Pertumbuhan Industri Digital Meningkat, E-Commerce Makin Seksi

Kamis, 09 Januari 2020 - 08:11 WIB
Pertumbuhan Industri Digital Meningkat, E-Commerce Makin Seksi
Pertumbuhan Industri Digital Meningkat, E-Commerce Makin Seksi
A A A
Pertumbuhan industri ekonomi digital di Indonesia meningkat signifikan dan mencapai 40% setiap tahunnya. Diprediksi hingga 2025 pertumbuhannya berpotensi mencapai USD130 miliar atau setara dengan Rp1.820 triliun (kurs Rp14.000).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, nilai ekonomi digital di Indonesia mencapai USD40 miliar atau setara Rp560 triliun pada 2019. Tentunya, ini merupakan pencapaian luar biasa untuk Indonesia dalam sektor ekonomi digital, termasuk di dalamnya kontribusi dari industri e-commerce.

Peningkatan bisnis e-commerce juga berbanding lurus dengan kontribusi positif kepada Indonesia. Menurut hasil riset yang dirilis Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) pada Oktober 2019, e- commerce mencatatkan kontribusi dan pencapaian signifikan terhadap sektor ekonomi digital di Indonesia, terutama dalam mendorong inklusivitas dan partisipasi masyarakat Indonesia terhadap perekonomian nasional. Misalnya, selama 2018 platform e-commerce Tokopedia menyumbang kontribusi sebesar Rp73 triliun terhadap perekonomian Indonesia.

Deputi Bidang Infrastuktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa Sungkari mengatakan, e-commerce di Indonesia tumbuh hingga 94% perlahan, namun pasti perpindahan menuju digital sedang dilakukan berbagai sektor. Bisnis yang dilakukan para e-commerce khususnya mereka yang mendapat predikat unicorn sudah mengarah pada orientasi keuntungan bukan seperti saat baru berdiri.

"Venture capital juga mulai melihat profit dari startup yang mereka modali," ujarnya.

Dia menegaskan, perkembangan e-commerce di Indonesia pada masa mendatang diprediksi akan semakin bagus. Meskipun akan mendisrupsi beberapa profesi, namun akan banyak pekerjaan dan kesempatan baru bag masyarakat. Misalnya, SPG di toko mungkin akan berkurang, namun pengantar paket membutuhkan banyak tenaga.

Sektor usaha juga terganggu seperti properti toko karena sudah jarang pedagang yang membuka toko lantaran semua sudah hijrah ke toko online. Namun, Hari menyebut kesempatan lebih terbuka karena rumah sekarang sudah bisa dijadikan gudang barang, bahkan 'ghost kitchen'.

"Usaha kuliner tidak harus punya restoran, cukup di dapur rumah masing-masing. Melalui layanan online semua punya kesempatan sama," ungkap Hari.

Karena itu, Bekraf menyambut disrupsi dengan optimisme karena tentu ekonomi kreatif akan semakin berkembang. Usaha kreatif tradisional seperti kuliner, fesyen, hingga kerajinan dapat dilakukan banyak orang, bahkan langsung dijual. Melalui program mereka, Bekraf Digital Entrepreneur, usaha kreatif apa pun dapat dijalankan secara digital.

Namun, bagi Ekonom Didik J. Rachbini, di tengah pertumbuhan e-commerce yang semakin melesat dan persaingan di dalamnya yang ketat, hanya pemain besar yang menguasainya. "The Winner take all, perusahaan besar yang mengambil semua. Cara dipakai mereka dengan mempermainkan harga di bawah biaya. Itu melanggar UU persaingan usaha," jelasnya.

Ekonom INDEF ini menegaskan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) jangan hanya menjadi wasit yang tidak bekerja dalam sebuah pertandingan. "KPPU seperti wasit kecamatan di pertandingan internasional. Semakin besar, semakin teknologi tinggi, pengawasan harus semakin ketat," ujarnya.

Didik menambahkan, teknologi memang cenderung menguasai ekonomi. Teknologi menjadikan orang sebagai diktator yang dapat menguasai semuanya. Karena itu, regulasi tidak boleh terlambat sebab menyangkut banyak pihak yang sama-sama ingin memajukan perekonomian Indonesia.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nika Pranata mengatakan, dibutuhkan faktor enabler yang dapat memungkinkan berbagai pihak berkolaborasi mengembangkan e-commerce. Berbagai prasyarat seperti infrastruktur internet broadband, PLN, ataupun literasi digital masyarakat.

