Gaya Hidup Berkelanjutan Demi Menjaga Bumi, Dua Yayasan Kolaborasi Gelar Lokakarya

Minggu, 22 November 2020 - 18:13 WIB
loading...
Gaya Hidup Berkelanjutan...
Digelar pula lokakarya pembuatan sabun organik dan pencelupan warna merah dengan pewarna alam saat Forum bincang dan laku hidup lestari yang merupakan sebuah event kolaborasi dua yayasan. Foto/Dok
A A A
GIANYAR - Forum bincang dan laku hidup lestari yang merupakan sebuah event kolaborasi antara Yayasan Merdi Sihombing dengan Yayasan Losari kembali menggelar diskusi secara virtual dengan sejumlah awak media dari berbagai daerah dimana pihak penyelenggara sendiri menggelar diskusi di Venue Yayasan Bali Purnati, Gianyar Provinsi Bali.

Kegiatan yang didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui program fasilitasi bidang Kebudayaan 2020 ini mengusung tema “Berakar Pada Tradisi dan Budaya, Belajar Dari Masyarakat Adat” untuk menerapkan laku hidup lestari yang lebih dikenal dengan istilah sustainable lifestyle .

(Baca Juga: Yuk Lakukan Suistanable Fashion yang Mudah dan Simpel )

Event yang berlangsung selama dua hari mulai 21-22 November 2020 ini menurut Merdi Sihombing selaku founder dari Yayasan Merdi Sihombing dipicu oleh kepedulian terhadap bumi sebagai rumah kita semua yang terus tergerus akibat berbagai aktivitas manusia.

Menurut Merdi tak hanya meninggalkan jejak karbon yang besar, gaya hidup yang tidak sustainable (berkelanjutan) juga mengakibatkan peningkatan suhu bumi, hilangnya hutan, kelangkaan air bersih, kepunahan spesies hewan, ikan serta biota laut lainnya.

Dalam kata sambutan yang disampaikannya pada pembukaan “Forum Bincang dan Laku Hidup Lestari” Merdi Sihombing berujar bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan referensi bagi masyarakat umum agar dapat hidup lebih baik dengan alam tanpa merusak alam sekitar kita.

“Kerusakan bumi masih menjadi topik pembicaraan di kalangan tertentu saja. Belum banyak yang sadar dan menyepakati sebuah tindakan dan cara hidup yang berkelanjutan agar bumi lestari. Padahal kerusakan bumi sebagian besar berasal dari aktivitas manusia karena bergantinya gaya hidup dari ‘needs’ menjadi ‘wants’,” ungkap Merdi Sihombing yang juga pegiat sustainable fashion .

Sejatinya manusia sebagai penghuni bumi dapat melakukan berbagai langkah kecil dalam gaya hidup sehari-hari untuk tetap menjaga kelestarian Bumi. Mulai hidup dengan sadar, kurangi konsumsi yang berlebihan dan aktivitas yang meninggalkan jejak karbon serta perbanyak sebuah tindakan memberi kepada alam.

Hidup dengan Prinsip

“sustainable” membuat keseimbangan antara kebutuhan manusia dan keberlangsungan alam beserta isinya. Apa yang diperbuat sekarang akan berdampak pada hari esok. Perubahan ini dilakukan demi menyelamatkan bumi untuk kehidupan generasi selanjutnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Ketua Yayasan Losari, Restu Imansari Kusumaningrum yang berharap acara “Forum Bincang dan Laku Hidup Lestari” dapat menjadi medium bagi masyarakat luas untuk belajar tentang laku hidup lestari dari kearifan lokal dan budaya.

“Dalam keadaan sulit sekarang ini, kita harus berani mengatakan dari mana asal-usul kita dan tetap mengakar pada kebudayaan kita sendiri. Acara ini digelar didasari oleh kesadaran kami dimana Yayasan Merdi Sihombing dan Yayasan Losari untuk berkaca dari laku hidup masyarakat adat dan melihat kedepan demi mengubah laku hidup kita bersama-sama demi melestarikan dan menjaga serta memuliakan peradaban Indonesia," jelas Restu.

Harapan kami papar Restu melalui acara ini setidaknya kita peduli dan mau belajar dari kearifan dan laku hidup yang diamalkan masyarakat adat sejak zaman dahulu. Semoga audiens yang hadir adalah orang-orang yang sudi mendengarkan dengan rendah hati bahwa kehidupan itu harus diubah dan harus cepat dalam mengambil tindakan.

(Baca Juga: Bertahan Saat Pandemi, Theshonet Beri Stimulus ke Pelaku Industri Fashion dan Beauty )

“Forum Bincang dan Laku Hidup Lestari” yang diadakan selama dua hari ini nantinya akan menampilkan berbagai aktivitas seperti diskusi, lokakarya dan pameran serta pemutaran film dokumenter. Para pegiat laku hidup lestari seperti Abdon Nababan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Suzy Hutomo (Founder Sustainable Suzy, Climate Reality Leader) serta Komang Sri Mahayuni (IDEP Foundation) nantinya akan tampil dalam forum diskusi dihari pertama.

Kegiatan pada hari ini juga akan diramaikan dengan pemutaran film dokumenter dari AMAN berupa film “Tabob” karya Brian Rayanki dan Film “Sacred and Secret” karya Basil Gelpke yang terinspirasi dari buku berjudul sama karya Gill Marais.

Pada hari kedua ditanggal 22 November 2020 dapat diikuti diskusi dengan pembicara Andar Manik dan Yoyo Yogasmana (Kasepuhan Ciptagelar), I Wayan Sudarsana (Masyarakat Adat Bali Aga) dan Putu Ardana (Tokoh Adat, Pemilik Don Biyu dan Blue Tamblingan Coffee).

Digelar pula lokakarya pembuatan sabun organik oleh Sito Kosmetik, pencelupan warna merah dengan pewarna alam oleh Agus Haerudin dari balai besar kerajinan dan batik.

Pameran wastra nusantara menggelar karya dari Yayasan Merdi Sihombing, Yayasan Losari, Dekranasda Kabupaten Dairi, Kelompok Tentun Tanekavate, Alor, NTT (CSR Pegadaian), Tenun Gringsing dari Masyarakat Adat Bali Aga dan anyaman purun yang didukung Badan Restorasi Gambut, Tetes ASA, serta Tenun Gringsing dari Masyarakat Adat Bali Aga.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1037 seconds (0.1#10.140)