penyusunan kurikulum ditetapkan oleh industri kemudian masing-masing sekolah diberi keleluasaan untuk penyesuaian. Namanya kurikulum implementatif, disesuaikan oleh industri yang menjadi mitra,” ujarnya.

Di sektor konvensional, seperti Astra Honda Motor yang sudah menjadi mitra di banyak SMK. Jadi, bengkel resmi mereka tidak pernah sulit mencari tenaga kerja karena menyerap langsung dari SMK. Saryadi menambahkan, di sektor digital baru satu perusahaan e-commerce yang bermitra dengan SMK.

Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) juga tidak mau kalah dalam menyiapkan talenta di dunia digital yang sangat berpotensi bagi generasi muda. Staf khusus Menteri Komunikasi dan Informasi Lis Sutjiati menjelaskan, pada 2030 akan ada 30 juta kebutuhan tenaga kerja di bidang TI di Indonesia.

Sementara setiap tahunnya industri digital membutuhkan 600.000. Kemenkominfo memiliki target untuk menghasilkan talenta digital pada 2019 sebanyak 20.000. Masih jauh dari kebutuhan, tapi harus dimulai dari sekarang melalu beasiswa Digital Talent.

“Modelnya public private partnership . Kurikulumnya kami minta dari mitra global yang memang merekrut tenaga digital, seperti IBM, Cisco, dan AWS. Saat ini sudah bekerja sama dengan 28 universitas yang menyediakan guru-gurunya,” ungkap Lis.

Lis menegaskan, program ini merupakan terobosan yang dilakukan Kemenkominfo yang menghabiskan anggaran Rp7,5 miliar pada 2018 dan untuk tahun ini meningkat menjadi Rp145 miliar. Berdialog dengan Kemendikbud agar beasiswa ini dapat berjalan sesuai tujuan.

Berjalan sejak tahun lalu sudah menghasilkan 1.000 lulusan, target 20.000 orang tahun ini sehingga akan membuka pendaftaran hingga 25.000 orang. Idealnya pelajaran coding harus jadi kurikulum utama saat anak di bangku SD.

“Menjadi pelajaran wajib seperti matematika, tapi tantangannya menyiapkan guru yang dapat mengajar coding. Sistem sekarang masih sulit, program ke depan bersama Kemendikbud diharapkan akan terwujud,” ungkap Lis. (Ananda Nararya)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5767 seconds (0.1#10.140)