Berbagai program disusun sebagai modal untuk menghadapi berbagai perubahan yang semakin cepat, dimulai dari bidang kesehatan hingga membangun SDM yang menguasai teknologi untuk bisa menghadapi era industri 4.0.
“Harapannya dari program Making Indonesia 4.0 ini dapat menjadikan Indonesia 10 besar kekuatan ekonomi dunia, utamanya melalui peningkatan produktivitas sehingga dapat meningkatkan daya saing ekspor nasional,” papar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara di sela-sela pembukaan Pameran Jasa Industri di Plasa Industri Kemenperin, Jakarta, Selasa (29/10/2019).
Baca Juga:
Dia berharap sektor ini dapat terciptanya lapangan pekerjaan baru seiring berjalannya industri 4.0 seperti munculnya berbagai start-up, apps, market place, dan layanan digital lainnya.
"Munculnya jenis-jenis jasa industri baru tersebut perlu diidentifikasi lebih jauh lagi agar kontribusinya dapat tercatat dan terhitung sebagai kontribusi sektor industri (dalam bentuk PDB sektor industri) terhadap perekonomian nasional,” tambahnya lagi.
Seiring dirupsi yang ditimbulkan oleh Industri 4.0, yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang semakin cepat dan masif, secara makro, akan terjadi transformasi struktur industri nasional dari sektor primer menuju sektor sekunder; yang diikuti dengan pertumbuhan signifikan sektor jasa (tersier).
Fenomena tersebut dapat dilihat dari komposisi PDB Indonesia sejak tahun 2016 dimana kontribusi sektor-sektor sekunder mencapai 41%, sementara sektor primer mencapai 14%. Pada periode yang sama, kontribusi sektor tersier mencapai 45%, dan diperkirakan akan semakin terus meningkat. Hal ini menunjukkan besarnya potensi sektor tersier dalam mendongkrak daya saing sektor industri nasional, yang tentunya perlu dioptimalkan.
(akr)