Jokowi Diminta Selamatkan Industri Semen dari Gempuran Impor

Kamis, 18 Juli 2019 - 06:14 WIB
Jokowi Diminta Selamatkan Industri Semen dari Gempuran Impor
Jokowi Diminta Selamatkan Industri Semen dari Gempuran Impor
A A A
JAKARTA - Gempuran produk-produk impor yang demikian massif di Indonesia, membuat industri nasional pontang-panting. Kali ini adalah industri semen. Kondisi pasar semen domestik mengalami kelebihan pasokan sehingga tidak terserap akibat gencarnya semen asal China, yang menjual harga di bawah pasaran semen di Indonesia.

Karena itu, campur tangan dari pemerintah adalah tepat untuk melindungi industri semen dalam negeri. Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta untuk menyelamatkan industri semen nasional dari gempuran semen impor.

Anggota Badan Komunikasi Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan kondisi itu tidak boleh dibiarkan karena akan merugikan produk semen Indonesia.

"Pasar semen lokal dalam kondisi sangat memprihatinkan atau terancam bangkrut. Kenapa itu bisa terjadi? Karena ada kebijakan predatory pricing," ujar Andre Rosiade di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (17/7/2019).

Dia melanjutkan, investor semen China yakni semen Conch dengan sengaja menjual semen di Indonesia dengan harga merugi.

"Jadi industri semen lokal itu terancam karena semen asal China terindikasi menjual dengan menggunakan predatory pricing. Sehingga semen kita yang dimotori Semen Indonesia Grup, BUMN kita hancur berantakan," kata Andre.

Dia menambahkan, akibat kebijakan sepihak yang dilakukan semen Conch, berdampak langsung terhadap penjualan hingga produksi semen dalam negeri yang menurun. Dia pun memberikan contoh, harga semen asal China jauh berbeda dengan semen lokal yang bisa dilihat di situs jual beli online.

"Pabrik semen di Aceh, Semen Padang, Semen Baturaja, Semen Gresik, dan Semen Tonasa terpaksa menurunkan kapasitas produksinya, karena semen mereka tidak laku dan kalah bersaing. Akibat kebijakan semen Conch yang terindikasi menggunakan predatory pricing. Di situs jual beli online, harga semen lokal itu berkisar di Rp51 ribu per sak. Sedangkan semen asal China berkisar Rp34 ribu per sak," ujarnya.

Dia pun menduga ada agenda semen asal China ingin mengambil alih pasar semen di Indonesia dengan langkah awal menjual harga semennya di pasaran dengan predatory pricing. Jika mereka berhasil menghancurkan pasar perusahaan semen dalam negeri, menurutnya, tidak menutup kemungkinan nantinya perusahaan-perusahaan semen dalam negeri akan diambil alih perusahaan semen asal China.

"Mereka terindikasi ingin menghancurkan semen lokal. Setelah hancur, mereka akan take over industri semen dalam negeri. Dan ini membahayakan industri strategis kita yaitu industri semen," kata Andre.

Dia pun meminta kepada pemerintah, khususnya Presiden Jokowi memanggil beberapa menteri terkait dan segera melakukan langkah-langkah solutif agar bisa menyelamatkan produksi semen lokal. Bertujuan agar BUMN di sektor semen bisa menjadi salah satu fondasi ekonomi bangsa.

"Untuk itu, saya meminta pemerintah untuk segera melakukan langkah konkret menyelamatkan industri semen kita," ujarnya.

Apalagi, lanjut dia, asosiasi semen lokal sudah berkirim surat kepada Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto agar menghentikan dan melakukan moratorium pembangunan perusahaan semen baru dari investor luar. Disebabkan produksi semen lokal sudah over supply.

"Kita juga meminta kepada Menteri Perdagangan untuk menghentikan segala bentuk impor klinker (bahan utama pembuatan semen)," imbuhnya.

Andre juga meminta Presiden Jokowi memanggil Menteri BUMN Rini Soemarno karena dianggap tidak ada pembelaan terhadap semen Indonesia yang notabene merupakan BUMN atau kepunyaan bangsa ini.

"Juga berharap Presiden Jokowi turun tangan melakukan konsolidasi memanggil tiga menteri ini, untuk menyelamatkan industri semen Indonesia. Pelaku industri semen lokal sudah berteriak melalui Asosiasi Semen Indonesia. Maka silakan saja Pak Jokowi memanggil Asosisasi agar lebih valid dari mereka," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4085 seconds (0.1#10.140)