Dua Dekade Beroperasi, PLTGU Tanjung Batu Siap Pasok Listrik Ibu Kota Baru

Minggu, 01 September 2019 - 13:50 WIB
Dua Dekade Beroperasi, PLTGU Tanjung Batu Siap Pasok Listrik Ibu Kota Baru
Dua Dekade Beroperasi, PLTGU Tanjung Batu Siap Pasok Listrik Ibu Kota Baru
A A A
BALIKPAPAN - Infrastruktur dasar terutama kehandalan listrik menjadi salah satu aspek vital yang harus disiapkan di Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai calon ibu kota baru Indonesia.

Kelistrikan di wilayah ibu kota baru yang berlokasi di Kecamatan Semboja, Kutai Kartanegara dan Kecamatan Sepaku Semoi, Penajam Paser Utara termasuk dalam sistem interkoneksi Kalimantan Selatan, Tengah, Timur dan Utara (Kalseltengtimra).

Sistem kelistrikan interkoneksi Kalseltengtimra ditunjang oleh sejumlah pembangkit listrik yang tersebar di sejumlah wilayah mulai dari Nunukan, Kalimantan Utara, hingga Bengkanai, Kalsel.

Kebanyakan, pembangkit tersebut berupa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan beberapa di antaranya pembangkit listrik tenaga gas/mesin gas (PLTG/MG).

Diantara beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) yang beroperasi di Kutai Kertanegara, tepatnya di kawasan Tenggarong, terdapat PLTGU Tanjung Batu yang menjadi salah satu andalan kelistrikan di Kaltim.

Pembangkit yang memiliki daya terpasang 220 MW itu nantinya akan turut mamasok listrik ibu kota pemerintahan yang baru di Kaltim.

Kendati sudah berumur cukup tua, pembangkit yang dioperasikan pada 1996 itu masih menjadi tumpuan kelistrikan di Kaltim dan sekitarnya.

Secara teknis, keandalan PLTGU ini teruji dengan baik. Mesin pembangkit berbahan gas tersebut dinilai cukup dinamis dan bisa dioperasikan sesuai kebutuhan dengan segera.

"Rata-rata kita produksi listrik hanya 18 MW, tapi jika pernah juga sampai 150 MW jika diperlukan. Pernah juga jadi load base dengan produksi 80 MW saat pembangkit lain dalam perawatan," ujar Manager PLTGU Tanjung Batu Ghani Wahyu Nugroho di Balikpapan, Kaltim, Kamis (29/8/2019).

Dia menambahkan, dalam operasionalnya PLTGU Tanjung Batu terbilang efisien karena menggunakan gas yang relatif murah sehingga bisa menghasilkan biaya pokok produksi (BPP) rendah yakni di kisaran Rp800 per kwh.

Selain itu, berkat penerapan manejemen aset pembangkitan yang baik, pembangkit tersebut masih berjalan normal kendati sudah berumur lebih dari 20 tahun.

"Perawatan overhaul tepat waktu itu saja. Harapannya pembangkit ini bisa operasi hingga maksimal," ujar dia.

Menurut dia, PLTGU Tanjung Batu unit 1 dan 2 menggunakan mesin gas turbin Rolls Royce RB211g dengan dual fuel yakni gas dan HSD (high speed diesel). Kedua mesin ini dilengkapi dengan steam turbine merek Allen.

Terkait mesin pembangkit tersebut, Ghani menyebutkan sistem perawatannya cukup menantang karena di negara asalnya Inggris, beberapa suku cadangnya sudah tidak diproduksi.

"Kalau pun ada delivery-nya agak lama, pernah kita dapat barang adanya di Afrika Selatan," ujar Ghani.

Sementara itu, pembangkit listrik lain yang letaknya tidak jauh dari lokasi ibu kota baru adalah PLTU Teluk Balikpapan. Pembangkit yang beroperasi sejak 2017 itu memiliki kapasitas 2x110 MW.

Manager Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan Balikpapan PLN Yuskar Radianto mengatakan, PLN sebagai perusahaan penyedia listrik memastikan, apapun status Kaltim baik sebagai ibu kota negara maupun bukan harus siap melayani masyarakat.

Ini sejalan dengan merupakan komitmen perseroan sebagai penyedia listrik untuk mendukung perekonomian.

"Di korporat, intinya kami harus siap melayani masyarakat jadi maupun tidaknya Kaltim sebagai ibu kota. Nanti kalau jadi RUPTL akan disesuaikan," katanya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.8021 seconds (0.1#10.140)