RI negara pengimpor kedelai terbesar se-ASEAN

Rabu, 11 Juli 2012 - 09:27 WIB
RI negara pengimpor kedelai terbesar se-ASEAN
RI negara pengimpor kedelai terbesar se-ASEAN
A A A
Sindonews.com - Indonesia saat ini menjadi negara pengimpor kedelai terbesar di Asia Tenggara. Sebanyak 80 persen kedelai yang diimpor, yakni mencapai jutaan ton per tahun digunakan sebagai bahan baku produk tahu dan tempe.

Itu terungkap dalam seminar "Pencitraan dan Pengembangan Produk Pangan Berbasis Kedelai" yang digelar di Balairung Universtitas Kristen Satya Wacana Salatiga, kemarin. Seminar tersebut menghadirkan empat orang pembicara, yakni Amita Buissink Owner Margaret River Tempeh Australia, John Lindblom Regional Director South East Asia ASA, Sujarwanto Dwiatmoko Kepala Dinas Koperasi Jawa Tengah dan Made Astawan Pakar Biokimia Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Forum Tempe Indonesia (FTI).

Made Astawan mengatakan, saat ini di Indonesia terdapat 32.171 usaha kecil menengah (UKM) usaha tempe. Jumlah unit usaha tempe sebanyak itu, per tahun membutuhkan kedelai sebanyak 1,8 juta ton. Adapun produksi tahu dan tempe yang dihasilnya sebanyak 2,4 juta ton per tahun.

"UMK tahu dan tempe ini ternyata mampu menyerap sebanyak 83.352 tenaga kerja. Ini harus dikembangkan karena UMK ini memiliki peluang yang sangat besar," katanya.

Dia menjelaskan, dari hasil studi IPB pada 2004 silam menyebutkan, bahwa 95 persen pengolahan tahu dan tempe dilakukan secara tradisional dan dalam kondisi tidak higienis. Dalam proses pengolahan tidak ada sistem pengelolan limbah dan rendahnya kualitas air yang digunakan.

Made mengungkapkan, pembuatan tempe di Indonesia sudah ada standarisasinya. Namun sejauh ini masih banyak perajin yang belum mengetahuinya. Karena itu, FTI akan mensosialisasikan standarisasi pembuatan tempe dan melakukan pembinaan kepada para perajin.

"Akan melakukan pembinaan dan sosialisasi standarisasi pembuatan tempe dan cara memproduksi tempe yang higienis. Kami juga akana melakukan sosialisasi kepada konsumen (masyarakat) bahwa tempe adalah makanan sehat," ujarnya.

"Karena itu, FTI mempunyai dua peran yaitu membina dan mensosialisasikan bagaimana memproduksi tempe yang higienis dan menggarap konsumen dengan sosialisasi bahwa tempe adalah makanan sehat," ungkap Made.

Sujarwanto Dwiatmoko mengungkapkan, guna menunjang produksi tahu dan tempe, harus dilakukan pemetaan lahan mana yang baik untuk penanaman kedelai tanpa menganggu penanaman tanaman pangan lainnya.

"Di Grobogan berhasil dikembangkan penanaman kedelai yang baik, yang diharapkan bisa dipraktekan didaerah lain. Lebih lanjut kami akan bekerjasama dengan Dinas Pertanian untuk memilih varietas kedelai yang sesuai dengan agroklimate masing-masing daerah," tandasnya.
(and)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6156 seconds (0.1#10.140)