Genjot Daya Saing Industri, Pemerintah Perbaiki Supply Chain Industri Hulu

Kamis, 17 Oktober 2019 - 23:09 WIB
Genjot Daya Saing Industri, Pemerintah Perbaiki Supply Chain Industri Hulu
Genjot Daya Saing Industri, Pemerintah Perbaiki Supply Chain Industri Hulu
A A A
JAKARTA - Pemerintah fokus menggenjot daya saing industri manufaktur melalui sejumlah langkah strategis yang akan dijalankan secara sinergis bersama seluruh stakeholder. Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, salah satu yang perlu diperbaiki adalah supply chain-nya, terutama terkait dengan tumbuhnya industri-industri hulu.

"Contohnya, di industri makanan dan minuman, yang hulunya adalah sektor pertanian, baik itu yang berbasis kakao atau lainnya," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (17/10/2019).

Menurut Airlangga, upaya lain yang perlu dilakukan adalah harmonisasi tarif untuk produk tekstil. Hal ini bertujuan agar lebih menguatkan struktur industri tekstil dan produk tekstil (TPT). "Dari hulu sampai hilir, value chain kita di sektor ini sudah lengkap dibanding Vietnam yang hanya kuat di hilir," ungkapnya.

Dalam pengembangan industri TPT, pemerintah juga sedang berupaya melakukan restrukturisasi mesin dan peralatan produksi. Tujuannya agar semakin produktif dan efisien. "Saat ini yang survive ada di top tier, karena mereka sudah modernisasi," kata Airlangga.

Pemerintah juga sudah melakukan pembatasan impor di Pusat Logistik Berikat (PLB) karena sebelumnya importir umum terlalu banyak diberikan sehingga menjadi terdampak di industri yang tengah. "Kami apresiasi terhadap upaya yang dilakukan oleh Menteri Keuangan tersebut. Nantinya, dengan ekspor naik, industri tengah juga ikut naik," imbuhnya.

Menperin menambahkan, kebijakan lain yang perlu dijalankan adalah merevisi regulasi yang terkait dengan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Langkah ini misalnya untuk menggenjot daya saing industri furnitur.

Sementara itu, di sektor industri baja, pemerintah harus berani mengambil kebijakan terkait Bea Masuk Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard). Hal ini guna menanggulangi banjirnya produk baja impor yang masuk ke pasar dalam negeri. "Sebab, barang kita di luar negeri saja kena safeguard, seperti stainless steel kena di Amerika Serikat dan China," tuturnya.

Airlangga pun optimistis, beberapa sektor manufaktur akan semakin ekspansif di tengah bergulirnya era industri 4.0. Apalagi sudah ada strategi dan arah yang jelas dalam implementasi program prioritas yang tertuang di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.

"Contohnya, industri elektronika di Batam dan Tangerang, yang bisa kita terus dorong. Selain itu juga industri otomotif. Ini seiring peningkatan investasi, termasuk sektor industri petrokimia," sebutnya.

Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, lima sektor manufaktur yang akan menjadi andalan dalam penerapan industri 4.0 pada tahap awal, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronika, serta kimia.

Kelima sektor tersebut dipilih karena akan berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional, di antaranya menyumbang hingga 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan, 65% terhadap ekspor, dan 60% terhadap penyerapan tenaga kerja.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2100 seconds (0.1#10.140)