Untung Bisnis Gas Kian Tipis, Pembangunan Infrastruktur Baru Terancam Menguap

Jum'at, 27 November 2020 - 21:15 WIB
loading...
A A A
"Kalau investor melihat investasi di tempat lain, misalnya, bisa dapat IRR 12%. Sementara di infrastruktur gas bumi IRR-nya lebih rendah, maka tidak akan ada investor yang mau berinvestasi untuk mengembangkan infrastruktur gas," papar Komaidi.

Melambatnya pengembangan infrastruktur gas, ujung-ujungnya akan membuat target pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi domestik sulit terealisasi. Pasalnya, infrastrukturnya tidak tumbuh.

Pembangunan infrastruktur gas bumi memang memiliki risiko yang besar. Selain faktor ketersediaan pasokan, penyerapan gas oleh konsumen juga menjadi risiko bagi pengembang infrastruktur gas bumi. Sementara biaya pembangunan infrastruktur gas sangat mahal.

Banyak infrastruktur gas yang telah dibangun gagal dioptimalkan karena tidak adanya pasokan dan pasar yang seimbang. Yang terjadi kemudian pengembang infrastruktur gas harus menanggung biaya yang mahal. Kondisi ini yang membuat sedikit sekali perusahaan swasta yang mau membangun infrastruktur gas bumi. ( Baca juga: Modus Pacaran di Media Sosial, WNA Afrika Kuras Korban hingga Rp15,8 Miliar )

Disisi lain kebijakan harga gas USD6 terbukti menguntungkan sejumlah perusahaan swasta. Salah satu perusahaan keramik yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan kenaikan laba bersihnya sejak harga baru gas bumi itu diterapkan.

Misalnya, laba bersih PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) pada kuartal III 2020 melesat 38,31% menjadi Rp221,5 miliar dibandingkan periode sama 2019. Kenaikan laba itu terjadi di saat pendapatan turun 1,1% menjadi Rp 1,61 triliun. Pengatrol utamanya adalah terpangkasnya beban pokok penjualan sebesar 6,6% jadi Rp 1,12 triliun.
(uka)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5073 seconds (0.1#10.140)