Investasi Diyakini Tumbuh Dua Digit

Rabu, 19 Juni 2019 - 12:59 WIB
Investasi Diyakini Tumbuh Dua Digit
Investasi Diyakini Tumbuh Dua Digit
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan investasi pada tahun ini bisa tumbuh dua digit. Capaian tersebut akan mengulang masa kejayaan investasi di Indonesia pada 2017.

Seperti diketahui, pada tahun 2018 investasi di Indonesia hanya tumbuh sebesar 4,1%. Hal tersebut menurun dibanding 2017 dan tahun sebelumnya yang berada di level dua digit.

"Prediksi saya untuk full year 2019 PMA (Penanaman Modal Asing) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pertumbuhannya kembali ke double digit," ujar dia di Gedung BKPM Jakarta, kemarin.

Dia menuturkan, aspek-aspek positif dari ekonomi Indonesia harus tetap dijaga oleh pemerintah secara maksimal. Seperti konsumsi masyarakat yang belakangan ini masih agak lemah. "Ekspor masih sulit meskipun saya juga melihat potensi dari perang dagang, maka ekspor kita bisa kembali meningkat karena relokasi produksi. Maka prospeknya cukup baik," kata dia.

Dia menambahkan, Pemerintah saat ini terus menggenjot terus pemberian insentif kepada investor dengan adanya insentif pajak, yang dalam waktu dekat ini akan diberikan adalah super deduction tax yang akan menjadi terobosan baru. "Jadi, bulan-bulan ini tim ekonomi fokus dan mulai merumuskan gagasan-gagasan baru untuk bisa mendorong secara signifikan," jelasnya.

Lebih lanjut Lembong menjelaskan, pascaPemilu, realisasi investasi mulai menumbuh. Terlepas dari sosok calon presiden dan calon wakil presiden, pada hakikatnya investor menyukai stabilitas dan kontinuitas.

"Investor menanggapi sangat baik atas hasil Pemilu. Setelah Pemilu, banyak yang menanyakan dan berminat investasi di berbagai kawasan. Mereka mencari tahu kepada BKPM soal peluang investasi, arah kebijakan, dan terobosan yang bisa diantisipasi di periode kedua Presiden Joko Widodo," ujar Lembong.

Sementara itu, dari segi internasional, Lembong menuturkan, Indonesia merasakan mengetatnya likuiditas pasar uang dan pasar modal sebagai imbas dari perang dagang AS-China. Karena investor cenderung menarik dana mereka dan diparkir ke dalam aset aman (safe haven) sehingga dolar menjadi mahal dan langka.

Meskipun demikian, kata dia, dengan kondisi Indonesia yang mulai ke arah stabil, BKPM optimistis bahwa investasi asing secara langsung (foreign direct investment/FDI) akan terus meningkat. "Akibat perang dagang, banyak industri yang ingin merelokasi pabriknya dari China ke kawasan lain, termasuk Indonesia," ungkapnya.

Terpisah, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, potensi pertumbuhan investasi dikisaran dua digit tahun ini bisa tercapai apabila Indonesia terus memperbaiki daya saing investasi.

"Kalau terus memperbaiki daya saing investasi terutama aspek kemudahan dan kemurahan biaya investasi di Indonesia maka potensi tumbuh double digit ada," paparnya.

Menurut Eko, sekarang hampir semua negara berkembang memperbaiki iklim investasinya untuk dapat menerima limpahan peralihan investasi dari Amerika Serikat dan China. Sejauh ini, Vietnam dan Malaysia lebih unggul dalam memanfaatkan situasi perang dagang. "Oleh karena itu, Indonesia juga harus mengejar investasi agar tetap mendapat dampak positif di tengah perang dagang tersebut," tuturnya. (Oktiani Endarwati/Okezone/Sindonews)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3887 seconds (0.1#10.140)