Goldman Sachs: Tak Akan Ada Solusi Perang Dagang Sebelum 2020

Selasa, 06 Agustus 2019 - 15:28 WIB
Goldman Sachs: Tak Akan Ada Solusi Perang Dagang Sebelum 2020
Goldman Sachs: Tak Akan Ada Solusi Perang Dagang Sebelum 2020
A A A
LONDON - Goldman Sachs menyatakan tidak lagi berharap akan adanya gencatan ataupun kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang berkepanjangan antara Amerika Setikat (AS)-China sebelum masa pemilihan presiden Amerika November 2020 mendatang.

Perkiraan itu menyusul sikap keras yang diambil Presiden AS Donald Trump belakangan ini. Trump pekan lalu bersumpah akan mengenakan tarif 10% atas barang-barang impor senilai USD300 miliar asal China mulai September nanti. Hal itu lantas memicu reaksi balasan dari China yang makin memanaskan perselisihan dagang antara kedua negara.

"Langkah dramatis Washington menunjukkan bahwa kedua belah pihak telah mengambil sikap yang lebih keras dalam konflik perdagangan ini. Ini mereduksi peluang adanya resolusi dalam waktu dekat," ungkap Ekonom Kepala Goldman Sachs Jan Hatzius dalam pernyataan tertulis yang dikutip Reuters, Selasa (6/8/2019).

Senin (5/8) lalu, China dengan sengaja melemahkan nilai mata uangnya, yuan, merespons sikap keras Washington terkait rencana penerapan tarif. Hal ini memicu reaksi Washington yang lantas melabeli China sebagai manipulator mata uang.

Komentar resmi yang keluar dari Departemen Keuangan AS tersebut membuat situasi makin panas. Alhasil, pasar pun semakin pesimistis perang dagang antara kedua negara dengan ekonomi terbesar dunia itu dapat segera berakhir.

Menimbang perkembangan yang terjadi, Hatzius memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga lebih lanjut. Menurut dia, ada peluang 75% Fed akan memangkas suku bunga acuannya pada September, dan peluang 50% pemangkasan lebih lanjut di bulan Oktober.

Padahal, setelah pemangkasan suku bunga pekan lalu, Hatzius sebelumnya berekspektasi The Fed hanya akan melakukan pemangkasan sekali lagi tahun ini.

"The Fed tahun ini semakin responsif terhadap ancaman perang dagang, ekspektasi pasar obligasi dan pertumbuhan ekonomi global," ungkap Hatzius.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5420 seconds (0.1#10.140)