Bursa Saham Asia Terkapar, Nikkei Jepang Anjlok 4,41% dan ASX Terjun Bebas 7,36%

Kamis, 12 Maret 2020 - 17:01 WIB
Bursa Saham Asia Terkapar, Nikkei Jepang Anjlok 4,41% dan ASX Terjun Bebas 7,36%
Bursa Saham Asia Terkapar, Nikkei Jepang Anjlok 4,41% dan ASX Terjun Bebas 7,36%
A A A
TOKYO - Bursa saham turun tajam pada akhir perdagangan, Kamis (12/3/2020) mengikuti Dow Jones Industrial Average yang juga terjun bebas dalam sesi semalam setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah virus corona (Covid-19) sebagai pandemi global. Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang jatuh terkapar hingga 4,52%.

Sementara indeks Nikkei Jepang hingga akhir sesi ambruk 4,41% untuk menutup perdagangan jelang akhir pekan pada posisi 18.559,63 usai tercatat 20% lebih rendah dari penutupan tertinggi. Sedangkan indeks Topix merosot 4,13% untuk mengakhiri trading hari ini di 1.327,88.

(Baca Juga: Perdagangan Saham Sempat Dibekukan, IHSG Berakhir Anjlok 5,01% ke 4.895)

Yen Jepang yang sering dipandang sebagai mata uang Safe Haven, diperdagangkan pada posisi 103,72 menyusul kenaikan sebelumnya 103,08. Selanjutnya tekanan juga terlihat pada indeks Kospi, Korea Selatan usai anjlok 3,87% menjadi 1.834,33.

Pelemahan terdalam terlihat pada bursa saham Australia, dimana S&P/ASX 200 terjun bebas mencapai 7,36% dan berakhir pada level 5.304,60. Tren pelemahan tidak terkecuali juga menyapa indeks Hang Seng, Hong Kong usai merosot sangat dalam yakni -3.66% atau setara 922,54 poin.

Saham daratan China juga lebih rendah menjelang akhir pekan, dimana Komposit Shanghai menyusut 1,52% hingga menyentuh level 2.923,49 dan Komposit Shenzhen jatuh 2,196% menjadi 1.818,56.

"Masalah sebenarnya adalah gangguan dari sisi supply dan demand- yang terkait dengan COVID-19 dan itu sangat sulit untuk memprediksi," kata Kepala Strategi Pasar untuk Asia Tenggara di HSBC Private Banking, James Cheo seperti dilansir CNBC hari ini.

"Kebijakan terutama kebijakan fiskal atau bahkan pemotongan suku bunga, tidak terasa langsung dalam masalah ini. Anda sangat membutuhkan kebijakan kesehatan yang terkoordinasi dan otoritas kesehatan yang sebenarnya bisa membendung ini, serta menekan peningkatan dalam kasus COVID-19," sambung Cheo.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5112 seconds (0.1#10.140)