Syarat terpenting menurutnya adalah regulasi dari pemerintah yang tepat. Beberapa kasus seperti fintech ilegal ataupun e-commerce lintas negara membutuhkan aturan main yang tegas. "Regulasi adalah yang terpenting karena banyak model bisnis baru. Sehingga regulator harus lebih kerja keras mengejar tren bisnis itu. Fintech ilegal harusnya bisa dihentikan sejak awal dengan menggandeng Google," ujar Nika beberapa waktu lalu.

Kepala Pusat Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho menilai karakteristik e-commerce yang tanpa batas memberikan ancaman serius bagi produsen dan penjual online di Indonesia. Hal ini disebabkan makin marak dan mudahnya produk impor serta penjual asing masuk pasar Indonesia.

Menurut dia, pergerakan barang dan jasa yang semakin mudah berdampak pada peningkatan impor barang melalui e-commerce. Tren tersebut terjadi akibat dari mudahnya konsumen Indonesia untuk membeli barang dari luar negeri. Bahkan, beberapa platform e-commerce besar di Indonesia menyediakan fasilitas kepada penjual asing untuk membuka toko online di Indonesia.

"Jika permasalahan ini tidak ditindaklanjuti dengan cermat, maka hal tersebut mengancam keberlangsungan usaha produsen dan penjual online di Indonesia," kata Agus.

Bagi Tokopedia, dalam memasuki dekade kedua perjalanan bisnisnya, mereka berkomitmen untuk bertransformasi menjadi Super Ecosystem, sebuah infrastruktur menyeluruh yang bisa mempermudah masyarakat lewat kolaborasi dengan berbagai mitra strategis demi mengakselerasi terwujudnya pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia.

"Lebih dari 90 juta pengguna aktif bulanan tersebar di 97 persen kecamatan di Indonesia sudah menikmati produk dan layanan Tokopedia," ujar Ekhel Chandra Wijaya, External Communications Lead, Tokopedia.

Produk dan layanan Tokopedia kini dibagi menjadi empat pilar yang menjadi strategi mereka, yakni Marketplace dan Produk Digital, Fintech dan Pembayaran, Logistik dan Fulfillment, dan Mitra Tokopedia. Pada pilar pertama, yakni Marketplace dan Produk Digital, berdasarkan data internal November 2019, terdapat peningkatan jumlah penjual di Tokopedia, dari yang sebelumnya 6,8 juta menjadi 7 juta yang memasarkan lebih dari 200 juta produk terdaftar dengan harga transparan. Artinya, ada sejumlah pebisnis online pemula yang notabene pegiat baru UMKM Indonesia menyumbang lebih dari 60% perekonomian negara.

"Artinya, pengguna Tokopedia memiliki lebih banyak alternatif dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui Tokopedia. Ditambah lagi dengan keberadaan 35 produk digital yang bisa menghemat waktu pengguna. Misalnya, dalam membeli pulsa atau token listrik, membayar air, pajak, donasi, zakat, dan lain-lain,” jelas Ekhel.

Pilar kedua, yakni Fintech dan Pembayaran berfokus dalam mempermudah masyarakat untuk berinvestasi. Contohnya melalui layanan Tokopedia Emas dan Tokopedia Reksa Dana. Layanan ini tersedia dengan harga terjangkau, yakni mulai dari Rp500 untuk berinvestasi emas dan Rp10.000 untuk reksa dana. Layanan diharapkan dapat mendorong literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia.

Pada pilar ketiga, Logistik dan Fulfillment, Tokopedia menawarkan kemudahan kepada para penjual dalam memperluas cakupan pemasaran produk mereka. Salah satunya melalui layanan gudang pintar bernama TokoCabang.

