Setahun Jokowi-Ma'ruf, Indef Dorong Percepatan Penanganan Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setahun Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin memerintah, banyak hal yang disoroti oleh para ekonom. Khususnya terkait pandemi Covid-19 yang berdampak luas terhadap aspek sosial-ekonomi masyarakat.
Terkait penanganan pandemi Covid-19, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada SINDOnews memberikan sedikit catatan. Penanganan pandemi diharapkannya bisa dipercepat untuk mendukung pemulihan ekonomi.
(Baca Juga: Penanganan Pandemi Harus Selaras Antara Kesehatan dan Ekonomi)
"Penanganan pandemi yang lambat membuat pertumbuhan ekonomi nasional sempat menurun hingga menyentuh level -5,32% di kuartal II/2020," kata Bhima, Selasa (20/10/2020).
Bhima mendorong pemerintah meniru langkah China yang merupakan negara asal pandemi tersebut. Negeri Tirai Bambu itu berhasil mencatatkan pertumbuhan positif 3,2% di periode yang sama. Bahkan, China sukses mencatatkan pertumbuhan 4,9% pada kuartal III/2020 dibandingkan tahun sebelumnya.
Respons yang cepat pada pemutusan rantai pandemi juga menimbulkan efek yang sama pada Vietnam. Ekonomi Vietnam pada kuartal II/2020 juga tumbuh positif 0,3% berkat keputusan segera melakukan lockdown dan merupakan negara pertama yang memutus penerbangan dengan China.
(Baca Juga: Tumbuh 4,9% di Kuartal III, Ekonomi China Jadi Harapan Dunia)
Bhima juga menyoroti kesiapan pemerintah dalam hal stimulus pemulihan ekonomi nasional (PEN) guna menghadapi resesi ekonomi. Stimulus yang disediakan relatif kecil, hanya 4,2% dari produk domestik bruto (PDB), sementara negara tetangga seperti Malaysia menyisihkan 20,8% dan Singapura 13%.
"Stimulus kesehatan dalam PEN hanya dialokasikan 12%, sementara korporasi mendapatkan 24% stimulus. Ada ketimpangan antara penyelamatan kesehatan dibandingkan ekonomi," tandasnya.
Terkait penanganan pandemi Covid-19, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada SINDOnews memberikan sedikit catatan. Penanganan pandemi diharapkannya bisa dipercepat untuk mendukung pemulihan ekonomi.
(Baca Juga: Penanganan Pandemi Harus Selaras Antara Kesehatan dan Ekonomi)
"Penanganan pandemi yang lambat membuat pertumbuhan ekonomi nasional sempat menurun hingga menyentuh level -5,32% di kuartal II/2020," kata Bhima, Selasa (20/10/2020).
Bhima mendorong pemerintah meniru langkah China yang merupakan negara asal pandemi tersebut. Negeri Tirai Bambu itu berhasil mencatatkan pertumbuhan positif 3,2% di periode yang sama. Bahkan, China sukses mencatatkan pertumbuhan 4,9% pada kuartal III/2020 dibandingkan tahun sebelumnya.
Respons yang cepat pada pemutusan rantai pandemi juga menimbulkan efek yang sama pada Vietnam. Ekonomi Vietnam pada kuartal II/2020 juga tumbuh positif 0,3% berkat keputusan segera melakukan lockdown dan merupakan negara pertama yang memutus penerbangan dengan China.
(Baca Juga: Tumbuh 4,9% di Kuartal III, Ekonomi China Jadi Harapan Dunia)
Bhima juga menyoroti kesiapan pemerintah dalam hal stimulus pemulihan ekonomi nasional (PEN) guna menghadapi resesi ekonomi. Stimulus yang disediakan relatif kecil, hanya 4,2% dari produk domestik bruto (PDB), sementara negara tetangga seperti Malaysia menyisihkan 20,8% dan Singapura 13%.
"Stimulus kesehatan dalam PEN hanya dialokasikan 12%, sementara korporasi mendapatkan 24% stimulus. Ada ketimpangan antara penyelamatan kesehatan dibandingkan ekonomi," tandasnya.
(fai)