Komunikasi, Kunci Optimalkan Kinerja Pegawai Saat Pandemi

Kamis, 26 November 2020 - 06:34 WIB
loading...
Komunikasi, Kunci Optimalkan Kinerja Pegawai Saat Pandemi
Perusahaan harus tetap menjalin hubungan erat dengan pegawai meskipun menerapkan aktivitas kerja dari rumah atau work from home (WFH). Foto/dok
A A A
JAKARTA - Perusahaan harus tetap menjalin hubungan erat dengan pegawai meskipun menerapkan aktivitas kerja dari rumah atau work from home (WFH) . Rasa memiliki harus ditumbuhkan agar kinerja pegawai dan target perusahaan tercapai.

Meski tidak semua perusahaan menerapkan WFH, pandemi Covid-19 telah membuat perusahaan-perusahaan mengubah sistem kerjanya. Ada yang menerapkan WFH 100%, ada yang bergantian masuk ke kantor, atau hanya untuk divisi tertentu saja yang masuk. Kondisi ini harus dimaklumi oleh pemilik usaha, jajaran direksi, hingga pegawai agar bisa menyesuaikan dengan situasi darurat ini. (Baca: Jangan Lupakan Doa Ini di Pagi Hari)

Beberapa analisis menyebutkan setelah pandemi berakhir, pola kerja model WFH tidak akan kembali ke seperti semula. Dalam situasi seperti ini, tidak jarang manajemen mengalami kecemasan karena tidak dapat mengawasi 100% kerja pegawainya. Berbeda jika pegawai berada di kantor, manajemen atau atasan dengan mudah melihat pola kerjanya.

Praktisi sumber daya manusia (SDM) Abdi Hamdani mengatakan, dalam menentukan WFH atau tetap bekerja di kantor, perusahaan bisa menggunakan beberapa indikator. Misalnya, untuk pegawai yang usianya tua dan kondisi kesehatannya rentan direkomendasikan WFH. Namun, ada beberapa posisi tidak mudah melakukan WFH, seperti operator mesin dan keuangan.

Abdi menjelaskan, dunia industri saat ini memasuki fase kelima. Artinya, pelaku usaha dipaksa menyesuaikan dengan cara bekerja dalam konteks kenormalam baru. (Baca juga: Bantuan Subsidi Upah Guru Masih Diambil Sampai Juni 2021)

“Perusahaan harus memodifikasi proses bisnisnya. Kita dihadapkan pada penjualan yang menurun. Tekanan cash flow, yang tadinya vendor lancar, kini ada masalah pada suplai dan ketergantungan pada teknologi,” ujar Abdi, dalam diskusi daring dengan tema “ WFH Lancar, Kinerja Optimal”, di Jakarta, kemarin.

Dalam diskusi yang digelar atas kerja KORAN SINDO-Sindonews.com dengan Satgas Penanganan Covid-19 itu, kata Abdi, kelincahan dalam mengubah cara bisnisnya akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Dia mencontohkan, yang sudah terlihat adalah model bisnis yang dilakukan industri makanan dan minuman di mana beberapa restoran cepat saji yang biasanya mengandalkan penjualan di gerai dan berada di pusat keramaian, kini terpaksa turun ke pinggir jalan.

Di luar itu, kata dia, tantangan karyawan dalam bekerja di masa pandemi Covid-19 dan WFH juga bertambah. Hanya, minusnya bagi karyawan adalah kecil kemungkinan adanya jam kerja lembur sehingga memengaruhi penghasilan pegawai. (Baca juga: Pesona Jatiluwih Tetap Bisa Dinikmati saat Pandemi)

Selain itu, kata Abdi, pegawai akan merasakan bosan bekerja lama di rumah. “Awalnya mungkin menyenangkan karena mereka memiliki banyak waktu bersama keluarga,” katanya.

Dengan kondisi seperti ini, kata Abdi, perusahaan harus berusaha memberikan dukungan moral kepada pegawai. Kesulitan mengharapkan kehadiran fisik bisa disampaikan dengan komunikasi yang baik, penuh empati, dan bahasa yang persuasif. “Gunakan media yang tepat. Papan pengumuman sudah tidak mungkin. Bisa menggunakan pesan instan,” ucap Abdi.

Dia pun mengatakan, kendati pola WFH tidak memungkinkan untuk melihat proses kerja para pegawai secara menyeluruh, bukan berarti komunikasi terputus. Dengan komunikasi yang baik, proses seperti saling memberikan masukan terkait pekerjaan bisa dilakukan dengan berbagai platform digital. (Baca juga; OJK Ungkap Tantangan yang Dihadapi Perbankan)

Sementara itu, Psikolog Industri Fitriyani Suryadewi mengatakan, sense of belonging ditumbuhkan bukan karena saat ini pandemi Covid-19. Sebab, para pegawai bukanlah baru bekerja di perusahaan tersebut. Mereka sudah mengenal dengan baik lingkungan perusahaan. Selama ini perusahaan-perusahaan selalu menanamkan kultur dan menumbuhkan rasa memiliki kepada pegawainya.

“Sense of belonging, tanpa disadari memberikan pelajaran aktualisasi diri dalam hal kematangan emosional. Punya sense of belonging akan tumbuh sendiri. Manusia bukan robot. Orang menyebut saat ini era 4.0 yang menggambarkan sebagai robot. Manusia itu intangible asset. SDM itu support system yang paling utama,” tuturnya.

Atasan, ujar dia, dalam kondisi bekerja yang antara WFH maupun di kantor harus memodifikasi gaya kepemimpinan. Jika biasanya dominan, kini harus bisa lebih demokrasi. Walaupun demikian, seorang pemimpin dan staf tetap mematuhi dan menjalankan prosedur standar perusahaan. (Lihat videonya: KPK Tangkap Menteri KKP Edhy Prabowo di Bandara Soekarno-Hatta)

Tantangan lain WFH bagi pegawai adalah titik jenuh. Ini wajar mengingat pandemi Covid-19 sudah delapan bulan melanda Tanah Air. Selama itu pula kegiatan sehari-hari dan operasional perusahaan dibatasi. Fitri, sapaan akrab Fitriyani, menerangkan bahwa para pegawai harus bisa mengendalikan stres. (F.W. Bahtiar)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1228 seconds (0.1#10.140)