India Berburu Utang Rp59 Triliun, Ekspansi Minyak Besar-besaran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan penyulingan minyak milik negara India, Bharat Petroleum Corporation Ltd (BPCL), sedang mencari pinjaman sebesar USD3,8 miliar atau setara Rp59 triliun untuk memperluas kapasitas produksi.
Perusahaan minyak terkemuka ini sedang dalam pembicaraan dengan bank-bank lokal utama untuk mengumpulkan dana bagi upaya ekspansi yang ambisius ini. Jika bank-bank menyetujui pinjaman BPCL, ini akan menjadi pinjaman terbesar yang diterima dalam mata uang rupee India di negara ini.
Baca Juga: Moskow Sebut 50 Negara Bersatu Mengeroyok Rusia
BPCL mengumumkan rencana untuk meningkatkan kapasitas penyulingannya menjadi 1,12 juta barel per hari (bph) hingga tahun 2028. Ini merupakan peningkatan 22% dari hasil produksi minyak saat ini.
Perusahaan minyak ini sedang dalam pembicaraan dengan Bank of India, Punjab National Bank, dan Bank of Baroda untuk mendapatkan pinjaman sebesar USD3,8 miliar, demikian dilaporkan Bloomberg, dikutip dari WatcherGuru, Selasa (3/9/2024).
Ekspansi Minyak
Selain BPCL, perusahaan-perusahaan penyulingan minyak terkemuka lainnya seperti Nayara Energy dan Reliance Industries juga memiliki rencana ambisius yang serupa. Perusahaan-perusahaan raksasa ini sekarang menandatangani kesepakatan jangka panjang dengan perusahaan-perusahaan minyak Rusia untuk impor.
Rusia saat ini merupakan importir minyak terbesar ke India. Namun, sanksi AS terhadap Rusia karena menginvasi Ukraina telah memungkinkan negara-negara berkembang untuk membeli minyak Rusia dengan harga diskon.
India menghemat hampir USD7 miliar dari 2022 hingga 2024, dengan membeli minyak dengan harga yang lebih murah dari Rusia.
Baca Juga: Ikuti Jejak Rusia, Banyak Negara Ingin Dolar AS Jungkir Balik
India menghemat miliaran melalui nilai tukar karena penyelesaiannya dalam mata uang lokal, bukan dolar AS. India mendapatkan keuntungan dari sanksi AS terhadap Rusia dan membeli minyak dengan harga diskon. Ekspansi ini dilakukan ketika perusahaan raksasa milik negara Arab Saudi, Aramco, meluncurkan proses tender untuk proyek-proyek lepas pantai strategis.
Tender baru ini bertujuan untuk memastikan dan membantu perusahaan ini meningkatkan kapasitas produksi minyaknya di ladang minyak dan gas Marjan. Kesepakatan rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan instalasi (EPCI) untuk tender Aramco berada di antara USD2 miliar hingga USD3 miliar.
Perusahaan minyak terkemuka ini sedang dalam pembicaraan dengan bank-bank lokal utama untuk mengumpulkan dana bagi upaya ekspansi yang ambisius ini. Jika bank-bank menyetujui pinjaman BPCL, ini akan menjadi pinjaman terbesar yang diterima dalam mata uang rupee India di negara ini.
Baca Juga: Moskow Sebut 50 Negara Bersatu Mengeroyok Rusia
BPCL mengumumkan rencana untuk meningkatkan kapasitas penyulingannya menjadi 1,12 juta barel per hari (bph) hingga tahun 2028. Ini merupakan peningkatan 22% dari hasil produksi minyak saat ini.
Perusahaan minyak ini sedang dalam pembicaraan dengan Bank of India, Punjab National Bank, dan Bank of Baroda untuk mendapatkan pinjaman sebesar USD3,8 miliar, demikian dilaporkan Bloomberg, dikutip dari WatcherGuru, Selasa (3/9/2024).
Ekspansi Minyak
Selain BPCL, perusahaan-perusahaan penyulingan minyak terkemuka lainnya seperti Nayara Energy dan Reliance Industries juga memiliki rencana ambisius yang serupa. Perusahaan-perusahaan raksasa ini sekarang menandatangani kesepakatan jangka panjang dengan perusahaan-perusahaan minyak Rusia untuk impor.
Rusia saat ini merupakan importir minyak terbesar ke India. Namun, sanksi AS terhadap Rusia karena menginvasi Ukraina telah memungkinkan negara-negara berkembang untuk membeli minyak Rusia dengan harga diskon.
India menghemat hampir USD7 miliar dari 2022 hingga 2024, dengan membeli minyak dengan harga yang lebih murah dari Rusia.
Baca Juga: Ikuti Jejak Rusia, Banyak Negara Ingin Dolar AS Jungkir Balik
India menghemat miliaran melalui nilai tukar karena penyelesaiannya dalam mata uang lokal, bukan dolar AS. India mendapatkan keuntungan dari sanksi AS terhadap Rusia dan membeli minyak dengan harga diskon. Ekspansi ini dilakukan ketika perusahaan raksasa milik negara Arab Saudi, Aramco, meluncurkan proses tender untuk proyek-proyek lepas pantai strategis.
Tender baru ini bertujuan untuk memastikan dan membantu perusahaan ini meningkatkan kapasitas produksi minyaknya di ladang minyak dan gas Marjan. Kesepakatan rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan instalasi (EPCI) untuk tender Aramco berada di antara USD2 miliar hingga USD3 miliar.
(nng)