Pelabuhan Patimban di Antara 2T

Selasa, 29 Desember 2020 - 06:00 WIB
loading...
Pelabuhan Patimban di Antara 2T
Siswanto Rusdi (Foto: Istimewa)
A A A
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute (Namarin)

Antiklimaks. Begitulah akhir cerita peresmian operasi terbatas (soft launching) Pelabuhan Patimban. Setelah diminta agar proyek pembangunannya dipercepat dan para pekerja pun tergopoh-gopoh memenuhi permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi), akhirnya seremoni pengoperasian fasilitas yang berlokasi di Desa Patimban, Kecamatan Pusakanegara, Kabupaten Subang, Jawa Barat, itu dilakukan secara virtual. Antiklimaks bukan?

Kalau memang pada akhirnya sang Kepala Negara hanya meresmikan secara daring (dalam jaringan alias online), terus ngapain juga beliau menginstruksikan pengerjaan Pelabuhan Patimban agar digeber kencang?

Bisa jadi dipilihnya peresmian pelabuhan tersebut secara daring, kendati Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil hadir langsung di lokasi peresmian, lantaran makin menggilanya virus korona di Tanah Air sehingga konsentrasi massa dalam jumlah besar perlu dihindari.

Tetapi, besar dugaan saya alasan dipilihnya konsep hybrid dalam soft launching Pelabuhan Patimban bukan karena pandemi yang kian mengganas. Pelabuhan ini dari sisi teknis konstruksi belum sepenuhnya kelar dikerjakan. Dari pengamatan saya saat berkunjung ke Pelabuhan Patimban pada November lalu, para pekerja proyek tengah berjibaku menyelesaikan sisa ruas jalan yang membentang dari jalan nasional Pantura, sekitar 8 km lebih panjangnya, menuju ke dermaga. Sekitar beberapa ratus meter saja lagi.

Dugaan saya yang lain. Beredar kabar burung sebelum soft launching bahwa car carrier (kapal pengangkut kendaraan) yang diminta untuk memeriahkan upacara peresmian menolak sandar. Terang saja operatornya menolak. Wong kapalnya gede berdaya angkut 6.000 unit kendaraan. Ia takut lunas kapalnya nyangkut di kolam pelabuhan yang kedalamannya kurang dari -10 meter. MV Suzuka Express akhirnya “turun tangan” meramaikan hajatan Kementerian Perhubungan. Kapal yang dioperasikan oleh perusahaan pelayaran Toyofuji Shipping ini bersedia sandar di Pelabuhan Patimban dan mengangkut ekspor perdana 140 unit kendaraan. Sekadar catatan, kapal ini kapasitas angkutnya 2.000 kendaraan.

Antara 2T
Kita tinggalkan cerita seputar peresmian terbatas atau soft launching yang mengirim sinyal kuat kepada publik bahwa Pelabuhan Patimban terlalu dipaksakan pengoperasiannya. Tidak ada prakondisi yang bisa dirujuk untuk membenarkan langkah pemerintah ini. Ekonomi dalam negeri bergerak lunglai dihajar perlambatan (slow down) maupun Covid-19. Ekonomi dunia sami mawon.

Kenyataan bahwa pelabuhan tersebut tetap dioperasikan menyisakan satu kemungkinan saja: motif politik. Tidak berlebihan rasanya bila barang yang satu ini dituding. Sebagai pengingat, proyek ini adalah kompensasi bagi kekecewaan Pemerintah Jepang atas dibatalkannya proyek kereta api cepat (high speed train) Jakarta-Surabaya. Padahal, sudah ada komitmen Presiden Jokowi untuk memberikan proyek ini kepada Negeri Matahari Terbit tersebut sebelumnya. Seperti yang sudah diketahui oleh publik, proyek diserahkan kepada Pemerintah China, namun jaraknya dikorting hanya sampai Bandung, Jawa Barat.

Dugaan faktor politik juga terlihat dari adanya kebijakan untuk melarang keikutsertaan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dalam tender operator pelabuhan Patimban. Parahnya, Menteri BUMN Erick Thohir diam saja melihat anak asuhnya diperlakukan sedemikian rupa oleh Kementerian Perhubungan. Aspek teknis kepelabuhanan bolehlah menjadi kewenangan Kemenhub, namun urusan kepengusahaan, apalagi sampai melarang keterlibatan BUMN kepelabuhanan menjalankan bisnis intinya sebagai operator pelabuhan, jelas offside. Kalau saya sebagai menteri BUMN, sudah saya protes keras Menteri Perhubungan atau siapa pun pejabat yang melarang ikut sertanya BUMN pelabuhan di Pelabuhan Patimban. That’s not your business, it’s mine!

Akhirnya ditetapkanlah CT Corp sebagai pemenang tahap prakualifikasi operator pelabuhan Patimban. Perusahaan ini merupakan pendatang baru dalam “dunia persilatan” kepelabuhanan di Tanah Air. Adapun kompetitor CT Corp dalam proses tender pelabuhan Patimban, Samudera Indonesia, yang sudah malang-melintang di bisnis pelabuhan justru tidak lolos. Alasan perusahaan ini dihentikan langkahnya karena ketiadaan persyaratan teknis dan pengalaman pembiayaan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1425 seconds (0.1#10.140)