Neraca Dagang Anjlok, Bagaimana Nasib Perekonomian Indonesia?

Rabu, 15 Mei 2019 - 22:20 WIB
Neraca Dagang Anjlok, Bagaimana Nasib Perekonomian Indonesia?
Neraca Dagang Anjlok, Bagaimana Nasib Perekonomian Indonesia?
A A A
JAKARTA - Anjloknya neraca perdagangan Indonesia yang mencapai defisit USD2,50 miliar, sangat memprihatinkan. Angka tersebut lebih buruk dari konsensus para ekonom yang memperkirakan defisit di titik USD497 juta. Hal ini mengakibatkan investor asing mulai menarik diri dari Indonesia.

Menanggapi kondisi neraca perdagangan yang meresahkan, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, berpendapat melebarnya neraca dagang akan berpengaruh terhadap melebarnya defisit transaksi berjalan.

"Jika sudah seperti ini, tentu potensi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin besar seperti yang terjadi tahun lalu," di Jakarta pada Rabu (15/5/2019).

Terkait defisit neraca dagang, Yusuf menilai akibat kombinasi antara lemahnya perdagangan global dan kebijakan pemerintah. "Masalah fundamental ekspor seperti diversifikasi produk ekspor, ketersediaan dan mahalnya bahan baku, negosiasi aturan baru di pasar lama dan mencari pasar baru masih menghambat kinerja ekspor Indonesia," tambahnya.

Yusuf melanjutkan, jika tidak ada langkah mitigasi, tentu akan berpengaruh pada kinerja neraca dagang yang akan akan berpengaruh ke defisit transaksi berjalan.

Menurut ekonom CORE ini, persepsi investor akan berkurang sehingga potensi capital outflow akan membesar yang kemudian akan menumbuhkan sentimen negatif.

"Untuk mengerem sentimen negatif, saya pikir langkah Bank Indonesia (BI) untuk menahan acuan suku bunga bisa dilanjutkan untuk kedepannya. Operasi pasar BI perlu ditingkatkan," imbuhnya.

Yusuf menambahkan, insentif investasi portofolio hold dana lebih lama di Indonesia juga bisa dipertimbangkan.

Untuk jalan keluar dari kondisi defisit ini, Yusuf menyarankan penggenjotan pariwisata bisa dipertimbangkan untuk memperkecil defisit transaksi berjalan melalui neraca jasa.

"Kita juga perlu mencari celah di tengah perang dagang AS dan China. Vietnam saja bisa mengambil celah ini, kita pun harus bisa mengambil posisi terhadap hal yang sama," tutupnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6997 seconds (0.1#10.140)