Uber Menerima 6.000 Laporan Penyerangan Seksual di AS dalam Dua Tahun

Sabtu, 07 Desember 2019 - 04:12 WIB
Uber Menerima 6.000 Laporan Penyerangan Seksual di AS dalam Dua Tahun
Uber Menerima 6.000 Laporan Penyerangan Seksual di AS dalam Dua Tahun
A A A
NEW YORK - Uber mengatakan, telah menerima hampir 6.000 laporan tentang serangan seksual di Amerika Serikat sepanjang periode tahun 2017 dan 2018. Sementara jumlah kasus meningkat pada 2018, laju insiden terus turun sebesar 16% karena jumlah perjalanan lebih tinggi.

Penumpang sebagai yang paling dekat dengan driver, menyumbang hampir setengah dari tuduhan penyerangan seksual. Data tersebut dipublikasikan dalam laporan, yang ditekankan oleh Uber menunjukkan komitmen 'dalam meningkatkan keselamatan untuk Uber dan seluruh industri'.

Uber sendiri seperti diketahui menghadapi peningkatan pengawasan di seluruh dunia, bahkan baru-baru sampai kehilangan lisensi untuk beroperasi di London. Laporan ini menunjukkan 5.981 insiden serangan seksual dilaporkan selama periode dua tahun.

Sementara itu Uber mengklaim bahwa 99,9% dari total perjalanan disimpulkan tanpa masalah keamanan. Uber mengungkapkan, bahwa laporan tersebut merupakan kajian keamanan komprehensif pertama dari bisnis perjalanan. "Secara sukarela kami menerbitkan laporan yang membahas masalah keamanan yang sengat sulit dan ini tidaklah mudah," ujar Chief legal Officer Tony West di Uber.

"Sebagian besar perusahaan tidak membicarakan masalah seperti kekerasan seksual karena berisiko mengundang berita negatif dan kritik publik. Tapi kita merasa sudah waktunya untuk melakukan pendekatan baru," ucap pihak perusahaan kepada BBC, sembari menambahkan belum ada rencana untuk merilis laporan keselamatan serupa di luar AS.

Uber memaparkan 3.045 laporan penyerangan seksual dibuat pada tahun 2018 atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan 2.936 di 2017. Sementara Tahun lalu, 1.300.000.000 perjalanan berakhir dengan sukses di AS, naik dari 1.000.000.000 di 2017.

Kepala Pusat sumber daya kekerasan seksual Nasional AS, Karen Baker, menyambut baik laporan tersebut dengan mengatakan, "berbagi informasi ini memperkuat pekerjaan kita untuk masa depan yang lebih aman,".

Keselamatan penumpang, khususnya kekerasan seksual, telah menjadi tantangan besar bagi Uber dan perusahaan rivalnya di AS yakni Lyft, serta di China Didi. Pada bulan November, regulator transportasi London mengumumkan bahwa Uber tidak akan diberikan lisensi baru untuk beroperasi setelah masalah keamanan berulang kali terjadi. Perusahaan telah mengajukan banding terhadap putusan dan terus beroperasi selama proses.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3709 seconds (0.1#10.140)