Tiga Komoditas Mamin Indonesia Curi Perhatian di New York

Kamis, 04 Juli 2019 - 06:34 WIB
Tiga Komoditas Mamin Indonesia Curi Perhatian di New York
Tiga Komoditas Mamin Indonesia Curi Perhatian di New York
A A A
JAKARTA - Sebanyak tiga komoditas makanan dan minuman (mamin) Indonesia berhasil mencuri perhatian pengunjung pameran Summer Fancy Food Show (SFFS) yang berlangsung pada 23-25 Juni 2019 di Javits Convention Center, New York, Amerika Serikat (AS). SFFS merupakan pameran mamin terbesar produk specialty food di Amerika Utara.

"Ketiga komoditas mamin tersebut adalah mi instan pedas dari PT ABC President Indonesia, keripik ubi ungu dari Jans Enterprises Corp, dan kopi specialty dari Javanese Coffee. Dalam pameran SFFS 2019, tiga komoditas diperkirakan membukukan transaksi potensial hingga USD2,93 juta," ujar Atase Perdagangan Indonesia di Washington DC, Reza Pahlevi.

Mi instan produk PT ABC President merupakan mi instan yang kaya akan cita rasa dan cocok bagi para penyuka makanan pedas di Amerika Serikat.

Keripik ubi ungu produksi Jans Enterprise merupakan pemenang penghargaan Specialty Outstanding Food Innovation (SOFI) Awards 2018 kategori makanan ringan hadir kembali pada pameran tersebut. Selain keripik ubi ungu, Jans Enterprises Corp juga menghadirkan aneka camilan, keripik, biskuit, wafer, dan jus buah.

Selain itu, kopi specialty asal Jawa Barat produk Javanese Coffee juga tampil bersama produk rempahrempah asal Indonesia yang akan didistribusikan di pasar Negeri Paman Sam.

Ketiga perusahaan tersebut menampilkan produk-produknya di Paviliun Indonesia yang mengusung tema "Remarkable Indonesian Food". Keikutsertaan Indonesia dalam pameran ini merupakan sinergi antara pemerintah melalui KBRI Washington DC (Atase Perdagangan, Atase Pertanian), Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Chicago, dan ITPC Los Angeles; dengan para pelaku usaha.

"Pasar specialty food di AS masih sangat menjanjikan untuk produk mamin premium Indonesia. Pasar mamin specialty AS yang hampir sebesar USD150 miliar merupakan peluang besar bagi produk Indonesia," jelas Reza dalam keterangan yang diterima SINDOnews di Jakarta, Rabu (3/7/2019).

Pameran ini menampilkan sekitar 200 ribu produk, diikuti 2.600 perusahaan, dan dikunjungi lebih dari 25 ribu orang. Para pengunjung pameran merupakan bagian dari industri mamin specialty dunia.

Specialty food merupakan produk mamin khas dengan nilai premium, diproduksi menggunakan bahan baku berkualitas seperti produk organik, artisan, bebas gluten, dan bebas rekayasa genetik.

Riset SFA tahun 2019 menunjukkan nilai penjualan ritel pasar specialty food di AS tahun 2018 mencapai USD148,7 miliar dengan tingkat pertumbuhan signifikan sebesar 9,8%. Nilai ini melebihi tingkat pertumbuhan jenis makanan dan minuman lainnya.

Nilai penjualan ritel urutan pertama ditempati oleh keju dengan nilai pangsa USD4,1 miliar, disusul oleh daging hewan beku (termasuk seafood) dengan nilai pangsa USD3,9 miliar, dan makanan kudapan ringan (keripik dan camilan).

Menariknya, permintaan akan produk mamin specialty terus meningkat, bahkan dengan harga premium. Hal itu dikarenakan kesadaran konsumen AS akan produk yang sehat semakin tumbuh dengan mengedepankan pelestarian lingkungan (sustainability), kisah di balik suatu produk (food story), dan pemberdayaan masyarakat.

"Meskipun kebutuhan biaya untuk memproduksi produk mamin specialty relatif lebih tinggi dibandingkan produk mamin secara umum, tetapi konsumen AS bersedia membeli dengan harga premium. Peluangnya ada, terlebih dengan memanfaatkan kesempatan dari perang dagang antara AS dan China," terang Reza.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5882 seconds (0.1#10.140)