Stimulus Ekonomi Jilid II Bisa Bikin Pasar Saham Bergerak Positif

Senin, 16 Maret 2020 - 05:14 WIB
Stimulus Ekonomi Jilid II Bisa Bikin Pasar Saham Bergerak Positif
Stimulus Ekonomi Jilid II Bisa Bikin Pasar Saham Bergerak Positif
A A A
JAKARTA - Selama sepekan ini fluktuasi bursa saham dunia diwarnai kejatuhan harga-harga saham dan baru di ujung pekan terjadi kenaikan. Adapun, perdagangan saham di bursa Wall Street sempat mengalami penurunan hampir 10% dan menjadi yang terburuk sejak "Balck Monday" 1987.

Bursa Wall Street pada saat penurunan tersebut sempat dihentikan sementara setelah dibuka 15 menit pertama karena mencapai ambang batas "circuit-braker" yang digunakan bursa AS. Tidak terkecuali pasar saham Tanah Air yang juga ambruk, hingga Bursa Efek Indonesia (BI) sempat menghentikan perdagangan sementara karena anjlok di atas 5%.

Pelaku pasar merespons stimulus baik fiskal maupun moneter untuk membendung dampak negatif virus corona terhadap ekonomi dan bisnis yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham. Salah satunya adalah stimulus jilid dua yang disiapkan pemerintah berupa relaksasi empat jenis pajak yaitu Pajak penghasilan (PPh) 21, PPh 22 Impor, PPh badan dan restitusi pajak pertambahan nilai yang telah ditetapkan pemerintah.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, pada stimulis jilid 1 pemerintah telah mengalokasikan Rp10,2 triliun yang di fokuskan pada sektor yang terdampak langsung virus corona yaitu sektor pariwisata dan konektivitas. Dukungan kenaikan pasar Amerika, Eropa beserta berbagai stimulus lokal membuat kami perkirakan bisa membuat pasar membaik.

"Ini akan bergerak positif. Koreksi mungkin akan terjadi di akhir-akhir pekan setelah kenaikan awal pekan," ujar Hans di Jakarta.

Dia melanjutkan, The Fed alias Bank Sentral AS saat ini berencana menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan. The Fed mengatakan akan meningkatkan operasi pendanaan overnight lebih dari USD500 miliar, lalu berencana menawarkan lebih banyak operasi repo senilai USD1 triliun, dan memperluas jenis sekuritas yang akan dibeli di pasar.

"Federal Reserve Bank of New York memperkenalkan operasi repo baru pekan ini senilai USD1,5 triliun dan mulai membeli US Treasury beberapa tenor," katanya

Adapun, federal Reserve (Fed) akan mulai membeli obligasi Treasury di semua tenor, yang dimulai dengan obligasi 30 tahun. Kebijakan oleh Fed memberikan sentiment positif pada pasar keuangan Amerika dan dunia.

Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan wabah korona sebagai pandemi akibat penyebaran ke berbagai Negara di Dunia. Menurut data Universitas Johns Hopkins virus corona sekarang telah menginfeksi lebih dari 137.000 orang di seluruh dunia dengan lebih dari 5.000 kematian.

Trump dalam pidato telah mengumumkan penangguhan perjalanan dari 26 negara Eropa selama 30 hari mulai Jumat malam sebagai bagian dari respons pemerintah menghadapai wabah virus korona. Inggris dan Irlandia dikecualikan dalam pembatasan itu.

Trump menyalahkan Eropa karena gagal mengambil tindakan yang cukup memadai untuk mengendalikan penyebaran virus corona di kawasan tersebut. Pengumuman larangan turis Eropa masuk ke wilayah AS mengejutkan pelaku pasar. Langkah ini memang adalah upaya menurunkan risiko penyebaran virus corona, namun dipandang menjadi ancaman bagi bisnis dan ekonomi global.

Saat ini, Presiden AS Donald Trump berencana mengeluakan stimulis fiskal berupa tarif pajak gaji 0% hingga akhir tahun, tetapi waktu penerapan kebijakan tersebut belum dapat dipastikan. Senator Chuck Grassley kepala Komite Keuangan Senat mengatakan pemotongan pajak seperti itu harus dieksaminasi.

Dikabarkan anggota parlemen berpengaruh menolak keras rencana bantuan pajak gaji yang diusung pemerintah. Ketidakpastian seputar respons fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi akibat wabah korona mengecewakan pasar.

"Pelaku pasar kecewa karena Gedung Putih belum merilis rincian respons fiskal terhadap virus korona. Insentif pajak potensial itu merupakan bagian dari paket pengeluaran senilai USD8,3 miliar yang telah ditandatangani Trump," katanya.

