Cermati Beberapa Sentimen Ini Sebelum Bermain di Pasar Saham

Senin, 31 Agustus 2020 - 06:44 WIB
loading...
Cermati Beberapa Sentimen Ini Sebelum Bermain di Pasar Saham
Beberapa sentimen ini mungkin mempengaruhi pergerakan pasar saham dalam sepekan ke depan, sehingga sebelum bermain di pasar sahm ada baiknya melihat faktor apa saja yang bisa membuat perubahan. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Beberapa sentimen yang mungkin mempengaruhi pergerakan pasar saham dalam sepekan ke depan, menurut Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, bakal dipengaruhi pernyataan dari Jerome Powell mengenai The Fed serta mundurnya Perdana Menteri Jepang (PM) Shinzo Abe. Sebelumnya bank sentral AS berusaha mendorong ekonomi dan ketika inflasi mencapai 2 % maka the Fed mulai menaikan suku bunga.

The Fed sekarang akan mengadopsi target inflasi rata-rata yang akan membuat bunga tetap rendah ketika inflasi naik di masa depan. Terang Hans, perubahan pendekatan kebijakan Federal Reserve – The Fed yang disampaikan Jerome Powell punya inplikasi jangka panjang ke pasar keuangan.

"Inflasi akan di rata-rata sehingga butuh waktu lebih lama sebelum The Fed menaikan suku bunga. Hal ini punya inplikasi positif bagi pasar keuangan di jangka panjang," kata Hans Kwee di Jakarta.

(Baca Juga: Sepekan, Kapitalisasi Pasar Naik Jadi Rp6.199,053 Triliun )

Kata dia selain bunga yang rendah, Fed diperkirakan terus mengelontorkan stimulus untuk mendorong ekonomi mencapai target inflasi 2 %. Sehingga ini mendorong perkiraaan panjangnya rezim suku bunga rendah.

Lalu, mundurnya PM Jepang Shinzo Abe akibat alasan kesehatan membuat mata uang Yen menguat secara signifikan terhadap USD. Penerus Abe mungkin akan merubah kebijakan ekonomi dan stimulus Abenomics yang selama ini dilakukan. Yen sebagai mata uang safe haven mengalami penguatan.

"Hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Tetapi hal ini dapat mendukung penguatan nilai tukar Rupiah karena terjadi pelemahan USD di pasar," katanya.

(Baca Juga: Potensi Penguatan Terbuka Lebar, IHSG Bakal Bergerak ke 5.102-5.378 )

Selain itu, mulai bangkitnya pandemi Covid 19 di Eropa menimbulkan kekhawatiran dapat menghambat pemulihan ekonomi yang sedang terjadi di kuartal kedua. Beberapa data zona Eropa juga menunjukan perlambatan pemulihan. Salah satu data yakni sentimen konsumen Jerman turun menjelang September.

"Ini menimbulkan keraguan pengeluaran rumah tangga di masa depan di Jerman apakah cukup kuat untuk memacu pemulihan," paparnya.

Sambung dia, ketegangan Amerika Serikat dan China terlihat belum akan berakhir. Setelah kedua Negara melanjutkan pembicaraan masalah perdagangan, kedua Negara sekarang timbul masalah “hukuman” China terkait laut China Selatan. Masalah Laut China Selatan timbul setelah China melakukan uji coba peluru kendali di daerah tersebut.

"Sejumlah pejabat dan perusahaan China sudah dimasukkan dalam daftar hitam (blacklist) akibat dituduh terlibat dalam 'penumpukan' militer di wilayah perairan tersebut. Hal ini sentimen negative bagi pasar keuangan," terang Hans.

(Baca Juga: BEI Sebut Pasar Saham Global Mulai Pulih )

Sedangkan di sisi internal Pemprov DKI Jakarta kembali melakukan perpanjangan PSBB transisi. Hal ini mendorong kemungkinan besar ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga mengalami pertumbuhan negative. Kondisi ini akan memperbesar kemungkinan Indonesia mengalami resesi. Upaya pemerintah pusat mendorong pertumbuhan ekonomi di semester kedua sangat di apresiasi pelaku pasar keuangan.

"Pemerintah pusat agresif melakukan belanja pemerintah dan mengucurkan bantuan pada masyarakat dan UMKM, dunia usaha atau korporasi. Pemerintah akan kembali mendorong proyek infrastruktur di semester kedua ini. Hal ini menimbukan harapan pertumbuhan ekonomi di Kuartal ke 4 akan kembali positif," ungkapnya.

Nantinya, IHSG berpeluang konsolidasi cenderung melemah setelah penguatan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. "Kami perkirakan IHSG akan bergerak dengan support di level 5,324 sampai 5,218 dan resistance di level 5,400 sampai 5,450," tandasnya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1469 seconds (0.1#10.140)