Garuda Indonesia Tersandung Korupsi di Inggris, Pengamat: Pengawasan Masih Lemah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan membantu Serious Fraud Office (SFO) atau KPK Kerajaan Inggris yang sedang menyelidiki dugaan korupsi terkait pengadaan pesawat Bombardier CRJ-1000 oleh Garuda Indonesia . Menurut pengamat, hal ini terjadi karena pengawasan dalam perusahaan sangat lemah.
(Baca Juga: Terseret Kasus Korupsi di Inggris, Jadi Momentum Bersih-bersih Garuda Indonesia )
Dalam kasus ini, SFO Inggris tengah fokus menyelidiki dugaan suap dan korupsi terkait kesepakatan dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia yang melibatkan mantan direktur utama Emirsyah Satar.
Dalam kasus ini, Presiden Direktur Aviatory Indonesia, Ziva Narendra menilai, bahwa sebenarnya pengawasan dalam tata kelola perusahaan penerbangan masih sangat lemah. Akibatnya, ada peluang untuk tindakan penyelewengan.
"Pengawasan masih sangat lemah sehingga rawan untuk tindakan penyelewengan di luar aturan yang berlaku," katanya dalam Market Review IDX Channel, Selasa (10/11/2020).
(Baca Juga: Erick Thohir Bantah Holding Aviasi untuk Menyelamatkan Garuda Indonesia )
Selain pengawasan lemah, lanjut Ziva, pengawasan masih belum konsisten. Penerapan pengawasan terkadang hanya berlaku pada maskapai tertentu, namun tidak kepada yang lainnya. "Ini bukan masalah pilih kasih, tapi tidak konsisten ke semua maskapai," tandasnya.
(Baca Juga: Terseret Kasus Korupsi di Inggris, Jadi Momentum Bersih-bersih Garuda Indonesia )
Dalam kasus ini, SFO Inggris tengah fokus menyelidiki dugaan suap dan korupsi terkait kesepakatan dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia yang melibatkan mantan direktur utama Emirsyah Satar.
Dalam kasus ini, Presiden Direktur Aviatory Indonesia, Ziva Narendra menilai, bahwa sebenarnya pengawasan dalam tata kelola perusahaan penerbangan masih sangat lemah. Akibatnya, ada peluang untuk tindakan penyelewengan.
"Pengawasan masih sangat lemah sehingga rawan untuk tindakan penyelewengan di luar aturan yang berlaku," katanya dalam Market Review IDX Channel, Selasa (10/11/2020).
(Baca Juga: Erick Thohir Bantah Holding Aviasi untuk Menyelamatkan Garuda Indonesia )
Selain pengawasan lemah, lanjut Ziva, pengawasan masih belum konsisten. Penerapan pengawasan terkadang hanya berlaku pada maskapai tertentu, namun tidak kepada yang lainnya. "Ini bukan masalah pilih kasih, tapi tidak konsisten ke semua maskapai," tandasnya.
(akr)