Di Amerika telah terjadi lebih dari 1.000 kasus virus korona yang berhasil dikonfirmasi. Peningkatan cepat dalam kasus virus korona telah menambah kekhawatiran perlambatan ekonomi Amerika dan global dan mendorong seruan untuk intervensi pemerintah.

Yield US Treasury (surat utang AS) tenor 10 tahun berhasil naik ke level 0,70% dari sebelumnya dimana imbal hasil US Treasury sempat turun ke rekor terendah. Yield surat utang bertenor 10-tahun sempat turun di bawah 40 basis poin dan seluruh kurva imbal hasil berada di bawah 1% untuk pertama kalinya.

Pada hari Kamis Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan tidak memotong suku bunga berbeda dengan ekspektasi pasar. Hal ini mengecewakan pelaku pasar yang berakibat penurunan bursa saham di kawasan tersebut.

Pasar berharap adanya pemotongan 10 basis poin untuk menghadapi dampak wabah Covid-19. Tetapi ECB mengumumkan sejumlah langkah untuk mendukung kredit perbankan, dan memperluas program pelonggaran kuantitatif (QE) sebesar 120 miliar euro (USD135,28 miliar).

Berdasarkan data Johns Hopkins University dan lembaga perlindungan sipil Italia, Kasus virus korona di Negara tersebut telah melampaui 15.000 dengan kematian mencapai lebih dari 1000. Italia adalah negara yang paling parah terkena dampak di luar China dan pemerintah setempat telah menerapkan langkah-langkah ketat untuk mengamankan penguncian nasional pada 60 juta penduduk negara itu.

Penguncian secara nasional masih terus berlanjut di sana sampai saat ini. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa ada 10.000 orang di Inggris mungkin telah terinfeksi virus korona. BT telah mengonfirmasi bahwa CEO-nya Philip Jansen positif COVID-19.

Harga minyak mentah dunia mencatat penurunan harian terbesar sejak Perang Teluk 1991, ketika produsen utama Arab Saudi dan Rusia memulai perang harga dan mengancam akan membanjiri pasokan ke pasar minyak global. Hal ini terjadi setelah Rusia menolak untuk mendukung OPEC mengurangi produksi minyak 1,5 juta barel perhari mulai April dan mengakhiri tiga tahun kerja sama pembatasan pasokan yang dilakukan selama ini.

Saudi mengancam akan memasok 12,3 juta barel per hari (bph) pada April dan ini angka jauh di atas tingkat produksi 9,7 juta bph saat ini. Arab Saudi juga memangkas harga jual minyak mentah resmi untuk April. Menteri Perminyakan Rusia, Alexander Novak mengatakan tidak mengesampingkan langkah-langkah bersama OPEC untuk menstabilkan pasar, menambahkan bahwa pertemuan OPEC + berikutnya direncanakan Mei-Juni.

Kejatuhan harga minyak hampir 25% sempat mimicu panic selling di bursa saham global. Kejatuhan harga minyak juga di sebabkan oleh dampak virus corona. Tetapi harga minyak mentah West Texas Intermediate dan Brent North Sea di bursa komoditas New York Mercantile Exchange dan London ICE Futures Exchanges mulai kembali naik. Stimulus ekonomi sejumlah negara menimbulkan harapan kenaikan permintaan minyak.

Trump mengatakan telah meminta Departemen Energi untuk membeli minyak mintah untuk cadangan minyak strategis AS. Kebijakan ini telah mendorong harga minyak mentah naik. Akhir pekan Bursa Amerika meghijau setelah Presiden Donald Trump mengumumkan keadaan darurat nasional. Langkah ini memberikan wewenang pemerintah untuk menggunakan dana federal untuk memerangi wabah virus corona.

Sambung Trump mengutarakan, langkah itu akan membuka akses hingga USD50 miliar dalam dana bagi negara bagian dan kota untuk mengatasi pandemi. Selain itu pasar ekuitas AS juga reli ke level tertinggi satu sesi di penutupan setelah Presiden Donald Trump mengatakan 50.000 tes virus corona baru akan tersedia minggu depan.

Selain itu IHSG merespon positif rilis kebijakan fiskal yang diperkenalkan pemerintah dan Bank Indonesia. Otoritas moneter memangkas GWM valas dari 8% menjadi 4%. Sementara stimulus fiskal jilid dua sebesar Rp22,9 trilun untuk membantu sektor manufaktur dan perdagangan.

"Kami perkirakan Support IHSG di level 4.850 sampai 4.639 dan resistance di level 4.937 sampai 5.040. Pelaku pasar sebaiknya berpikir rasional, lakukan pembelian ketika terjadi koreksi di pasar dan tidak panik beli waktu naik atau panik jual waktu turun," paparnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.7009 seconds (0.1#10.140)