Harga Minyak Turun, Pertamina EP Tekankan Cost Effectiviness

Kamis, 12 Maret 2020 - 19:03 WIB
Harga Minyak Turun, Pertamina EP Tekankan Cost Effectiviness
Harga Minyak Turun, Pertamina EP Tekankan Cost Effectiviness
A A A
JAKARTA - PT Pertamina EP (PEP) menegaskan komitmen dan konsistensinya dalam upaya meningkatkan produksi minyak dan gas serta mendukung pencapaian target produksi 1 juta barel minyak pada 2030 yang menjadi visi SKK Migas di tengah tren penurunan harga minyak global. Kontribusi Grup Pertamina, termasuk PEP, diharapkan signifikan sehingga menjadi tulang punggung dalam pencapaian target tersebut.

Sebagai informasi, PEP memproyeksikan produksi minyak rata-rata tahun ini sebesar 85.000 BOPD (barrel oil per day). Ini berasal dari PEP Asset 5 sebesar 18.478 BOPD, PEP Asset 2 sebesar 17.985 BOPD, PEP Asset 4 sebesar 16.403 BOPD, serta PEP Asset 1 sebesar 14.624 BOPD dan PEP Asset 3 sebanyak 13.656 BOPD dan Business Partnership 3.853 BOPD.

Sedangkan gas diproyeksikan sebanyak 932 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). Target produksi ini berasal dari PEP Asset 2 sebesar 362 MMSCFD, PEP Asset 3 sebesr 279 MMSCFD, PEP ASSET 4 sebear 170 MMSCFD, dan PEP Asset 1 sebesar 90 MMSCFD. Sisanya beraal dari PEP Asset 5 sebesar 16 MMSCFD dan Business Partnership 15 MMSCFD.

"Saya sudah meeting dengan Deputi Perencanaan SKK Migas dan tim. Sebelumnya saya juga ikut dalam Rakor Kementerian ESDM. Kita tetap fokus melaksanakan work program dan budget (WP&B) dan mengeksekusinya dengan catatan kita lebih concern, aware terhadap cost," jelas Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf dalam keterangan tertulisnya, Kamis (12/3/2020).

Menurut Nanang, kondisi perekonomian dunia saat ini sulit sehingga harga minyak ikut tertekan. Pada perdagangan Selasa (10/3), harga minyak WTI sempat menembus USD27,2 per dolar kendati kemudian naik kembali. Pada Rabu (11/3), harga WTI sudah naik lagi menjadi USD35,43 per barel dan Brent USD38,6 per barel.

Tren harga minyak saat ini belum bisa ditentukan apakah akan berlangsung lama, pendek atau akan rebound. Kondisi ini diperparah dengan wabah virus corona atau Covid-19 yang melanda beberapa negara terutama China. Tapi Nanang masih optimis jika harga minyak nantinya akan kembali naik.

Dia mengakui, saat ini adalah kondisi yang menantang bagi industri hulu migas. Dalam kondisi tersebut, kata dia, PEP dan KKKS lainnya diuji dengan kondisi berat untuk tetap bertahan. "Strateginya adalah tetap utamakan keselamatan kerja plus cost effectiveness, baru yang lainnya," papar dia.

Nanang optimistis PEP bisa melalui masa sulit akibat penurunan harga minyak dunia yang terjadi dengan sangat cepat dalam beberapa hari terakhir. Apalagi PEP memiliki pengalaman operasi di tengah rendahnya harga minyak sehingga kondisi saat ini bukan hal yang terlalu mengejutkan. PEP telah menyiapkan strategi jika kondisi anjloknya harga minyak terus berlangsung dalam waktu yang tidak lama.

Dia meminta para manajer lapangan dan manajer umum sebagai perpanjangan tangan manajemen PEP untuk melakukan efisiensi beberapa program yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasi produksi. Dia menegaskan PEP tetap menjalankan WP&B dengan pelaksanaan seefektif mungkin. Tidak ada pembatasan biaya sepanjang setiap biaya yang dikeluarkan berdampak pada peningkatan kinerja, produksi, cadangan, HSSE, dsb.

“Hal-Hal yang tidak berhubungan dengan produksi dan peningkatan cadangan dan sebagainya, ya kita tidak lakukan,” jelasnya.

Nanang mencontohkan, target 108 sumur pengembangan PEP tahun ini hingga rampung, bukan hanya sampai tajak. Hal ini dikarenakan hasil dari pemboran sumur tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian angka produksi yang sudah ditetapkan pada tahun berjalan.

Pemboran yang dilakukan di awal, tengah dan akhir tahun akan menghasilkan kontribusi yang berbeda. Karena itu, manajemen PEP minta pengeboran sumur pengembangan dilakukan secara agresif di awal tahun supaya kontribusinya panjang.

Kegiatan eksplorasi juga sama. Menurut Nanang, ada 11 sumur selesai sampai tuntas. para manajer lapangan maupun manajer umum harus mengkalkulasi sumber daya yang didapatkan (2C) dari hasil kegiatan eksplorasi, termasuk survei seismik ada 2D dan 3D dijalankan.

“Para GM dan FM adalah leaders, harus bedakan critical, urgent, penting, dan mana yang biasa. Kita akan hadapi itu. Selalu harus pertimbangkan dampaknya yang cepat, besar dan murah tentu saja,” tandasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5690 seconds (0.1#10.140)