Habib Jindan: Kepergian Ramadhan Harus Kita Tangisi

Jum'at, 14 Mei 2021 - 05:00 WIB
loading...
Habib Jindan: Kepergian Ramadhan Harus Kita Tangisi
Orang bahagia adalah mereka yang mendapat ampunan setelah Ramadhan pergi. Foto/Ist
A A A
Ramadhan baru saja meninggalkan kita. Bagi orang beriman tentu sangat sedih karena kehilangan banyak keberkahan dan pahala lipat ganda yang tidak didapat di bulan lain.

"Kepergian Ramadhan harus ditangisi. Dikatakan barang siapa yang belum diampuni baginya di bulan Ramadhan, maka tidaklah diampuni baginya pada selain bulan Ramadhan," kata Pengasuh Yasasan Al-Fachriyah Al-Habib Jindan bin Novel Salim Jindan dilansir dari Al-Fachriyah.



Habib Jindan mengajak kita muhasabah. Berapa banyak di antara orang yang mendapatkan peneriman yang baik (qobul) dan pengampunan di bulan suci Ramadhan? Berapa banyak diantara orang yang mendapatkan penyesalan dan kerugian dibulan Ramadhan? Berapa banyak orang yang mendirikan sholat malam, hanya mendapat tidak tidur malam saja. Dan berapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapati lapar dan dahaga saja.

Dahulu Salafuna Shalihin, mereka sangat meginginkan diterimanya amal kebaikan setelah menunaikannya. Berkata Abdul Aziz bin Abi Rowad: "Aku mendapati mereka (para salafussalih) itu bersungguh-sungguh di dalam mengerjakan amal soleh, ketika mereka mengerjakannya kemudian kebingungan menimpa kepada mereka, apakah diterima atau tidak amal-amal mereka?

وعن عائشة رضى الله عنها قالت : (سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن هذه الآية: ﴿ والّذين يؤتون مآ ءاتوا وقلوبهم وجلة ﴾. هم الّذين يشربون الخمر ويسرقون؟ قال : لآ، يا ابنة الصديق. ولكنهم الّذين يصومون ويصلّون ويتصدّقون وهم يخافون ألا يقبل منهم. أولئك الّذين يسارعون في الخيرات) رواهالترمذيّ وابن ماجه.

Dan dari Sayyidatina Aisyah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dari itu ayat: (Dan orang-orang yang menginfakan sesuatu yang telah diberikan (Allah) kepada mereka, dan hati mereka takut). Apakah mereka itu adalah orang-orang yang minum minuman keras, Dan orang orang yang mencuri? Rasululllah menjawab: Bukan wahai putri Abu Bakar Siddiq, akan tetapi mereka itu orang-orang yang berpuasa dan mereka orang yang menunaikan sholat. Dan mereka itu adalah orang yang bersedekah dan mereka orang-orang yang takut kepada Allah sekiranya tidak diterimanya amal perbuatan mereka. Mereka itu orang-orang yang bergegas dalam menunaikan kebaikan". (Diriwayatkan Imam Turmudzi dan Ibnu Majah)

Allah Maha Menerima Tobat
Sesungguhnya Allah Zzat yang menerima taubat dan menerima taubat dari orang yang bertaubat kepadaNya. Dia adalah dzat yang memaafkan dari perkara dosa yang telah lalu dari seorang hambaNya. Dan Dia tidak membesar-besarkan dosa seorang hambaNya sehingga Dia mengampuninya. Dan Allah mengababulkan permintaan dari orang-orang yang meminta. Dan Allah mendengar rintihan orang-orang yang berdosa. Maka sehendaknya bagi seorang hamba agar selalu bersimpuh (merengek) hanya kepada Allah dengan doa dan istigfar.

Maka sesungguhnya istighfar itu penyempurna dari semua amal, penyempurna dalam sholat dalm doa, dalam Qiyamullail (shoalat malam), dan dengan istighfar pula menjadi penyempurna pada pengujung majelis.
Dan di bulan Ramadhan banyak sebab pengampunan dosa. Sebagian dari sebab sebabnya pengampunan itu: puasa di bulan Ramadhan, menunaikan sholat pada malamnya, dan mengidupkan pada malam Lailatul Qodar.

Berkata Ibnu Almundzir di dalam menghidupkan malam Lailatur Qodar: "Sesungguhnya dia mengharapkan dengannya pengampunan atas dosa-dosa besar ataupun dosa-dosa kecil. Dan jumhur ulama berpendapat bahwasanya dosa-dosa besar itu mesti dengan taubat nasuha (sebenar-benarnya taubat)."

Dan dari sebagian sebab-sebabnya pengampunan di bulan Ramadhan: memberikan makanan kepada orang yang berbuka puasa dan memberikan keringanan kepada hamba sahaya, sebagaimana yang telah dikatakan Salman dalam hadis marfu’.

Dari sebagian sebab-sebab pengampunan itu adalah berzikir kepada Allah.Di dalam hadis Marfu diriwayatkan: orang yang berdzikir kepada Allah di bulan Ramadhan itu pengampunan baginya.

Abu Hurairah meriwayatkan di dalam keutamaan bulan Ramadhan: "Dan diampuni pada bulan Ramadhan kecuali orang yang tak mau. Para sahabat yang lain bertanya kepadanya: "Wahai Abu Hurairah siapa orang yang tak mau itu?" Lalu Abu Hurairah menjawab: "Dia itu adalah orang yang enggan beristighfar kepada Allah".

Demikian nasihat Habib Jindan yang patut kita jadikan pelajaran berharga. Semoga Allah memberi kita taufik-Nya agar tetap bersemangat menjalankan ibadah.

Wallahu A'lam

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1708 seconds (0.1#10.140)