Jangan Kalah dari Korea, RI Harus Terdepan dalam Wisata Ramah Muslim

Jum'at, 30 Oktober 2020 - 06:44 WIB
loading...
Jangan Kalah dari Korea, RI Harus Terdepan dalam Wisata Ramah Muslim
Ilustrasi kawasan wisata Mandalika di Nusa Tenggara Barat. Foto/Dok Kemenparekraf
A A A
JAKARTA - Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan pariwisata ramah muslim. Untuk itu, perlu didorong oleh banyak pihak, termasuk pelaku usaha, organisasi, hingga masyarakat Indonesia sendiri.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng mengatakan, potensi pengembangan pariwisata ramah muslim telah menjadi target berbagai negara. Negara-negara di dunia berkompetisi mengembangkan pariwisata ramah muslim untuk mendapatkan minat dari umat Islam.

Dia menyontohkan negara non muslim seperti China, Thailand, dan Korea Selatan sudah mengembangkan pariwisata ramah muslim di negaranya.

"Thailand telah mendeklarasikan negara mereka sebagai world halal kitchen. Korea Selatan juga telah mengembangkan destinasi wisata ramah muslim. Ini menjadi keharusan bagi Indonesia yang mayoritas penduduk kita adalah orang Islam," ujarnya pada acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020, Rabu (28/10/2020).

( )

Sugeng melanjutkan, pariwisata ramah muslim tidak hanya untuk masyarakat muslim saja tetapi semua orang. Beberapa sektor yang berkontribusi dalam pengembangan pariwisata ramah muslim di antaranya makanan halal, tempat rekreasi, kosmetik halal, dan farmasi.

"Indonesia mempunyai alam yang indah, makanan halal yang enak, dan keragaman budaya. Ini yang harusnya bisa menjadi daya tarik turis ke Indonesia," ungkapnya.

( )

Berdasarkan laporan The State of Global Islamic Economy Report 2019-2020 Indonesia menempati peringkat 5 besar negara produsen produk halal di dunia, naik dari sebelumnya di posisi 10. Namun, Indonesia masih tertinggal dari Malaysia, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Arab Saudi.

Menurut dia, masih ada beberapa tantangan dalam pengembangan pariwisata ramah muslim di Indonesia. Pertama, akses untuk menuju ke daerah wisata. Kedua, kurang gencarnya promosi yang dilakukan. Ketiga, kurangnya branding tempat rekreasi yang menarik turis.



"Keempat, kebersihan. Kebersihan adalah prioritas utama dalam mengembangkan pariwisata ramah muslim. Sesuai mandat kita bahwa kebersihan sebagian dari iman," tuturnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1310 seconds (0.1#10.140)