SMILE Bantu Petani Sawit Dapatkan Sertifikasi Internasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Boleh jadi SMILE akan membuat para petani kelapa sawit swadaya tersenyum. Inisiatif berkelanjutan yang digagas oleh tiga perusahaan terkemuka dalam industri kelapa sawit yakni Kao, Apical Grup, dan Asian Agri tersebut berupaya membantu petani swadaya dalam meningkatkan produktivitas dan memperoleh sertifikasi internasional.
Tak hanya itu, SMILE atau SMallholder Inclusion for Better Livelihood & Empowerement juga punya misi agar petani mendapatkan premi dari penjualan minyak sawit yang bersertifikat. Beragam program bagi petani swadaya tersebut terungkap saat peluncuran SMILE melalui siaran langsung webinar berjudul "SMILE to Empower Smallholders" pada Rabu (28/10/2020). Sedikitnya 500 peserta mengikuti webinar ini.
(Baca Juga: Produksi Sawit RI Potensi Besar Wujudkan Ketahanan)
Presiden dari Apical Grup, Dato' Yeo How mengungkapkan inisiatif tersebut akan berlangsung selama 11 tahun. "Program ini berupaya untuk membangun rantai pasok yang ramah lingkungan melalui kerja sama dengan petani swadaya yang telah berkontribusi lebih dari 28% minyak sawit dari keseluruhan pasar minyak sawit Indonesia," kata Yeo How dalam paparannya.
Menurut dia, SMILE akan melaksanakan aktivitas sesuai dengan kerangka kerja RSPO. Program tersebut, sambung dia, juga memastikan ketertelusuran hingga ke perkebunan kelapa sawit untuk membangun rantai pasok yang ramah secara lingkungan dan sosial.
Senada, Managing Director Asian Agri, Kelvin Tio mengungkapkan SMILE berupaya untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan petani swadaya melalui kemitraan dan memperluas lingkup keberhasilan Asian Agri yang telah membangun kemitraan jangka panjang bersama para petani. "SMILE menyadari tantangan yang dihadapi petani swadaya sebagai pelaku usaha dalam meningkatkan produktivitas kebun mereka akibat pengetahuan dan kemampuan teknis yang terbatas," ujar Kelvin Tio,
Mewakili Kao dengan berkomunikasi melalui penerjemah, Negoro Masakazu mengatakan peningkatan dan penyediaan peralatan ini akan dilakukan dari 2020 hingga 2030. Tujuannya, untuk mendapatkan sertifikasi RSPO di tahun 2030. Setelah disertifikasi, kata Masakazu, petani akan memenuhi syarat dalam menerima premium minyak sawit bersertifikat dengan rata-rata 5% lebih tinggi dibandingkan minyak sawit yang tidak bersertifikat.
"Sebagai bagian dari persyaratan RSPO dan komitmen perusahaan dalam membantu masyarakat mewujudkan UN Sustainable Development Goals (SDGs), SMILE mengikutsertakan inisiatif yang mempromosikan inklusivitas dan peningkatan mata pencaharian melalui pemberdayaan masyarakat," papar Masakazu.
SMILE menawarkan kesempatan bagi petani untuk: Pertama, meningkatkan produktivitas dengan mengaplikasikan praktik budidaya pertanian yang
baik dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) dan perlindungan sosial serta lingkungan yang lebih baik. Kedua, mengurangi penggunaan herbisida dengan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan yang melalui proses uji coba berdasarkan pada rekam jejak dan kematangan tanaman.
Ketiga, meningkatkan pendapatan dari perolehan harga premium TBS yang bersertifikat, peningkatan produktivitas dan penghematan biaya dari pengurangan penggunaan bahan kimia. Secara umum, tujuan dari program ini adalah meningkatkan taraf hidup petani swadaya melalui peningkatan produktivitas tanpa deforestasi, tanpa lahan gambut, dan tanpa eksploitasi.
Melalui pelaksanaan SMILE, ketiga perusahaan akan secara rutin melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti LSM, lembaga nirlaba, dan tokoh masyarakat. Mereka akan diajak bersama-sama untuk memastikan pelatihan yang kompeten, alokasi peralatan yang memadai, dan penyaluran kebutuhan yang tepat waktu di tingkat kebun dan masyarakat. Juga melakukan optimalisasi kolaborasi dalam membangun rantai pasok yang berkelanjutan dan dapat dilacak.
(Baca Juga: Produksi Sawit Mulai Pulih, Pasar Domestiknya Bagaimana?)
Chief Operating Officer RSPO, Bakhtiar Talhah memberikan apresiasinya atas adanya SMILE. "Kami berterima kasih kepada anggota kami dan mitra pelaksana seperti Kao, Apical dan Asian Agri karena telah membantu petani mencapai sertifikasi RSPO melalui peningkatan kapasitas, praktik perkebunan terbaik, atau pembelian kredit RSPO," papar Bakhtiar.
Melalui semangat dan tanggung jawab bersama, pihaknya mengundang lebih banyak perusahaan untuk memperjuangkan standar petani swadaya RSPO yang baru. Yakni, untuk meningkatkan keterlibatan petani dalam agenda keberlanjutan untuk meningkatkan mata pencaharian mereka dan memberikan akses yang lebih luas ke pasar internasional.
