Larangan Mudik Gairahkan Ekonomi DKI, Perputaran Uang Bisa Lampaui Rp1,25 T Saat Libur Lebaran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kebijakan pemerintah melakukan pengetatan perjalanan dan melarang mudik pada 6-17 Mei 2021 berpotensi menggairahkan perekenomian di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Secara nasional, kondisi ekonomi juga mulai membaik. Meski ekonomi masih minus 0,74% pada kuartal I/2021, raihan ini membaik dibanding kuartal IV/2020 yang terkontraksi alias minus 2,19%.
Selain ekonomi yang membaik, tahun ini juga ada peningkatan jumlah perusahaan yang mampu membayar Tunjangan Hari Raya (THR) serta cairnya THR untuk ASN, TNI-Polri dan pensiunan. Hal ini tentunya dapat mendorong daya beli dan konsumsi masyarakat jelang lebaran.
"Biasanya uang ini akan mengalir ke daerah tujuan mudik, namun karena larangan mudik yang sangat ketat maka uang tersebut berpotensi akan beredar di Jakarta dan sekitarnya," ujar Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang, Sabtu (8/5/2021).
Menurut dia, warga Ibukota yang tidak mudik akan ramai mengunjungi mal, hotel, restoran, kafe, pusat hiburan/wisata seperti Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Kebun Binatang Ragunan, Monas, Kota Tua, Kepulauan Seribu, serta destinasi lainnya di kawasan Bodetabek. "Di sana akan terjadi transaksi ekonomi yang signifikan yang akan mengairahkan perekonomian Jakarta dan sekitarnya," ungkapnya.
Dia membeberkan, setiap tahun biasanya terdapat tujuh jutaan atau setara 2,5 juta keluarga warga Jabodetabek yang mudik ke kampung halaman dan mengalirkan uang ke daerah mencapai Rp10 triliun. Namun tahun ini, keluarga di kampung hanya menerima kiriman uang lebaran karena adanya larangan mudik.
"Untuk mengisi liburan Idul Fitri tahun ini warga Jabodetabek akan mengunjungi berbagai tempat santai bersama keluarga dan diperkirakan akan terjadi perputaran uang sebesar Rp1,25 triliun dengan asumsi per keluarga membelanjakan paling sedikit Rp500.000 selama liburan Idul Fitri 1442 H. Ini perkiraan perputaran uang paling rendah dan ada kemungkinan di atas itu," paparnya.
Dengan adanya perputaran tersebut, konsumsi rumah tangga bisa terkerek, demikian juga pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dan nasional. Data Bank Indonesia menyebut, peredaran uang dalam bentuk uang tunai selama masa Idul Fitri 1442 di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai Rp152,14 triliun, naik 39,33% dibanding tahun lalu sebesar Rp109,20 triliun.
Sarman berhitung, jika perputaran uang tersebut terealiasi maka akan sangat efektif untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II/2021 yang dipatok di angka 7%.
Secara nasional, kondisi ekonomi juga mulai membaik. Meski ekonomi masih minus 0,74% pada kuartal I/2021, raihan ini membaik dibanding kuartal IV/2020 yang terkontraksi alias minus 2,19%.
Selain ekonomi yang membaik, tahun ini juga ada peningkatan jumlah perusahaan yang mampu membayar Tunjangan Hari Raya (THR) serta cairnya THR untuk ASN, TNI-Polri dan pensiunan. Hal ini tentunya dapat mendorong daya beli dan konsumsi masyarakat jelang lebaran.
"Biasanya uang ini akan mengalir ke daerah tujuan mudik, namun karena larangan mudik yang sangat ketat maka uang tersebut berpotensi akan beredar di Jakarta dan sekitarnya," ujar Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang, Sabtu (8/5/2021).
Menurut dia, warga Ibukota yang tidak mudik akan ramai mengunjungi mal, hotel, restoran, kafe, pusat hiburan/wisata seperti Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Kebun Binatang Ragunan, Monas, Kota Tua, Kepulauan Seribu, serta destinasi lainnya di kawasan Bodetabek. "Di sana akan terjadi transaksi ekonomi yang signifikan yang akan mengairahkan perekonomian Jakarta dan sekitarnya," ungkapnya.
Dia membeberkan, setiap tahun biasanya terdapat tujuh jutaan atau setara 2,5 juta keluarga warga Jabodetabek yang mudik ke kampung halaman dan mengalirkan uang ke daerah mencapai Rp10 triliun. Namun tahun ini, keluarga di kampung hanya menerima kiriman uang lebaran karena adanya larangan mudik.
"Untuk mengisi liburan Idul Fitri tahun ini warga Jabodetabek akan mengunjungi berbagai tempat santai bersama keluarga dan diperkirakan akan terjadi perputaran uang sebesar Rp1,25 triliun dengan asumsi per keluarga membelanjakan paling sedikit Rp500.000 selama liburan Idul Fitri 1442 H. Ini perkiraan perputaran uang paling rendah dan ada kemungkinan di atas itu," paparnya.
Dengan adanya perputaran tersebut, konsumsi rumah tangga bisa terkerek, demikian juga pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dan nasional. Data Bank Indonesia menyebut, peredaran uang dalam bentuk uang tunai selama masa Idul Fitri 1442 di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai Rp152,14 triliun, naik 39,33% dibanding tahun lalu sebesar Rp109,20 triliun.
Sarman berhitung, jika perputaran uang tersebut terealiasi maka akan sangat efektif untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II/2021 yang dipatok di angka 7%.
(ind)