Imbas Virus Corona, Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa di Bawah 5%
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5% imbas dari wabah virus corona. Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan mengatakan, tantangan tahun ini berubah drastis akibat dari wabah virus corona yang terjadi di China.
Berdasarkan proyeksi Bank Dunia, dampak dari virus corona akan menurunkan 1% GDP China. Sementara dengan turunnya 1% GDP China akan menurunkan 0,3% GDP Indonesia. Namun berdasarkan kajian BPPP, jika pertumbuhan ekonomi China turun 1% maka pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut turun sebesar 0,23%.
"Jadi kalau Bank Dunia 0,3%, kami lebih konservatif 0,23%. Bukan menghibur, tapi berdasarkan fakta-fakta yang kami temukan secara ilmiah," ujarnya di Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Kasan melanjutkan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% dalam APBN 2020. Dengan wabah virus corona ini diproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun 4,7%. "Sehingga kalau China dari 6%, menjadi mendekati 5%, bisa dibayangkan. Kalau target 5,3% dikurangi 0,6%. Tinggal 4,7%. Itu sederhananya," ungkapnya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, pembatasan mobilitas orang dari dan ke China akan memukul sektor pariwisata dan transportasi. "Dampaknya terhadap pariwisata jauh lebih luas lagi, bukan hanya wisman China tapi hampir semua wisman mengalami penurunan drastis untuk masuk ke Indonesia," ujarnya.
Di sisi lain, pelemahan ekonomi dan pembatasan mobilitas orang akan menekan potensi FDI dari China. Seperti diketahui, FDI dari China meningkat sangat pesat dalam 5 tahun terakhir. China merupakan investor terbesar kedua setelah Singapura, mengalahkan Jepang pada tahun 2019.
"CORE memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,9-5,1% karena faktor ketidakpastian meningkat di 2020. Kalau kemudian virus ini berlangsung secara lama, ini akan megarah pada potensi pertumbuhan 4,9%," tandasnya.
Berdasarkan proyeksi Bank Dunia, dampak dari virus corona akan menurunkan 1% GDP China. Sementara dengan turunnya 1% GDP China akan menurunkan 0,3% GDP Indonesia. Namun berdasarkan kajian BPPP, jika pertumbuhan ekonomi China turun 1% maka pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut turun sebesar 0,23%.
"Jadi kalau Bank Dunia 0,3%, kami lebih konservatif 0,23%. Bukan menghibur, tapi berdasarkan fakta-fakta yang kami temukan secara ilmiah," ujarnya di Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Kasan melanjutkan, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% dalam APBN 2020. Dengan wabah virus corona ini diproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun 4,7%. "Sehingga kalau China dari 6%, menjadi mendekati 5%, bisa dibayangkan. Kalau target 5,3% dikurangi 0,6%. Tinggal 4,7%. Itu sederhananya," ungkapnya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, pembatasan mobilitas orang dari dan ke China akan memukul sektor pariwisata dan transportasi. "Dampaknya terhadap pariwisata jauh lebih luas lagi, bukan hanya wisman China tapi hampir semua wisman mengalami penurunan drastis untuk masuk ke Indonesia," ujarnya.
Di sisi lain, pelemahan ekonomi dan pembatasan mobilitas orang akan menekan potensi FDI dari China. Seperti diketahui, FDI dari China meningkat sangat pesat dalam 5 tahun terakhir. China merupakan investor terbesar kedua setelah Singapura, mengalahkan Jepang pada tahun 2019.
"CORE memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,9-5,1% karena faktor ketidakpastian meningkat di 2020. Kalau kemudian virus ini berlangsung secara lama, ini akan megarah pada potensi pertumbuhan 4,9%," tandasnya.
(akr)