Viral Orang Tua Korban Meninggal Terseret Ombak Pantai Drini Tolak Berdamai, Ini Duduk Perkaranya
loading...

Video yang menarasikan salah satu keluarga siswa SMPN 7 Mojokerto, Jawa Timur, korban tewas terseret ombak di Pantai Drini, Gunungkidul, menolak damai dengan pihak sekolah, viral di media sosial. FOTO/TANGKAPAN LAYAR
A
A
A
MOJOKERTO - Sebuah video viral di media sosial yang menarasikan salah satu keluarga siswa SMPN 7 Mojokerto, Jawa Timur, korban tewas terseret ombak di Pantai Drini, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menolak damai dengan pihak sekolah. Dalam kegiatan outing class tersebut, empat siswa meninggal dunia.
Dalam video tersebut, seorang pria tidak terima dengan apa yang disodorkan kepada dirinya.
"Bukan gitu bu, ini masalah nyawa Bu, kalau uang buat apa ini, nggak bisa gitu hey, nyawa kok dibayar, tanggung jawabnya itu, jangan kayak gitu Bu," kata pria tersebut dengan nada yang semakin meninggi dikutip, Jumat (31/1/2025).
"Kami masih berduka, jangan dikasih ini dulu, masih berduka," timpal perempuan berjilbab di sebalah pria tersebut. Keduanya diduga merupakan suami istri.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, keduanya bernama Yosef dan Istiqomah, orang tua korban outing class SMPN 7 Kota Mojokerto. Keduanya marah-marah dan menyobek kertas surat damai yang disodorkan oleh sejumlah perempuan yang diduga adalah guru SMPN 7. Surat yang disodorkan diduga pernyataan damai agar keluarga tidak melanjutkan kasus terjadinya laka laut di Pantai Drini, Gunungkidul.
Anggota keluarga lain pun ikut emosi dan mengusir sejumlah perempuan tersebut. Sejumlah perempuan tersebut akhirnya pergi dari rumah Yosef dan Istiqomah. Peristiwa itu diketahui terjadi pada Rabu (28/1/2025) siang dan videonya beredar di media sosial sejak malam harinya.
Sementara itu, Pj Wali Kota Mojokerto Ali Kuncoro mengatakan sejumlah guru SMPN 7 Mojokerto datang ke rumah keluarga Yosef dan Istiqomah terkait surat kelengkapan administrasi bukan surat damai sebagaimana kabar beredar.
"(Surat) Itu menjadi kelengkapan pemberkasan," katanya.
Ali Kuncoro menjelaskan, saat terjadi kecelakaan laut, otoritas di Kabupaten Gunungkidul harus merespons secara cepat peristiwa itu. Setelah itu, otoritas terakit harus memberikan laporan kepada atasannya yang membutuhkan kelengkapan administrasi.
"Saya pikir panjengengan juga paham dalam setiap proses pemeriksaan, berkasnya itu harus komplet, jadi tidak ada kehendak pihak sekolahan, pendidikan, atau pemerintah kota lepas tangan," katanya.
Pj Wali Kota menngungkit bagaimana respons Pemkot Mojokerto menangani permasalahan tersebut. "Seluruh OPD kita instruksikan untuk melakukan pendampingan kepada keluarga korban, mengawal rombongan selamat sampai dengan tujuan, termasuk pada saat saya datang, saya memberikan penguatan," katanya.
Dalam video tersebut, seorang pria tidak terima dengan apa yang disodorkan kepada dirinya.
"Bukan gitu bu, ini masalah nyawa Bu, kalau uang buat apa ini, nggak bisa gitu hey, nyawa kok dibayar, tanggung jawabnya itu, jangan kayak gitu Bu," kata pria tersebut dengan nada yang semakin meninggi dikutip, Jumat (31/1/2025).
"Kami masih berduka, jangan dikasih ini dulu, masih berduka," timpal perempuan berjilbab di sebalah pria tersebut. Keduanya diduga merupakan suami istri.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, keduanya bernama Yosef dan Istiqomah, orang tua korban outing class SMPN 7 Kota Mojokerto. Keduanya marah-marah dan menyobek kertas surat damai yang disodorkan oleh sejumlah perempuan yang diduga adalah guru SMPN 7. Surat yang disodorkan diduga pernyataan damai agar keluarga tidak melanjutkan kasus terjadinya laka laut di Pantai Drini, Gunungkidul.
Anggota keluarga lain pun ikut emosi dan mengusir sejumlah perempuan tersebut. Sejumlah perempuan tersebut akhirnya pergi dari rumah Yosef dan Istiqomah. Peristiwa itu diketahui terjadi pada Rabu (28/1/2025) siang dan videonya beredar di media sosial sejak malam harinya.
Sementara itu, Pj Wali Kota Mojokerto Ali Kuncoro mengatakan sejumlah guru SMPN 7 Mojokerto datang ke rumah keluarga Yosef dan Istiqomah terkait surat kelengkapan administrasi bukan surat damai sebagaimana kabar beredar.
"(Surat) Itu menjadi kelengkapan pemberkasan," katanya.
Ali Kuncoro menjelaskan, saat terjadi kecelakaan laut, otoritas di Kabupaten Gunungkidul harus merespons secara cepat peristiwa itu. Setelah itu, otoritas terakit harus memberikan laporan kepada atasannya yang membutuhkan kelengkapan administrasi.
"Saya pikir panjengengan juga paham dalam setiap proses pemeriksaan, berkasnya itu harus komplet, jadi tidak ada kehendak pihak sekolahan, pendidikan, atau pemerintah kota lepas tangan," katanya.
Pj Wali Kota menngungkit bagaimana respons Pemkot Mojokerto menangani permasalahan tersebut. "Seluruh OPD kita instruksikan untuk melakukan pendampingan kepada keluarga korban, mengawal rombongan selamat sampai dengan tujuan, termasuk pada saat saya datang, saya memberikan penguatan," katanya.
(abd)
Lihat Juga :