Ini 5 Tantangan Ekonomi yang Harus Diselesaikan di 2020

Rabu, 01 Januari 2020 - 08:53 WIB
Ini 5 Tantangan Ekonomi yang Harus Diselesaikan di 2020
Ini 5 Tantangan Ekonomi yang Harus Diselesaikan di 2020
A A A
JAKARTA - Memasuki tahun 2020, masih banyak tantangan dan pekerjaan rumah di bidang ekonomi yang harus dikerjakan pemerintah Indonesia. Terlebih, pemerintah telah menegaskan tekad untuk membawa Indonesia menjadi negara maju, melewati perangkap negara pendapatan menengah (middle income trap).

"Tapi, kalau tidak ada perubahan yang fundamental, dimana pemerintah melakukan terobosan-terobosan yang luar biasa, stagnasi akan terus terjadi. Maka dari itu perlu ada langkah konkret," ujar Ekonom Indef Bhima Yudisthira saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (1/1/2020).

Berikut Masalah Ekonomi yang bakal dihadapi di tahun 2020 yang dirangkum oleh SINDOnews:

1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan diprediksi melambat. Hal ini dikarenakan dampak ketidakpastian serta perlambatan ekonomi global yang diprediksi masih akan terjadi pada tahun ini.

"Adanya ketidakpastian global masih akan terus berlanjut yang mana bisa menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020. Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan di kisaran 5%," jelas Bhima.

2. Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
CAD masih menjadi tantangan besar bagi pemerintah. Pada kuartal III/2018 CAD tercatat sebesar USD8,8 miliar atau 3,37% dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu membaik di kuartal III/2019 menjadi USD7,7 miliar atau 2,7% dari PDB, namun masih di atas target CAD pada tahun ini yang berada di kisaran 2,5%.

"Ini sulit melihat tekanan CAD ini. Untuk itu perlu meningkatkan lifting minyak dan menggunakan energi alternatif seperti biodiesel guna mengurangi impor. Kemudian, dorong ekspor ke negara-negara alternatif," kata Ekonom CORE Piter Abdullah.

3.Pertumbuhan kredit masih akan melambat.
Penyaluran kredit perbankan hingga tahun 2020 diyakini masih akan mengalami perlambatan. Pasalnya kondisi permintaan kredit tahun ini juga masih dibayangi oleh ketidakpastian ekonomi global.

"Perlu adanya sinergitas antara bank dengan pemerintah agar tidak terjadi perebutan dana. Selain sinergitas, penurunan suku bunga kredit dipengaruhi kuat oleh suku bunga deposito, sedangkan transmisi penurunan suku bunga kredit membutuhkan waktu karena deposito perbankan memiliki jangka waktu kontrak," kata Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto terkait persoalan ini.

4. Defisit neraca perdagangan.
Tekanan atas kinerja perdagangan Indonesia diperkirakan belum akan mereda seiring masih terus terkoreksinya pertumbuhan perdagangan global. Sementara, perang dagang diperkirakan masih akan berlanjut dan turut menekan negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

"Komoditas ekspor andalan Indonesia seperti batu bara dan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) akan mengalami kenaikan signifikan pada tahun ini. Hal itu akan memengaruhi pertumbuhan nilai ekspor Indonesia," kata Ekonom Indef Bhima Yudishitra.

5. Investasi melambat.
Seperti tahun 2019, investasi ke dalam negeri diperkirakan masih akan mengalami tekanan. Hal ini terlihat pada pencapaian pajak yang tidak sesuai target di tahun 2019.

Terkait hal ini, profesor riset Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Syarif Hidayat mengatakan, untuk memastikan konsep maupun implementasi program akselerasi transformasi ekonomi, diperlukan adanya tata kelola yang baik dan tepat. Orientasi reformasi kebijakan pemerintah pun harus lebih menekankan pada penguatan kapasitas negara dengan tetap tidak meninggalkan ikhtiar reformasi kelembagaan dalam meningkatkan investasi.

"Dua program ini di usulkan agar tata kelola dan akselerasi transformasi ekonomi dapat tercapai," ujar Syarif.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5836 seconds (0.1#10.140)