Kesenjangan Akibat Pandemi Melebar, Dunia Harus Turun Tangan

Selasa, 02 Februari 2021 - 05:21 WIB
loading...
Kesenjangan Akibat Pandemi Melebar, Dunia Harus Turun Tangan
Kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan orang miskin semakin melebar di masa pandemi. FOTO/WIN CAHYONO
A A A
LONDON - Pandemi virus korona Covid-19 menyebabkan kesenjangan sosial semakin lebar di dunia. Para miliarder seperti pendiri Amazon Jeff Bezos dan pendiri Space-X Elon Musk semakin kaya, tetapi banyak warga miskin yang bertambah miskin.

Bank Dunia memprediksi lebih dari 100 juta orang jatuh dalam kemiskinan ekstrem.Orang miskin dan pekerja yang terdampak paling serius menjadi kian termajinalkan. Kesenjangan sosial ini memicu konflik jika dibiarkan.

Karena itulah, lembaga nirlaba asal Inggris, Oxfam, menyarankan perlunya perubahan ekonomi yang radikal pasca Covid-19.Saran Oxfam itu akan disampaikan dalam diskusi panel online World Economic Forum yang akan dihadiri para pemimpin bisnis dan politik pada pekan ini.

Dalam gambaran Oxfam, lebih dari 1.000 orang kaya telah melakukan “kudeta kembali” pada awal pandemi karena terjadi bounce back pada pasar saham. Hal itu sangat kontras karena warga miskin harus pulih dari kerugian akibat pandemi selama satu dekade lamanya.

(Baca juga: Penyuap Kasus Bansos COVID-19 Serahkan Duit Rp50 Juta di Tempat Karaoke )

“Ekonomi yang tamak telah menyebabkan elite kaya yang mengendalikan pandemi dalam kemewahan. Sedangkan mereka yang berada di garda depan seperti penjaga toko, pegawai kesehatan dan penjual di pasar harus berjuang keras membayar tagihan dan membeli makanan,” kata Direktur Eksekutif Oxfam, Gabriela Bucher.

“Kita berdiri menyaksikan kesenjangan yang terus meningkat sejak rekor ini dimulai,” ungkapnya dilansir Reuters.

Dengan menggunakan data 2020 Billionaire List 2020, Oxfam menyebutkan 10 orang terkaya dunia, termasuk Jeff Bezos, Elon Musk, Bill Gates, Mark Zuckerberg dan Warren Buffett, dengan kekayaan mencapai satu triliun dolar sejak krisis menjadi ironi ketika ekonomi global justru semakin terlihat kecil sejak pandemi yang sudah berlangsung satu tahun terakhir.

(Baca juga: Miliarder Tetap Kaya Raya di Tengah Pandemi)

Data kekayaan para miliarder justru meningkat USD3,9 triliun antara Maret hingga Desember 2020 hingga mencapai USD11,95 triliun. Kekayaan 10 miliarder termasuk Bezos, Musk, hingga Bernard Arnault, Bill Gates dan Mark Zuckerberg meningkat USD540 pada periode yang sama.

Kemudian, pajak terhadap keuntungan 32 korporasi global yang untung selama pandemi juga bisa mencapai USD104 miliar pada 2020. Oxfam menyebut jumlah kekayaan tersebut cukup untuk mengatasi kemiskinan yang dihasilkan dari pandemi dan membayar vaksin bagi semua orang di seluruh dunia.

Di sisi lain, dengan data yang disediakan Bank Dunia, Oxfam menyebutkan skenario terburuk tingkat kemiskinan global akan mencapai titik tertinggi pada 2030 di mana 3,4 miliar orang hanya berpendapatan USD5,5 (Rp77.000) per hari.

“Perempuan dan ras serta kelompok etnik yang termarjinalkan semakin menderita pada krisisi ini. Mereka akan lebih jauh lagi terjebak dalam kemiskinan, semakin lapar, dan semakin jauh mendapatkan perawatan kesehatan,” kata Bucher.

Selain perlunya pemerintah menjamin semua orang mendapatkan akses terhadap virus korona dan bantuan keuangan jika kehilangan pekerjaan, Bucher menyarankan kebijakan dunia pascapandemi harus fokus mengakhiri kemiskinan dan melindungi planet.

(Baca juga: Hati-hati! Kemiskinan Melonjak dan Pengangguran Meledak Capai 4,5 Juta Orang )

Bucher menegaskan, pemerintah di seluruh dunia memiliki kesempatan untuk membangun pemulihan ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan adil. “Pemerintah harus menginvestisikan pada pelayanan publik dan sektor rendah karbon untuk menciptakan jutaan pekerjaan baru dan menjamin semua orang mendapatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan perawatan sosial,” ujar Bucher.

“Mereka harus menjamin orang kaya dan perusahaan berkontribusi terhadap pajak yang adil,” paparnya. Dia juga mengatakan, situasi normal baru dalam ekonomi harus bekerja menguntungkan semua orang, bukan hanya sebagian kecil orang saja. Pemerintah di seluruh dunia juga harus membangun kebijakan yang transformatif dan perusahaan untuk melindungi para pekerjanya.

Dalam pandangan profesor ekonomi Universitas Massachusetts Amherst, Jayati Ghosh, kerja sama internaisonal menjadi tantangan yang harus diimplementasikan. Dia menjelaskan pemerintahan baru Amerika Serikat Joe Biden menunjukkan keinginan bergabung dalam mengatasi termasuk penanganan tax haven dan bailout untuk negara berkembang. “Ada banyak tantangan, tetapi banyak hal yang bisa dilakukan secepatnya,” katanya.

Tahun lalu, Oxfam juga menyebutkan kesenjangan orang kaya dan miskin juga bertambah lebar. Pada 2019, jumlah miliarder dunia jumlahnya mencapai 2.153 orang. Walau jumlahnya sedikit ternyata kekayaan mereka melebihi kekayaan 4,6 miliar orang di dunia. Padahal populasi benua diperkirakan mencapai 7,8 miliar pada 2020. Artinya ada 0,00003% orang yang lebih kaya dibanding hampir 60% orang di dunia. Jika 22 orang terkaya di dunia digabungkan kekayaannya, maka mereka masih tetap lebih kaya dibandingkan seluruh kekayaan wanita di Benua Afrika.

Jika menggunakan acuan 22 orang terkaya di dunia versi Forbes, maka total kekayaan mereka mencapai USD1,28 triliun. Dan menariknya, 1% orang terkaya di dunia memiliki kekayaan dua kali lipat dibanding 6,9 miliar orang di dunia.

Artinya ada sekitar 78 juta orang di dunia jika dikumpulkan kekayaannya maka jumlahnya dua kali lipat lebih banyak dari total kekayaan hampir 88% penduduk bumi. "Kesenjangan antara si kaya dan si miskin tak dapat dihilangkan kalau sengaja tak dihilangkan, sedikit sekali pemerintah yang memiliki komitmen akan hal ini,” ungkap CEO Oxfam India Amitabh Behar.
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1080 seconds (0.1#10.140)