Langkah Pemerintah Dinilai Bakal Matikan Ribuan Agen Travel

Rabu, 17 Juli 2019 - 08:02 WIB
Langkah Pemerintah Dinilai Bakal Matikan Ribuan Agen Travel
Langkah Pemerintah Dinilai Bakal Matikan Ribuan Agen Travel
A A A
JAKARTA - Rencana Menteri Komunikasi dan Informartika (Menkominfo) Rudiantara melakukan pengembangan startup aplikasi umrah digital yang digarap bersama antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi membuat para agen travel ketar-ketir. Usaha mereka terancam meredup bahkan gulung tikar karena pemerintah menggadeng dua raksasa e-commerce, yakni Tokopedia dan Traveloka.

Para agen travel juga menilai bentuk kerja sama Indonesia-Saudi ini menyalahi Undang-Undang (UU) No 8/2019 tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Sebelum rencana ini benar-benar berjalan, para agen yang tergabung dalam Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) dan Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) ingin masalah ini segera dituntaskan.

Dalam waktu dekat mereka akan bertemu dengan Kementerian Kominfo dan Kementerian Agama (Kemenag). Nota kesepahaman (MoU) kerja sama digitalisasi umrah antara Indonesia-Saudi ini telah diteken di Riyadh pada 4 Juli lalu. Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menkominfo Rudiantara, sedang dan Arab Saudi diwakili oleh Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Abdullah Alswaha.

Kendati memicu keresahan kalangan agen travel, pemerintah meyakinkan tidak akan ada yang dirugikan dengan kerja sama ini. Kehadiran Tokopedia dan Traveloka justru dinilai memberikan pilihan kepada masyarakat yang ingin mendapatkan layanan umrah versi online atau nonretail. Namun para agen travel tetap menilai kehadiran aplikasi layanan umrah digital ini akan memastikan ribuan penyelenggara umrah.

Direktur Eksekutif AMPHURI Ali Basuki Rochmad mengakui digitalisasi adalah keniscayaan. Namun alih-alih mendorong unicorn Tokopedia dan Traveloka untuk jualan umrah, Kominfo lebih baik memfasilitasi penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) untuk goes digital. “Jumlah PPIU saat ini banyak, lebih dari 1.000 travel," kata dia, kemarin.

Dia menegaskan, asosiasi siap melayangkan protes atas rencana digitalisasi umrah ini ke Kominfo. "Protes tertulis belum karena AMPHURI masih mencari surat resmi atau tertulis Kominfo tentang penunjukan dua e-commerce tersebut," ujar Ali.

Sekretaris Jenderal Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh) Ali Mohammad Amin mengungkapkan, rencana pengembangan Traveloka dan Tokopedia dengan merambah jasa perjalanan umrah bakal memberatkan agen travel konvesional. "Sebelum mematikan agen travel konvensional, mestinya Pak Menteri Rudiantara harus membaca aturan," ujar Amin.

Menurut dia, pemerintah harus konsisten mematuhi undang-undang dan jangan mengorbankan perusahaan kecil untuk mengambil keuntungan. "Inikan UU yang dibuat dan jangan memberikan contoh yang buruk apalagi sudah disahkan di beberapa waktu lalu," tuturnya. Amin mendesak memintah pemerintah agar lebih bijak dalam mengambil keputusan. "Kan agen travel konvesional kita masih kecil, janganlah dikorbankan," ucapnya.

Menkominfo Rudiantara memastikan bahwa pengembangan startup aplikasi umrah digital yang tidak akan mengganggu bisnis biro travel yang selama ini sudah berjalan. “Jadi tergantung pasarnya, ada pasar yang retail, ada yang nonretail. Tidak perlu khawatir,” ujar Rudiantara.

Harapannya, keberadaan startup ini semakin memudahkan jamaah Indonesia yang ingin melakukan perjalanan umrah termasuk pengurusan akomodasi, pemilihan fasilitas hingga pengurusan visa. Integrasi sistem mulai dari keuangan, perjalanan, hingga pengiriman barang akan menciptakan transparansi tata kelola umrah yang menguntungkan jamaah Indonesia.

Langkah ini juga mendorong terciptanya kompetisi yang sehat antarbiro travel umrah dalam menyediakan layanan yang maksimal bagi jamaah. Kekhawatiran para agen travel juga dijawab oleh co-founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison. Dia menegaskan bahwa kehadiran Tokopedia adalah untuk memberikan solusi yang end to end dengan mengumpulkan permasalahan terlebih dahulu.

Hal ini sejalan dengan visi misi Tokopedia yang ingin melakukan pemerataan pengusaha digital. “Tokopedia sejak awal selalu berpartner dengan berbagai pihak karena kita ingin maju bersama. Kita ingin membangun jembatan, bukan dinding penghalang,” tegas Leontinus.

Dalam implementasinya, Tokopedia akan bekerja bersama-sama dengan Traveloka melalui jalur Government to Government (G to G) maupun Business to Business (B to B) dengan pebisnis online di Arab Saudi. Pengembangan umrah digital akan fokus pada tiga aspek yang bisa diefisiensikan dengan mengimplementasikan teknologi dan membangun partnership dengan pihak lain. “Kita akan mengembangkan pengalaman mulai dari pre-departure atau persiapan di Indonesia, kemudian saat mereka tiba di sini (Arab Saudi), dan setelah selesai umrah,” ungkap Leontinus.

Umrah digital ini diklaim bisa menjadi pilihan alternatif biro travel yang memberikan jaminan keamaan dan kenyamanan. Selama ini tantangan pengelolaan umrah dengan minat jamaah yang besar adalah masih adanya biro travel yang tidak bertanggung jawab dan melakukan penipuan. Umrah menjadi pangsa bisnis yang menarik. Pada 2018, sekitar 1 juta orang Indonesia tercatat melakukan perjalan umrah.

Bagi Saudi, pengembangan startup akan menguatkan diversifikasi ekonomi demi percepatan pencapaian visi Arab Saudi 2030. Salah satunya dengan menciptakan ruang inovasi dan investasi generasi muda Arab Saudi serta meningkatkan kompetensi di bidang industri digital yang melibatkan sektor UKM.

Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag Arfi Hatim mengatakan masih akan mengkaji dan mendalami masalah ini. "Kami akan mengoordinasikan dengan kementerian terkait," ucapnya. Dia mengamini kalau sudah ada asosiasi haji dan umrah yang melayangkan protes atas rencana digitalisasi umrah. Namun Arfi enggan menjawab apakah selama ini sudah ada komunikasi dari Kominfo ke Kemenag sehubungan rencana digitalisasi umrah di Indonesia.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4533 seconds (0.1#10.140)