Keseimbangan Kunci Mengimbangi Masifnya Pembangunan Properti di Bali

Senin, 14 Oktober 2024 - 13:53 WIB
loading...
Keseimbangan Kunci Mengimbangi...
NPG Indonesia memfokuskan diri dalam pengembangan real estat di Bali melalui penyelarasan bangunan, fasilitas, dan gaya hidup modern dengan alam dan lingkungan. Foto/Dok. NPG Indonesia
A A A
JAKARTA - Masifnya pembangunan properti masif di Bali membuat NPG Indonesia, perusahaan pengembang properti yang berbasis di Pulau Dewata memberikan pandangannya. Kuncinya adalah kesimbangan.

“Pertanyaan penting yang kerap muncul adalah: bagaimana kita menyikapi masifnya perkembangan industri properti di Bali, sembari tetap menjaga kelestarian alam dan budaya Bali itu sendiri?” kata General Manager NPG Indonesia Evgeny Obolentsev dalam siaran persnya, Senin (14/10/2024).

Evgeny mengatakan, jawaban dari pertanyaan tersebut bukanlah menolak pariwisata sepenuhnya. Apalagi pariwisata telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Bali. “Yang diperlukan adalah keseimbangan. Bagaimana cara menjaga agar Bali tetap menjadi surga tropis bagi wisatawan, tanpa mengorbankan alam dan budaya yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu,” tuturnya.

Untuk itu peran pemerintah sangat penting. Khususnya dalam enforcement regulasi kepemilikan dan peruntukan atas tanah ataupun sawah. “Dengan demikian, zonasi menjadi sangat krusial agar tidak terjadi tumpang tindih peruntukan lahan yang akhirnya bisa merugikan semua pihak yang terlibat,” ungkapnya.

Evgeny menjelaskan, saat terjadinya perubahan minat para wisatawan ke area baru seperti Seseh, Kedungu, Cemagi, dan Tabanan. Hal ini menjadi salah satu pertanda terbukanya peluang baru di sektor properti untuk berkembang.

Lebih lanjut, Evgeny juga menyoroti rencana percepatan pembangunan infrakstruktur di Bali. Menurutnya hal itu juga sangat berperan penting untuk mengimbangi lonjakan kunjungan wisatawan dalam beberapa tahun terakhir.

Pembangunan transportasi massal, baik berupa MRT maupun LRT yang rencananya dibangun di Bali, dapat menjadi salah satu upaya mengurangi kemacetan yang telah menjadi pemandangan sehari-hari masyarakat Bali. Disamping menekan emisi gas kendaraan bermotor.

“Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita sebagai pengembang bisa membangun properti secara harmonis dengan alam sekitar dan budaya Bali itu sendiri. Pasalnya, alam dan budaya merupakan bagian dari konsep pembangunan hunian itu sendiri,” terangnya.

Lebih lanjut, Evgeny menjelaskan, NPG selalu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap proyek hunian yang dikembangkan. Menurutnya, NPG Indonesia adalah perusahaan pengembang yang memfokuskan diri dalam pengembangan real estat di Bali melalui penyelarasan bangunan, fasilitas, dan gaya hidup modern dengan alam dan lingkungan sekitar.

“Dalam membangun proyek hunian, kami sebisa mungkin mempertahankan area hijau dan pepohonan yang ada, sehingga kami bisa memiliki area hijau hingga 50% dari total Pembangunan. Dan ini merupakan tantangan tersendiri,” tuturnya.

Tantangan sebenarnya adalah bagaimana menyesuaikan bangunan dengan alam sekitar. Karena hal itulah yang membuat semua orang jatuh cinta kepada Bali, yaitu alam dan budayanya.

“Seperti halnya Ecoverse, proyek hunian premium yang sedang kami kerjakan dengan target penyelesaian di Kuartal Keempat 2025. Kami selalu mengaplikasikan beberapa fitur keberlanjutan seperti energi terbarukan di setiap unit melalui penggunaan panel tenaga surya, sistem pengolahan sampah, filter air osmosis dan Rain Water Trap,” tambahnya.

Ecoverse adalah sebuah kompleks hunian yang menghadirkan 34 unit apartemen serta 16 unit townhouse dengan 2 dan 3 lantai yang memberikan kenyamanan luar biasa melalui fasilitas konstruksi berkualitas tinggi serta keharmonisan dengan alam sekitar. Tak hanya selaras dengan alam sekitar, ternyata sebagian besar tenaga kerja yang membangun proyek Ecoverse pun merupakan tenaga kerja lokal.

Bagi Evgeny, dari para pekerja lokal tersebut pihaknya bisa belajar tentang budaya dan kearifan lokal,khususnya Tri Hita Karana, konsep kehidupan masyarakat Bali yang menitikberatkan hubungan manusia dengan sesama, alam, dan Tuhan, yang mampu menumbuhkan toleransi dan rasa damai.

“Sementara itu, kami bisa mengalihkan keahlian kami dari Eropa dalam mendirikan bangunan. Hal ini sangat penting bagi kami agar tercipta keseimbangan yang harmonis antara pertumbuhan pariwisata dengan alam dan budaya Bali itu sendiri,” tandasnya.
(poe)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1404 seconds (0.1#10.140)