Refleksi 2020 dan Resolusi 2021 Kerja Keras BKKBN Menekan Angka Kelahiran Masa Covid-19

Rabu, 30 Desember 2020 - 08:34 WIB
loading...
Refleksi 2020 dan Resolusi 2021 Kerja Keras BKKBN Menekan Angka Kelahiran Masa Covid-19
Perubahan tagline BKKBN dari dua anak cukup menjadi dua anak lebih sehat tahun depan harus digaungkan lebih intensif lagi.
A A A
JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki tugas untuk pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana untuk menciptakan kondisi keluarga yang baik dan berkualitas.

Semenjak pandemi Covid-19 yang dimulai sejak Februari 2020 telah berdampak pada program KB dan memiliki pengaruh kehidupan keluarga. Angka drop out keserta KB selama pandemi terjadi kenaikan.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam wawancara melalui virtual mengatakan bahwa, dampak pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap capaian program KB secara nasional. Di beberapa daerah tingkat penggunaan alat kontrasepsi bisa mencapai 50%.

Oleh karena itu beliau berpesan agar PLKB di seluruh Indonesia pro aktif mendistribusikan alkon (alat kontrasepsi) sederhana terutama Pil dan Kondom agar tidak terjadi peserta KB istirahat yang cukup tinggi. Sebab apabila terjadi peserta KB istirahat yang tinggi akan terjadi pula kehamilan yang tidak diinginkan pada pasangan usia subur.

Apa yang menjadi kekhawatiran Kepala BKKBN Pusat tersebut cukup beralasan. Apabila saat ini partisipasi masyarakat menjadi peserta KB tingkat partisipasi masyarakat akan menurun cukup tajam. Sehingga kondisi ini cukup mengkhawatirkan bagi program KB terutama dampaknya terhadap angka kelahiran (TFR).

Dipastikan apabila kondisi pandemik ini berlanjut, akan terjadi banyak kehamilan yang tidak diinginkan. Puncaknya akan terjadi baby bom yang tinggi di Indonesia. Demikian juga dengan cakupan peserta KB baru akan terjadi penurunan yang cukup signifikan dari unmet need yang telah ditetapkan.

Adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membatasi ruang gerak masyarakat untuk mencegah/memutus mata rantai penularan virus Covid 19 ikut andil menurunkan partisipasi masyarakat untuk memperoleh pelayanan KB. KIE dan penyuluhan KB yang biasanya dilakukan secara masal dan terbuka di posyandu-posyandu, untuk sementara waktu dihentikan
karena adanya larangan kerumunan orang dalam jumlah besar.

Demikian juga ruang gerak petugas lapangan KB (PLKB) untuk membinan peserta KB aktif di garda terdepan harus menyesuaikan diri dengan aturan-aturan protocol kesehatan.

Sementara bagi petugas pelayanan khususnya bidan desa di faskes KB juga dihantui rasa khawatir dan ketakutan jika kontak langsung dengan akseptor atau calon akseptor karena minimnya APD di polindes.

Terlepas dari hal-hal tersebut di atas meskipun terjadi penurunan yang drastis terhadap pencapaian akseptor KB baru, PLKB sebagai garda terdepan di desa harus tetap semangat dan bertanggung jawab membina peserta KB aktif agar tidak terjadi drop out yang tinggi pada pengguna alat kontrasepsi modern ini. Jangan sampai setelah diisolasi selama 14 hari di rumah “istri kita negative Covid-19 namun positif hamil”.

Oleh karena itu, Seorang Penyuluh KB adalah sosok yang sangat luar biasa, sebab seorang Penyuluh KB adalah orang yang memiliki kemampuan konseling luar biasa. Masyarakat kalau sudah berkonsultasi akan lama dan bisa semua hal dikonsultasikan.

Dua Anak Lebih Sehat

Untuk mengurangi risiko ledakan penduduk pemerintah dalam hal ini BKKPB terus melakukan gerakan, demi terciptanya kualitas bukan kuantitas lagi. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan stekma yang dulu “Dua Anak Cukup”, sekarang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, perlu membuat tagline baru yaitu Dua Anak Lebih Sehat.

Oleh karena itu, Hasto Wardoyo menekankan perubahan tagline BKKBN dari dua anak cukup menjadi dua anak lebih sehat tahun depan harus digaungkan lebih intensive lagi. “Di Indonesia masih ada unsur subjektif yang mempengaruhi jumlah anak, maka dari itu tagline BKKBN terbaru adalah dua anak lebih sehat,” tegasnya.

Pemilihan dua anak lebih sehat, jelas Hasto bukan karena keinginan dari BKKBN tetapi berdasarkan hasil penelitian di seluruh dunia, yang menyebutkan bahwa resiko kehamilan pertama dan kehamilan kedua tidak terlalu besar. Sedangkan untuk kehamilan ketiga, keempat dan seterusnya akan lebih banyak potensi-potensi gangguan kesehatan baik bagi ibu maupun bagi janin yang ada di dalam kandungan.

“Di masa pandemi ini, Kampung KB diharapkan bisa lebih baik dari kampung lainnya, dimana angka kehamilan tetap terkontrol, angka putus KB bisa ditekan dan kejadikan stunting pun bisa ditekan sekecil mungkin,” imbuhnya.

Hasto juga menyebutkan di Indonesia ada 4.8 juta ibu melahirkan tapi yang memakai KB jumlahnya sangat sedikit. BKKBN terus merekomendasikan jarak antar kelahiran lebih dari 36 bulan atau jarak antara kehamilan di atas dua tahun. Oleh karena itu penyuluh KB ini harus berani untuk mengeksplor diri sendiri, “Yang menjadi target kita saat ini adalah ibu yang habis melahirkan harus ber-KB agar tidak terjadi unmetneed,” tegasnya.

Tingginya angka drop out KB di masa pandemi ini sangat mengkhawatirkan, sambung Hasto, sebab bila ada 100 orang berhenti suntik KB, maka akan ada 10 wanita berusia 20–35 tahun yang akan hamil, dua bulan kemudian akan ada 20 orang yang hamil. Sedangkan bila berhenti minum pil KB maka bulan pertama akan ada 20 orang wanita hamil dan dibulan kedua 40 orang.

“Apalagi bagi pengantin baru sebanyak 80 persen akan hamil dalam satu tahun pertama pernikahan mereka. Inilah yang menjadi target PKB untuk menekan unmeetned,” ujarnya. PKB tidak boleh lelah dalam melakukan sosialisasi Bangga Kencana dan juga perilaku 3M di era pandemi saat ini. Agar tidak terjadi fenomena baby boom karena tingginya angka drop out KB maka PKB harus meningkatkan kerja sama dengan mitra untuk terus menyosialisasikan program Bangga Kencana. (syarif wibowo)
(alf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2030 seconds (0.1#10.140)