Market Banyak Sentimen Negatif, Saatnya Buy on Weakness

Senin, 27 Januari 2020 - 11:17 WIB
Market Banyak Sentimen Negatif, Saatnya Buy on Weakness
Market Banyak Sentimen Negatif, Saatnya Buy on Weakness
A A A
JAKARTA - Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee melihat pola Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun hampir sepekan penuh membuka peluang IHSG rebound jadi terbatas.

"Kami perkirakan IHSG pekan ini berpeluang menguat terbatas. Adapun support IHSG di level 6218 sampai 6200 dan resistane IHSG di level 6256 sampai 6312. Cenderung buy on weakness atau BOW di pasar," ujar Hans di Jakarta, Senin (27/1/2020).

Dari dalam negeri kisruh pembubaran Reksadana terbukti masih menekan kinerja IHSG, dimana beberapa pekan terkhir di tengah optimisme penandatangan fase satu perang dagang AS China IHSG beberapa kali mengalami tekanan turun. Ketika Dow Jones membuat rekor kenaikan baru, IHSG masih tertekan akibat aksi jual Reksadana yang di bubarkan.

Beberapa saham blue chip yang ada di dalam list produk yang di bubarkan telah mengalami tekanan jual. Lebih dari 35 reksadana yang NAB nya turun lebih dari 50% ketika melakukan rebalancing untuk mengembalikan dana nasabah juga pasti akan menekan Indeks ke depannya. "Belum lagi pembekuan 800 rekening nasabah kami perkirakan akan menimbulkan sentimen negatif di pasar," ujarnya.

Dari global, berita utama pekan lalu tentu saja virus Corona di China. Dampaknya pasar Asia dan global sempat tertekan karena kekawatiran penyebarannya. Tercatat per Jumat menurut laporan media China yang dikutip oleh CNBC jumlah kasus sudah mencapai 830 orang dengan 25 orang meninggal dunia.

Pasar saham dunia sempat stabil setelah pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa wabah virus Corona belum menjadi keadaan darurat global. Tindakan cepat oleh pihak China untuk menahan penyebaran virus pernafasan ini dengan menghentikan perjalanan masuk dan keluar dari kota Wuhan, tempat virus korona berasal.

Hal ini memberikan keyakinan bahwa wabah yang terjadi tidak mengakibatkan pandemi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Tetapi Tahun baru Imlek dimana banyak warga melakukan perjalanan di dalam dan luar negeri menimbulkan kekawatiran di pasar.

Sementara itu, laba korporasi masih akan menjadi sentimen pasar pekan ini. Lebih dari 12% dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan keuangannya, menurut data FactSet 70 % perusahan-perusahaan membukukan laba lebih baik dari perkiraan. Diperkirakan ekspektasi keuntungan perusahaan menurun pada periode pelaporan kali ini.

FactSet memperkirakan laba S&P 500 berpeluang turun 2% pada kuartal keempat secara year-over-year. Sedangkan sebagian analis memperkirakan laba emiten pada indeks S&P 500 berpeluang turun 0,8% pada kuartal keempat, tetapi analis memperkirakan terjadi keniakan laba 5,8% pada kuartal pertama 2020.

Di sisi lain, melebarnya perang dagang perlu mendapat perhatian pelaku pasar. Setelah penandatanganan fase 1 antara China dan Amerika Serikat (AS), pernyataan presiden AS Donald Trump terasa menekan zona Euro. Trump mengatakan bahwa Uni Eropa tidak punya pilihan selain menyetujui kesepakatan perdagangan baru dalam wawancara di Davos.

Dalam pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif impor mobil Eropa jika tak ada komitmen perdagangan baru dengan Uni Eropa. Apakah zona Euro akan mudah ditekan atau terjadi sebaliknya.

Presiden Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China Liu He telah menandatangani perjanjian perdagangan fase pertama, mengurangi ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu. Namun, optimisme positif kesepakatan perang dagang China dan AS mulai memudar di pasar.

Apalagi ditambah pernyataan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin bahwa AS akan mempertahankan tarif barang-barang China sampai kesepakatan tahap kedua berakhir. "Ini menjadi sentimen negatif pasar," sebut Hans.

Laporan Bloomberg News sebelumnya mengatakan AS bisa mempertahankan tarif lebih dari USD300 miliar terhadap barang-barang impor dari China sampai November 2020 atau sampai pilpres AS dilakukan.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5867 seconds (0.1#10.140)