Selalu Melawan Tradisi, Mendirikan Startup untuk Pembaharu

Kamis, 02 Januari 2020 - 06:15 WIB
Selalu Melawan Tradisi, Mendirikan Startup untuk Pembaharu
Selalu Melawan Tradisi, Mendirikan Startup untuk Pembaharu
A A A
DIA pernah menggugat Tinder, kemudian mendirikan Bumble. Pada usia 30 tahun, dia sudah menjadi CEO perusahaan situs kencan bernilai USD3 miliar. Dia adalah pendiri Bumble, Whitney Wolfe Herd, yang selalu berpikir untuk melawan tradisi.

Ketika mendirikan aplikasi kencang bagi perempuan pada 2014, dia berpikir perempuan bebas untuk menentukan pasangannya. Namun, sebenarnya dia ingin memberdayakan perempuan agar bisa mandiri dan merdeka serta tidak terikat dengan pria. Bumble bukan hanya aplikasi untuk mencari teman kencan semata, tetapi berkembangan jejaring professional dan menemukan teman baru.

Tahun lalu, Wolfe Herd membuat gebrakan dengan meluncurkan Bumble di India. Itu sebuah gebrakan luar biasa di mana kencan merupakan hal baru dan aneh di India di tengah tingkat kekerasan seksual yang relatif tinggi di negara tersebut.

“Kita harus melanjutkan bisnis di mana kita dibutuhkan,” papar Wolfe Herd, dilansir CNN. “Kita bermain bisnis di pasar yang memiliki pola pikir tradisional dan kaum yang merendahkan perempuan. Kita hadir dengan model bisnis yang memberikan keterbukaan dan pembaharuan,” jelasnya.

Padahal, survei Thomson Reuters Foundation menyebutkan India merupakan negara paling berbahaya bagi perempuan, terutama karena kekerasan seksual terhadap perempuan. Namun, bagi Wolfe Herd, itu justru menjadi kesempatan baginya untuk memperdayakan perempuan di negara itu. Jika sukses, apa yang dilakukannya akan menjadi kemenangan besar.

Bagaimana caranya? “Kita harus meminta para anggota untuk menjaga akuntabilitasnya. Tidak ada akun anonim sehingga bisa mengurangi friksi dan pelecehan seksual,”kata Wolfe Herd. Apa yang dilakukannya juga didukung aktris ternama asal India, Priyanka Chopra yang menjadi penasihat dan investor di startup tersebut.

Dalam pandangan Ravi Bapna, profesor Universitas Minnesota, India dan pasar lainnya menjadi kesempatan bagi Bumble karena pergeseran budaya yang membuat orang akan semakin besar menerima perubahan. Memang Bumble pertama kali diluncurkan di Amerika Serikat di mana masyarakat sudah terbuka. “Kunci utama situs atau aplikasi kencan adalah bagaimana perempuan bisa mengirimkan pesan terlebih dahulu,” katanya.

Sedangkan Laura Huang, asisten profesor dari Harvard Business School mengungkapkan, lingkungan seperti India memang sangat kacau. “Dibutuhkan langkah untuk mengguncang semua sistem. Itu bisa menciptakan budaya baru,” katanya.

Selain itu, tantangan terbaru Wolfe Herd saat ini adalah mengambil alih CEO induk perusahaan Bumble yakni MagicLab yang ditinggal mantan pemiliknya, Andrey Andreev. Firma investasi Blackstone membeli perusahaan tersebut dari miliarder Rusia tersebut bulan lalu senilai USD3 miliar.

Pada usia 30 tahun, Wolfe Herd memimpin perusahaan yang fokus mengelola situs kencan yang memiliki lebih dari 500 juta anggota dengan lintas aplikasi mulai dari Bumble, Badoo, Chappy dan Lumen. Dia terus memimpin perusahaannya untuk melakukan ekspansi. Dalam skala lebih luas, dia juga mengenalkan advokasi legislasi untuk melarang pelecehan seksual baik di skala domestik dan internasional.

Wolfe Herd mulai mendirikan Bumble pada 2014 di Austin, Texas, Amerika Serikat. Dia sebelumnya memulai karier di Tinder, yang awalnya fokus pada jejaringan sosial. Kemudian, dia menciptakan aplikasi kencan. (Andika H Mustaqim)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6049 seconds (0.1#10.140)