Pilar keempat Tokopedia adalah Mitra Tokopedia, aplikasi ringan berukuran 3 MB yang diluncurkan pada November 2018 lalu. Mitra Tokopedia menjadi sebuah ekosistem untuk mempermudah pemilik warung, toko kelontong, dan usaha sejenis lainnya, dalam mengembangkan bisnis melalui pemanfaatan teknologi, sehingga bisa berjualan produk digital seperti pulsa dan menerima berbagai macam pembayaran mulai dari listrik, voucher game, hingga BPJS, serta membeli stok barang dengan lebih mudah, cepat dan efisien lewat fitur Grosir. Melalui aplikasi ini, mereka menjembatani dunia ritel online dan offline untuk mitra-mitra yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Langkah Tokopedia bagi perkembangan perusahaan mereka, yakni meraih EBITDA positif (pendapatan sebelum bunga, pajak depresiasi dan amortisasi) mulai 2020 ini. "Kami berharap dapat mencapai komitmen ini melalui pertumbuhan bisnis Tokopedia yang konsisten dan berkelanjutan. Melantai di bursa saham juga merupakan langkah berikutnya yang saat ini kami rencanakan," ucap Ekhel.

Dengan begitu setiap masyarakat Indonesia, termasuk para pengguna, penjual, dan mitra Tokopedia, berkesempatan untuk turut memiliki Tokopedia.

Persiapan untuk melantai di bursa saham juga sudah dipetakan, direncanakan, dan siapkan dari jauh hari. Manajemen tata kelola perusahaan yang lebih baik, mulai dari pembukuan laba positif sampai penunjukkan Agus Martowardjojo sebagai Komisaris Utama Tokopedia adalah langkah-langkah yang Tokopedia ambil dalam mempersiapkan perusahaan siap melantai ke bursa saham.

Sedangkan e-commerce lain seperti Bukalapak memiliki strategi yang tetap mengacu pada tujuan awal perusahaan mereka, yakni yaitu memajukan perekonomian Indonesia melalui pemberdayaan UMKM.

Intan Wibisono, Head of Corporate Communications Bukalapak mengatakan, untuk mencapai tujuan tersebut, Bukalapak fokus menjadi perusahaan yang berkelanjutan untuk mengoptimalkan dampak positif yang tercipta dari aktivitas bisnis.

"Selama ini kami telah berhasil mencatat capaian finansial yang baik, dan ini adalah hasil konsistensi kami dalam membangun core bisnis yang kuat dan berdampak bagi masyarakat. Ke depannya, Bukalapak akan mengedepankan manajemen talenta, penguatan modal, dan manajemen keuangan, serta mempertahankan kinerja perusahaan yang baik untuk dapat menjadi perusahaan yang memberikan manfaat lebih luas," jelasnya.

Intan menambahkan, saat ini Mitra Bukalapak menjadi bagian yang tak terpisahkan dan berkontribusi sangat signifikan pada bisnis Bukalapak secara keseluruhan. Fokus kami saat ini adalah secara konsisten memberikan pemberdayaan dan mengembangkan fitur digital lain yang berpotensi menjadi sumber pendapatan bagi Mitra Bukalapak.

“Selain itu kami juga konsisten menjadikan Mitra Bukalapak sebagai salah satu corong kami dalam mendorong penciptaan masyarakat inklusif melalui berbagai layanan dan fitur,” tegasnya.

Soal regulasi, Bima Laga, AVP of Public Policy & Government Relations Bukalapak berharap regulasi yang berlaku di Indonesia tentunya mendukung kemajuan industri e-commerce dan pelaku UMKM nasional. "Secara khusus, kami berharap Peraturan Menteri dari Peraturan Pemerintah No. 80 tahun 2019 dapat memudahkan pelaku UMKM yang ingin berjualan online melalui Bukalapak," tandasnya.

Yang jelas, peluang bagi e-commerce di Indonesia untuk tumbuh masih sangat tinggi. Saat ini baru 4,4% populasi Indonesia yang menggunakan e-commerce. Diprediksi potensinya akan meningkat hingga berkali-kali lipat dalam 5 tahun ke depan. Wajar bagi para e-commerce untuk bersikap agresif dalam memanfaatkan peluang tersebut.

"Namun yang lebih penting adalah untuk fokus menjadikan perusahaan e-commerce, dalam hal ini Bukalapak, untuk menjadi perusahaan sehat dan tumbuh berkelanjutan sehingga mampu memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi UMKM Indonesia," tutupnya. (Ananda Nararya/Oktiani Endarwati/Hafid Fuad)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8865 seconds (0.1#10.140)