Mau Beli Rumah? Petakan Dulu Kawasan yang Harganya Turun dan Suplai Naik

Selasa, 29 Juni 2021 - 20:43 WIB
loading...
A A A
Baca juga:Mengenal Fahd bin Turki Al Saud, Pangeran Saudi yang Coba Kudeta Raja Salman

Meski RIPMI-H secara nasional turun secara kuartalan pada awal tahun ini, sejumlah provinsi masih menunjukkan kenaikan kuartalan seperti Banten (1,62%), Jawa Tengah (1,37%), dan Jawa Barat (0,49%). Ada tiga kota yang cukup resisten di saat indeks harga properti nasional turun secara kuartalan. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini terutama disebabkan oleh naiknya harga untuk tipe rumah tapak.

Kabupaten Tangerang mengalami kenaikan indeks harga sebesar 7,3% (quarter-on-quarter) pada kuartal pertama 2021. Kenaikan disebabkan oleh naiknya harga rumah tapak sebesar 7,89% (quarter-on-quarter). Sementara itu, harga apartemen turun sebesar 3,04% (quarter-on-quarter).

Kenaikan indeks harga yang cukup tinggi juga terjadi di Kota Depok, yakni sebesar 5,20% (quarter-on-quarter). Harga rumah tapak di Depok meningkat sebesar 5,76% (quarter-on-quarter) sementara harga apartemen turun 2,42% (quarter-on-quarter).

Tren yang sama juga terjadi di Semarang, Jawa Tengah. Indeks harga properti di Semarang mengalami kenaikan sebesar 1,44% (quarter-on-quarter). Kenaikan ini didorong oleh kenaikan rumah tapak sebesar 2,52% (quarter-on-quarter) sedangkan harga apartemen turun sebesar 0,6% (quarter-on-quarter).

Wilayah-wilayah di DKI Jakarta justru mengalami penurunan secara merata di kisaran 0,44% per kuartal. Wilayah dengan penurunan harga terbesar adalah Jakarta Pusat, yang turun sebesar 1,52% (quarter-on-quarter) pada kuartal pertama 2021. Sementara itu, Jakarta Selatan turun sebesar 1,19% (quarter-on-quarter). Turunnya harga di kedua wilayah Jakarta ini terjadi baik di segmen rumah tapak maupun apartemen.

Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan merupakan kawasan properti kelas atas. Kedua wilayah ini memiliki harga per meter persegi yang tertinggi di antara wilayah Jakarta lainnya. Penurunan harga di kedua wilayah ini masih terbilang wajar karena permintaan untuk harga di kisaran ini memang sedang rendah.

Marine menjelaskan bahwa untuk wilayah Jakarta terjadi ketidaksesuaian antara anggaran dan preferensi. Harga properti yang tinggi di wilayah Jakarta tidak mampu dicapai oleh kebanyakan pencari properti hunian saat ini. Data Rumah.com menunjukkan permintaan properti hunian terbanyak masih berasal dari kisaran harga Rp300 Juta-Rp1,5 miliar. Sementara harga properti hunian di Jakarta saat ini dimulai dari Rp2,2 miliar ke atas.

“Jika dilihat, kisaran harga yang dicari masih belum sesuai dengan lokasi yang diinginkan. Mayoritas pencarian hunian di Jabodetabek menginginkan lokasi di DKI Jakarta, namun mayoritas pencarian berdasarkan harga maksimal hanya Rp1 miliar. Sementara kita tahu, terutama jika berbicara rumah tapak, konsumen harus menyediakan dana setidaknya Rp2,5 miliar untuk bisa memiliki rumah tapak di kawasan Jakarta,” kata Marine.

Baca juga:Megawati Heran Ada yang Tidak Suka dengan Pancasila
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1453 seconds (0.1#10.140)