Menteri Susi Paparkan Kondisi Ikan dengan Nilai Ekspor Tinggi

Sabtu, 27 April 2019 - 12:17 WIB
Menteri Susi Paparkan Kondisi Ikan dengan Nilai Ekspor Tinggi
Menteri Susi Paparkan Kondisi Ikan dengan Nilai Ekspor Tinggi
A A A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memaparkan, kondisi ikan seperti apa yang mempunyai nilai jual ekspor tertinggi sehingga mampu masuk pasar luar negeri. Pertama, menurutnya yang punya nilai jual tinggi yakni dalam keadaan segar, kemudian disusul added value product ikan beku, ikan kaleng, dan terakhir ikan asap, ikan pindang, dan ikan asin.

“Nilai tertinggi justru ikan yang tidak diapa-apakan (red-segar), tetapi harus menyajikannya sesegera mungkin dalam waktu 20 hingga 48 jam kepada pembeli," ujar Menteri Susi di Jakarta, Sabtu (27/4/2019).

Lebih lanjut Ia menerangkan, tidak hanya kebijakan mengusir kapal asing, tetapi juga mampu membuat Indonesia menjadi negara dengan neraca perdagangan perikanan nomor 1 di Asia Tenggara sejak 2015 lalu. Menurutnya, ekspor produk perikanan Indonesia juga konsisten meningkat setiap tahunnya.

“Kita sekarang pemasok nomor satu kepiting di Amerika, udang nomor dua. Sementara tuna akhirnya tahun ini kita menjadi supplier terbesar di dunia yang sebelumnya di Asia Tenggara saja tidak dihitung. Itu yang akhirnya membuat saya bangga karena sebelumnya kita juga tidak meramalkan bahwa penenggelaman kapal akan berdampak begitu besar,” katanya.

Tak cukup dengan pencapaian kedaulatan saja, Menteri Susi menilai setiap masyarakat harus memperhatikan pilar keberlanjutan. Sebagai renewable nature resources keberlanjutan sumber daya perikanan harus dijaga dengan tidak menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan (trawl, cantrang, dan sebagainya), menghentikan destructive fishing.

"Penangkapan yang merusak lingkungan (penggunaan bom, dinamit, portas, serta lainnya), dan menjaga stok di alam dengan tidak menangkap spesies dan jenis ikan dilarang dan dilindungi seperti halnya kepiting atau lobster bertelur," jelasnya.

Ia juga mendorong masyarakat termasuk perempuan untuk ikut serta dalam dunia bisnis namun harus tetap memperhatikan keberlanjutan. “Kadang-kadang pengusaha pikir peraturan ini bikin susah mereka. Padahal justru kita mempertahankan keberlanjutan bisnis dan mengupayakan bisnis bertahan dalam jangka panjang,” paparnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4012 seconds (0.1#10.140)