Harga Minyak Mentah Dunia Menguat di Tengah Ancaman AS

Senin, 22 April 2019 - 10:08 WIB
Harga Minyak Mentah Dunia Menguat di Tengah Ancaman AS
Harga Minyak Mentah Dunia Menguat di Tengah Ancaman AS
A A A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia pada perdagangan, Senin (22/4/2019) menguat sekitar 1% untuk tembus level tertinggi sejak November, lalu. Dorongan datang dari laporan yang menyebutkan Amerika Serikat (AS) tengah mempersiapkan untuk menjatuhkan sanksi kepada semua pengimpor minyak dari Iran.

Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan pada posisi USD72,70 per barel atau mengalami peningkatan hingga 1% dari penutupan terakhir serta menyentuh level tertinggi pada November 2018. Tren positif juga dicetak harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) yang berada di level USD64,70 per barel atau lebih tinggi 1% dari sesi sebelumnya.

Di sisi lain Amerika Serikat sedang bersiap-siap untuk mengumumkan pada awal pekan hari ini bahwa semua pembeli minyak Iran harus mengakhiri impor mereka atau harus tunduk terhadap sanksi AS, seperti disampaikan kolumnis Washington Post pada hari akhir pekan kemarin. Sementara itu laporan tersebut belum dapat diverifikasi
secara independen, dimana seorang juru bicara Departemen negara menolak untuk berkomentar.

Seperti diketahui AS telah menjatuhkan sanksi pada bulan November pada ekspor minyak Iran setelah Presiden Donald Trump secara sepihak menghentikan kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia. Namun Washington memberikan keringanan terhadap delapan pembeli utama minyak Iran yang sebagian besar berasal dari wilayah Asia, dimana kelonggaran tersebut memungkinkan mereka tetap membeli secara terbatas selama setengah tahun.

Akan tetapi kabar terbaru datang di tengah pasar minyak yang sudah relatif ketat. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan mengumumkan "bahwa pada tanggal 2 Mei, Departemen luar negeri tidak akan lagi memberikan sanksi keringanan ke negara yang saat ini mengimpor minyak mentah dari Iran atau kondensat", seperti ditulis kolumnis Post Josh Rogin yang mengutip dua pejabat departemen luar negeri yang tidak ingin disebutkan namanya.

"Jalan tanpa perlawanan tetap lebih tinggi (untuk harga minyak)," kata Stephen Innes, kepala perdagangan di SPI Asset Management, merujuk ke pemotongan pasokan Saudi ditambah penurunan dalam jumlah rig AS dan gangguan produksi dari Libya ke Venezuela sebagai alasan untuk pasar yang ketat.

Perusahaan energi AS minggu lalu mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi omuntuk 825, seperti disampaikan General Electric Co Baker Hughes sebuah perusahaan jasa energi dalam laporan mingguan pada hari Kamis.

Di luar Amerika Serikat, organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) telah memimpin pemotongan pasokan sejak awal tahun bertujuan untuk mengencangkan pasar minyak global dan menopang harga minyak mentah. Harga Brent meningkat lebih dari sepertiga tahun ini, sementara WTI telah naik lebih dari 40% pada periode yang sama.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3935 seconds (0.1#10.140)