Webinar yang berlangsung selama 2 jam ini juga dihadiri oleh perwakilan dari asosiasi petani (H. Sutoyo, Ketua Asosiasi Anugrah) dan Direktur Setara Jambi Nurbaya Zulhakim. Keduanya menyambut positif kehadiran SMILE untuk membantu petani sawit dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Tak hanya itu, SMILE atau SMallholder Inclusion for Better Livelihood & Empowerement juga punya misi agar petani mendapatkan premi dari penjualan minyak sawit yang bersertifikat. Beragam program bagi petani swadaya tersebut terungkap saat peluncuran SMILE melalui siaran langsung webinar berjudul "SMILE to Empower Smallholders" pada Rabu (28/10/2020). Sedikitnya 500 peserta mengikuti webinar ini.
(Baca Juga: Produksi Sawit RI Potensi Besar Wujudkan Ketahanan)
Presiden dari Apical Grup, Dato' Yeo How mengungkapkan inisiatif tersebut akan berlangsung selama 11 tahun. "Program ini berupaya untuk membangun rantai pasok yang ramah lingkungan melalui kerja sama dengan petani swadaya yang telah berkontribusi lebih dari 28% minyak sawit dari keseluruhan pasar minyak sawit Indonesia," kata Yeo How dalam paparannya.
Menurut dia, SMILE akan melaksanakan aktivitas sesuai dengan kerangka kerja RSPO. Program tersebut, sambung dia, juga memastikan ketertelusuran hingga ke perkebunan kelapa sawit untuk membangun rantai pasok yang ramah secara lingkungan dan sosial.
Senada, Managing Director Asian Agri, Kelvin Tio mengungkapkan SMILE berupaya untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan petani swadaya melalui kemitraan dan memperluas lingkup keberhasilan Asian Agri yang telah membangun kemitraan jangka panjang bersama para petani. "SMILE menyadari tantangan yang dihadapi petani swadaya sebagai pelaku usaha dalam meningkatkan produktivitas kebun mereka akibat pengetahuan dan kemampuan teknis yang terbatas," ujar Kelvin Tio,
Mewakili Kao dengan berkomunikasi melalui penerjemah, Negoro Masakazu mengatakan peningkatan dan penyediaan peralatan ini akan dilakukan dari 2020 hingga 2030. Tujuannya, untuk mendapatkan sertifikasi RSPO di tahun 2030. Setelah disertifikasi, kata Masakazu, petani akan memenuhi syarat dalam menerima premium minyak sawit bersertifikat dengan rata-rata 5% lebih tinggi dibandingkan minyak sawit yang tidak bersertifikat.
"Sebagai bagian dari persyaratan RSPO dan komitmen perusahaan dalam membantu masyarakat mewujudkan UN Sustainable Development Goals (SDGs), SMILE mengikutsertakan inisiatif yang mempromosikan inklusivitas dan peningkatan mata pencaharian melalui pemberdayaan masyarakat," papar Masakazu.
SMILE menawarkan kesempatan bagi petani untuk: Pertama, meningkatkan produktivitas dengan mengaplikasikan praktik budidaya pertanian yang
baik dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) dan perlindungan sosial serta lingkungan yang lebih baik. Kedua, mengurangi penggunaan herbisida dengan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan yang melalui proses uji coba berdasarkan pada rekam jejak dan kematangan tanaman.
Ketiga, meningkatkan pendapatan dari perolehan harga premium TBS yang bersertifikat, peningkatan produktivitas dan penghematan biaya dari pengurangan penggunaan bahan kimia. Secara umum, tujuan dari program ini adalah meningkatkan taraf hidup petani swadaya melalui peningkatan produktivitas tanpa deforestasi, tanpa lahan gambut, dan tanpa eksploitasi.
Melalui pelaksanaan SMILE, ketiga perusahaan akan secara rutin melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti LSM, lembaga nirlaba, dan tokoh masyarakat. Mereka akan diajak bersama-sama untuk memastikan pelatihan yang kompeten, alokasi peralatan yang memadai, dan penyaluran kebutuhan yang tepat waktu di tingkat kebun dan masyarakat. Juga melakukan optimalisasi kolaborasi dalam membangun rantai pasok yang berkelanjutan dan dapat dilacak.
(Baca Juga: Produksi Sawit Mulai Pulih, Pasar Domestiknya Bagaimana?)
Chief Operating Officer RSPO, Bakhtiar Talhah memberikan apresiasinya atas adanya SMILE. "Kami berterima kasih kepada anggota kami dan mitra pelaksana seperti Kao, Apical dan Asian Agri karena telah membantu petani mencapai sertifikasi RSPO melalui peningkatan kapasitas, praktik perkebunan terbaik, atau pembelian kredit RSPO," papar Bakhtiar.
Melalui semangat dan tanggung jawab bersama, pihaknya mengundang lebih banyak perusahaan untuk memperjuangkan standar petani swadaya RSPO yang baru. Yakni, untuk meningkatkan keterlibatan petani dalam agenda keberlanjutan untuk meningkatkan mata pencaharian mereka dan memberikan akses yang lebih luas ke pasar internasional.
Webinar yang berlangsung selama 2 jam ini juga dihadiri oleh perwakilan dari asosiasi petani (H. Sutoyo, Ketua Asosiasi Anugrah) dan Direktur Setara Jambi Nurbaya Zulhakim. Keduanya menyambut positif kehadiran SMILE untuk membantu petani sawit dalam meningkatkan kesejahteraannya.
(fai)