Neraca Perdagangan Tahun 2020 Diprediksi Surplus USD22,25 Miliar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Neraca perdagangan bulan Desember 2020 diperkirakan mengalami surplus USD2,58 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat surplus USD2,61 miliar.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penurunan surplus perdagangan dipengaruhi oleh perbaikan kinerja impor yang diperkirakan tercatat sebesar minus 13,08% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja impor di bulan November sebesar minus 17,46%.
"Peningkatan impor tidak lepas dari kenaikan aktivitas manufaktur Indonesia, diindikasikan oleh kenaikan PMI Manufacturing menjadi 51,3 dari sebelumnya 50,6," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (15/1/2021).
(
)
Kenaikan impor juga ditopang oleh kenaikan harga minyak global, di mana harga minyak global naik sebesar 8,85% (month of month/mtm). Di sisi lain, ekspor Indonesia diperkirakan masih akan meningkat, dan bertumbuh sebesar 5,26% yoy, melambat dibanding pertumbuhan November sebesar 9,54% yoy.
"Peningkatan ekspor ditopang oleh kenaikan harga komoditas global, seperti batu bara dan CPO, yang masing-masing bertumbuh 14,51%mtm dan 8,78% mtm," katanya.
Mitra dagang Indonesia pun sebagian besar mengalami kenaikan aktivitas manufaktur, seperti Jepang, India, dan Eurozone. Adapun penghambat pertumbuhan ekspor pada bulan Desember adalah penurunan aktivitas manufaktur China, yang menurun menjadi sebesar 53.
( )
Secara keseluruhan tahun 2020, neraca perdagangan diperkirakan surplus USD22,25 miliar dibandingkan neraca perdagangan tahun 2019 yang tercatat defisit USD3,59 miliar.
Surplus neraca dagang pada tahun fiskal 2020 yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh kinerja impor sepanjang tahun 2020 yang diperkirakan tercatat terkontraksi 18,4% yoy dibandingkan kinerja ekspor yang diperkirakan berkisar kontraksi 3,4% yoy," katanya.
Kontraksi impor yang lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi ekspor, mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi domestik, baik konsumsi rumah tangga dan investasi yang cenderung melambat signifikan akibat pandemi Covid-19.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penurunan surplus perdagangan dipengaruhi oleh perbaikan kinerja impor yang diperkirakan tercatat sebesar minus 13,08% (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja impor di bulan November sebesar minus 17,46%.
"Peningkatan impor tidak lepas dari kenaikan aktivitas manufaktur Indonesia, diindikasikan oleh kenaikan PMI Manufacturing menjadi 51,3 dari sebelumnya 50,6," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (15/1/2021).
(
Baca Juga
Kenaikan impor juga ditopang oleh kenaikan harga minyak global, di mana harga minyak global naik sebesar 8,85% (month of month/mtm). Di sisi lain, ekspor Indonesia diperkirakan masih akan meningkat, dan bertumbuh sebesar 5,26% yoy, melambat dibanding pertumbuhan November sebesar 9,54% yoy.
"Peningkatan ekspor ditopang oleh kenaikan harga komoditas global, seperti batu bara dan CPO, yang masing-masing bertumbuh 14,51%mtm dan 8,78% mtm," katanya.
Mitra dagang Indonesia pun sebagian besar mengalami kenaikan aktivitas manufaktur, seperti Jepang, India, dan Eurozone. Adapun penghambat pertumbuhan ekspor pada bulan Desember adalah penurunan aktivitas manufaktur China, yang menurun menjadi sebesar 53.
( )
Secara keseluruhan tahun 2020, neraca perdagangan diperkirakan surplus USD22,25 miliar dibandingkan neraca perdagangan tahun 2019 yang tercatat defisit USD3,59 miliar.
Surplus neraca dagang pada tahun fiskal 2020 yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh kinerja impor sepanjang tahun 2020 yang diperkirakan tercatat terkontraksi 18,4% yoy dibandingkan kinerja ekspor yang diperkirakan berkisar kontraksi 3,4% yoy," katanya.
Kontraksi impor yang lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi ekspor, mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi domestik, baik konsumsi rumah tangga dan investasi yang cenderung melambat signifikan akibat pandemi Covid-19.
(ind)