Perkuat Transparansi, FI Jalin Kemitraan dengan Filantropi China

Jum'at, 16 Agustus 2019 - 11:36 WIB
Perkuat Transparansi, FI Jalin Kemitraan dengan Filantropi China
Perkuat Transparansi, FI Jalin Kemitraan dengan Filantropi China
A A A
JAKARTA - Filantropi Indonesia (FI) menjalin kemitraan dengan beberapa asosiasi dan lembaga filantropi di China untuk pengembangan real time database dan indeks transparansi lembaga filantropi.

Dua instrumen tersebut dinilai sebagai perangkat modern dalam memperkuat transparansi dan akuntabilitas filantropi di berbagai negara, termasuk di China.

Karena itu, Filantropi Indonesia dengan dukungan dari Ford Foundation melakukan kunjungan ke China pada 13–16 Agustus 2019 dan mengkaji pengembangan real time data base dan Foundation Transparancy Index (FTI) di China Foundation Center (CFC).

FTI sudah diakui dan menjadi rujukan bagi lembaga-lembaga filantropi China dan filantropi global sebagai salah satu solusi inovatif dan standar baru dalam mendorong dan meningkatkan transparansi lembaga-lembaga filantropi.

Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia Hamid Abidin menjelaskan, FTI merupakan sistem data base lembaga filantropi yang dibangun untuk memberikan layanan informasi berbasis online secara realtime kepada publik mengenai lembaga filantropi di China berikut program dan laporan keuangannya.

"CFC sebagai pengelola FTI mengumpulkan informasi tersebut dari laporan yayasan yang disampaikan di situs organisasinya dan laporan yang disampaikan kepada pemerintah," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (16/8/2019).

Dari informasi-informasi inilah, kata Hamid, FTI kemudian melakukan pemeringkatan berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan untuk menentukan posisi dan peringkat yayasan tersebut.

FTI memiliki 40 indikator transparansi yang dikelompokkan dalam 4 kategori yakni informasi dasar organisasi, informasi program/proyek, informasi keuangan dan informasi donor.

Posisi dan peringkat yayasan di FTI bersifat dinamis bergantung pada seberapa lengkap data yang mereka sampaikan ke publik.

Selain belajar tentang pengembangan data base dan FTI di CFC, Filantropi Indonesia juga berkunjung ke beberapa asosiasi dan lembaga filantropi di China untuk berbagi informasi dan menjalin kemitraan.

Beberapa lembaga yang dikunjungi adalah CCA (China Charity Alliance), China Global Filantropi Institute, Tanoto Foundation Beijing, dan Ford Foundation China.

Melalui kunjungan ini, Filantropi Indonesia berbagi sekaligus menyerap banyak informasi dan inspirasi yang diharapkan bisa jadi rujukan dalam pengembangan filantropi di Indonesia.

“Indonesia dan China memiliki banyak kesamaan dalam hal kebijakan dan kultur filantropi sehingga ada banyak gagasan dan inisiatif yang bisa diadaptasi, tentu melalui penyesuaian dengan kultur dan konteks filantropi Indonesia,” kata Hamid.

China dikenal sebagai salah satu negara yang kegiatan filantropinya berkembang sangat pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Di negara tirai bambu yang dikenal sangat tertutup ini, sektor filantropi baru tumbuh pada 2008 yang dipicu oleh terjadinya gempa bumi dahsyat di wilayah Wenchuan.

Bencana nasional itu dinilai sebagai momentum kebangkitan filantropi China yang menggerakkan ribuan inisiatif penggalangan dan penyaluran sumbangan oleh berbagai yayasan, sebuah fenomena yang belum ada sebelumnya.

Perkembangan Filantropi China mencapai puncaknya pada tahun 2016 seiring dengan diterbitkannya China Charity Law sebagai regulasi yang mendorong dan memfasilitasi perkembangan filantropi di China.

Sejak regulasi tersebut dirilis, pertumbuhan lembaga filantropi mengalami kenaikan yang fantastis dengan rata rata pertumbuhan 64,9% per tahun. Sampai tahun 2018 di China sudah berdiri lebih dari 800.000 organisasi sosial dan 7.333 diantaranya merupakan yayasan amal/filantropi.

Total aset organisasi filantropi di China diperkirakan mencapai RMB 60,4 miliar dengan perolehan donasi RMB 33,7 miliar per tahun dan penyaluran hibah mencapai RMB 25,6 miliar per tahun.

Kini, beberapa lembaga filantropi China sudah bermetamorfosis menjadi yayasan filantropi global yang tidak hanya memberikan dukungan hibah dan layanan sosial untuk warga China, tapi masyarakat di belahan bumi lainnya.

“Perkembangan filantropi yang cukup fantastis di China bisa jadi inspirasi, model dan benchmarking dalam pengembangan filantropi di Indonesia melalui pengembangan regulasi yang kondusif dan instrumen transparansi inovatif,” pungkas Hamid.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4497 seconds (0.1#10.140)