Pemotongan Suku Bunga AS Oleh The Fed Gagal Buat Trump Terkesan

Kamis, 01 Agustus 2019 - 17:21 WIB
Pemotongan Suku Bunga AS Oleh The Fed Gagal Buat Trump Terkesan
Pemotongan Suku Bunga AS Oleh The Fed Gagal Buat Trump Terkesan
A A A
JAKARTA - Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve (The Fed) yang akhirnya memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya setelah lebih dari satu dekade, ternyata masih gagal memenangkan hati Presiden AS Donald Trump. Langkah The Fed memotong suku bunga sebesar 25 bps menjadi di kisaran 2% hingga 2,25% tidak membuat Trump terkesan, lantaran sang presiden menuntut penurunan yang lebih besar.

Dalam sebuat tweet dari akun resmi Presiden Trump telah mencemooh Gubernur Fed Jerome Powell, dengan mengatakan: "Seperti biasa, Powell mengecewakan kita." Hal itu lantas direspons Indeks pasar saham utama di Wall Street dengan lebih rendah. Sementara seperti dilansir BBC, Kamis (1/8/2019) ketidakpastian masih membayangi seputar berapa banyak pemotongan suku bunga yang ideal bagi pasar.

"Apa yang ingin didengar pasar dari Jay Powell dan Federal Reserve adalah bahwa ini awal dari siklus pemotongan suku bunga yang panjang dan agresif yang akan mengimbangi China," bunyi tweeted Trump.

Pada konferensi pers setelah pengumuman itu, Powell mengatakan pemotongan suku bunga acuan (Fed rate) telah "telegraf (tersampaikan) dengan baik", tetapi dia tidak berkomitmen seputar berapa lagi pengurangan bakal dilakukan. Memotong suku bunga membuat uang pinjaman lebih murah untuk bisnis dan konsumen. Tetapi dukungan untuk langkah ini dinilai belum terlihat.

Sementara itu pemotongan suku bunga AS yang menjadi pertama kalinya sejak krisis 2008 ditentang oleh dua anggota Komite Pasar Terbuka Fed, merupakan badan yang bertanggung jawab untuk menetapkan suku bunga. Ada delapan suara yang mendukung, termasuk Powell dan wakil ketua John Williams.

Tensi Panas Perdagangan

Powell mengatakan ekonomi AS telah tumbuh "pada kecepatan yang sehat" selama enam bulan pertama tahun ini. Namun terang dia, masih ada "perkembangan positif dan negatif". "Output manufaktur telah menurun selama dua kuartal berturut-turut," katanya.

Ditambahkan Powell, bahwa kondisi pertumbuhan global yang lemah juga berperan dalam keputusan Fed. Disampaikan olehnya bukan tugas Fed untuk mengkritik kebijakan perdagangan AS, yang telah didominasi oleh pertempuran perdagangan dengan China karena kedua negara telah memberlakukan kenaikan tarif yang ketat untuk produk masing-masing.

Dia melanjutkan, bahwa ketegangan kebijakan perdagangan telah "hampir mendidih" selama Mei dan Juni, "tetapi sekarang mereka tampaknya telah kembali membara". Powell membantah bahwa The Fed menyerah pada tekanan dari Presiden Trump untuk penurunan suku bunga, dengan menegaskan bahwa "tidak ada tempat" bagi bank sentral untuk masalah politik.

Inflasi Rendah


Pernyataan The Fed juga menegaskan pasar tenaga kerja tetap kuat dan aktivitas ekonomi telah meningkat pada tingkat yang moderat. "Keuntungan yang terjadi sektor pekerjaan telah solid, secara rata-rata dalam beberapa bulan terakhir, dan tingkat pengangguran tetap rendah," tambahnya.

"Meskipun pertumbuhan pengeluaran rumah tangga meningkat dari awal tahun, pertumbuhan investasi bisnis tetap lemah. Dengan basis 12 bulan, inflasi keseluruhan dan inflasi untuk barang-barang selain makanan dan energi berjalan di bawah 2%," jelasnya.

Inflasi lebih rendah dari yang diinginkan oleh pembuat kebijakan AS, merupakan salah satu alasan penurunan suku bunga. Saat ini, ekonomi AS menciptakan banyak lapangan kerja. Sedangkan pengangguran mencapai level terendah 49 tahun di bulan Mei dan berada di 3,7% bulan lalu.

Akan tetapi banyak dari pekerjaan di sektor jasa bergaji rendah dengan jam kerja rendah, kata para ekonom. Maka keputusan The Fed tersebut untuk menjaga perekonomian Amerika Serikat yang terus melakukan ekspansi dalam jangka waktu yang lama serta menjaga perekonomian dari risiko global. Penurunan suku bunga yang telah ditunggu-tunggu ini dilakukan untuk pertama kalinya. Terakhir kali, The Fed memangkas suku bunga hingga mendekati nol pada 2008 lalu.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5783 seconds (0.1#10.140)