Laporan dari Hubei Membuat Rupiah Melemah ke Rp13.681

Kamis, 13 Februari 2020 - 10:18 WIB
Laporan dari Hubei Membuat Rupiah Melemah ke Rp13.681
Laporan dari Hubei Membuat Rupiah Melemah ke Rp13.681
A A A
JAKARTA - Mata uang aset berisiko, termasuk rupiah, berbalik melemah pada Kamis (13/2/2020) setelah Provinsi Hubei, China, melaporkan lonjakan tajam dalam jumlah kasus baru wabah corona. Ini memicu pasar mengalihkan dananya ke aset safe haven.

Data Bloomberg mencatat kurs rupiah di pasar spot, melemah 7 poin ke level Rp13.681 per USD, dimana sempat menguat di sesi awal ke Rp13.672 per USD. Rabu kemarin, rupiah ditutup di level Rp13.674 per USD.

Yahoo Finance mencatat rupiah nelangsa 11 poin atau 0,08% menjadi Rp13.654 per USD, dibandingkan penutupan sesi kemarin di Rp13.643 per USD.

Bank Indonesia mematok kurs tengah rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) di level Rp13.679 per USD, terdepresiasi 20 poin dibandingkan posisi Rp13.659 per USD di Rabu lalu.

Pasar aset berisiko mendapat guncangan setelah Provinsi Hubei pada Kamis melaporkan jumlah kematian pada Rabu kemarin meningkat tajam 242 orang dam ada 14.840 kasus baru akibat virus corona. Sehingga jumlah kematian akibat wabah ini menjadi 1.310 orang.

Melansir dari CNBC, Komisi Kesehatan Hubei mengatakan jumlah tersebut setelah China melakukan diagnosa dnegan metode baru. Virus corona yang pertama kali muncul di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, pada akhir tahun 2019 telah menyebar ke 24 negara di dunia, terutama Asia.

"Dengan melihat angka-angka dari laporan Hubei, investor beralih dari perdagangan aset berisiko untuk kembali membeli aset safe haven seperti yen Jepang dan dolar Amerika Serikat," kata Ayako Sera, ahli strategi pasar di Sumitomo Mitsui Trust Bank di Tokyo.

Indeks USD yang melacak kinerja greenback terhadap enam mata uang lainnya, berada di level 98,987. Sedangkan yen Jepang menguat ke 109,95 per USD, setelah sebelumnya berada di 110,09 yen per USD. Yuan China melemah 0,16% menjadi 6,984 per USD.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4301 seconds (0.1#10.140)