Kontribusi UMKM sebagai Jaring Pengaman Sosial dan Ekonomi Kerakyatan

Kamis, 20 Februari 2020 - 22:37 WIB
Kontribusi UMKM sebagai Jaring Pengaman Sosial dan Ekonomi Kerakyatan
Kontribusi UMKM sebagai Jaring Pengaman Sosial dan Ekonomi Kerakyatan
A A A
JAKARTA - Kinerja unit ekonomi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia mencapai 98%. Penyerapan tenaga kerja sebesar 97% dan berkontribusi 60% ke Produk Domestik Bruto.

Tapi di sisi lain, penurunan subsidi APBN 2020 terkait rencana kenaikan elpiji 3 kg, tarif tenaga listrik serta kenaikan BPJS, bisa menjadi pukulan berat bagi UMKM.

"Padahal kita pun mesti paham benar, kontribusi pelaku usaha UMKM sangat besar terkait jaring pengaman sosial maupun penyangga utama ekonomi kerakyatan. Keberpihakan konkret pemerintah terkait akses bahan baku, dana perbankan dan nonbank, distribusi serta pemasaran harus terus kita tagih realisasinya," ujar Anggota Komisi VI DPR, Marwan Jafar di Jakarta, Kamis (20/2/2020).

Marwan mengingatkan ekonomi Indonesia enggak ambyar total waktu Krisis Ekonomi 1998 karena utamanya pelaku UMKM menjadi katup-katup ekonomi sosial di tingkat terbawah masyarakat.

"Itu sebabnya, dalam beberapa pasal di rancangan Omnibus Law, perlindungan usaha dan kesempatan berusaha bagi UMKM termasuk menjadi daftar prioritas," tandas Marwan yang mantan Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.

Ia menambahkan, kalangan UMKM mampu bertahan karena mereka jelas memiliki etos pantang menyerah, penuh kreativitas serta sangat mandiri dalam sejumlah mulai dari aspek produksi hingga sisi pemasaran.

Khusus terkait permodalan, Marwan mengingatkan, kemudahan akses jutaan pelaku UMKM ke perbankan dan nonbank juga harus menjadi prioritas. Sudah sejak dekade 1970-an, peraih Nobel Perdamaian 2006, Muhammad Yunus memperkenalkan skema kredit mikro--suatu bentuk pinjaman yang jumlahnya relatif kecil buat orang-orang yang tidak dapat diakses oleh perbankan alias nonbankable--berhasil membantu jutaan orang di Bangladesh dengan mendirikan Grameen Bank (artinya Bank Desa).

Dunia juga dikejutkan, karena pada 2016, Grameen Bank berhasil menggandeng raksasa kapitalis Danone yang menggelontorkan dana 1,6 juta euro. Bentuk kerjasama, diantaranya produksi yoghurt rakyat Bangladesh yang akan dipasok ke bisnis besar minuman Danone.

"Sungguh ini inspirasi menarik yang bisa jadi referensi bagi kalangan swasta besar, perbankan serta pemerintah sebagai regulator dan fasilitator. Mau tidak mereka berpihak dan mempercayai keuletan jutaan kinerja pelaku UMKM kita yang juga pengamal sejati ekonomi kerakyatan di Indonesia," ujar mantan Menteri Desa-PDTT itu.

Sedangkan terkait jaring pengaman sosial oleh UMKM, Marwan mengingatkan juga, buat mengurangi masalah kemiskinan, ekonom dari Peru Hernando De Soto menawarkan sebuah cara yang tidak konvensional.

Menurut ekonom asal Peru itu, orang menjadi miskin bukan karena tak punya modal. Melainkan karena negara tidak memberikan legalisasi atas aset-aset mereka. Karena itu, De Soto menyarankan agar pemerintah mendata ulang aset si miskin dan memberikan mereka sertifikat agar bisa meminjam modal ke bank. Dengan cara inilah mereka dapat masuk serta bersaing dalam sistem ekonomi pasar.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5350 seconds (0.1#10.140)