Larang Ekspor Biji Nikel, Luhut Kantongi Minat Investor Korsel dan China

Senin, 23 September 2019 - 22:09 WIB
Larang Ekspor Biji Nikel, Luhut Kantongi Minat Investor Korsel dan China
Larang Ekspor Biji Nikel, Luhut Kantongi Minat Investor Korsel dan China
A A A
JAKARTA - Dampak dari pelarangan ekspor nikel yang bertujuan untuk meningkatkan hilirisasi saat ini mulai dirasakan. Para pelaku usaha di Korea Selatan dan China menyatakan minatnya membangun pabrik di Indonesia. Seiring melonjaknya harga nikel, beberapa perusahaan sudah berniat membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Indonesia.

"Pada pertemuan dengan LG Chemical di Seoul beberapa hari lalu mereka mengatakan sedang mempertimbangkan pengembangan fasilitas produksi lithium batterynya di Indonesia. Ini setelah mendengar rencana Indonesia untuk menerapkan pelarangan ekspor biji nikel efektif Januari 2020 dan juga setelah harga nikel di pasar global yang terus naik,” ujar Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

Tetapi menurutnya, LG Chemical masih belum menentukan mitra dengan perusahaan, bisa saja dengan China atau Volkwagen, perusahaan pembuat mobil Jerman yang sekarang sedang mengembangkan produk mobil listriknya. Ini mendukung rencana pemerintah mengembangkan kendaraan listrik. Sebagaimana diketahui, bahan baku baterai mobil listrik adalah nikel dengan kadar di bawah 1,4%.

"Mobil listrik juga menggunakan aluminium dan carbon steel seperti untuk bagian casis nya mesin dan lain-lain. Dengan demikian kita berharap penerimaan pajak akan meningkat dan membuka lebih banyak lapangan kerja,” jelasnya.

Di sela-sela kunjungannya ke Expo tersebut Menko Luhut sempat bertemu dengan Wakil Ketua Komisi Pembangunan Nasional dan Reformasi Cina (NDRC) Ning Jizhe. Saat itu Ning menyampaikan, bahwa dampak peraturan baru ini juga dirasakan oleh negaranya yang 50-75% pasokan nikel bergantung pada ekspor dari Indonesia.

Pada pertemuan itu, Menko Luhut menyampaikan keberatan Indonesia atas China atas penerapan kenaikan bea masuk antidumping terhadap produk baja stainless asal Indonesia. Ning sendiri berjanji untuk menindaklanjuti. Di lain pihak, Ning meminta Menko Luhut untuk membantu percepatan pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung.

Menko Luhut mengatakan akan menyampaikan kepada pemerintah RI. Progres proyek kereta cepat Jakarta-Bandung hingga saat ini baru mencapai 28%. Selain itu kedua pemimpin membicarakan kemungkinan-kemungkinan investasi di Indonesia.

Diusulkan oleh Menko Luhut, agar proyek-proyek investasi tersebut juga melibatkan investor United Arab Emirates. Ning menyambut baik dengan mengatakan UEA bukan mitra yang asing untuk negaranya, karena China telah membangun beberapa proyek infrastruktur di sana. Ditambah Ning merasa puas dengan apa yang telah mereka kerjakan bersama.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.2991 seconds (0.1#10.140)