Revolusi amfibi
A
A
A
Sindonews.com - Amfibi adalah istilah yang saya berikan untuk orang yang “hidup di dua alam” yaitu dunia profesional dan dunia usaha (entrepreneur). Sebagai profesional ia bekerja di perusahaan besar dan mapan, tetapi di samping itu ia juga nyambi berbisnis pribadi.
Bisnisnya bisa macam-macam, misalnya buka warung padang, jadi motivator atau pembicara publik, konsultan media sosial (web developer, social media agency, SEO, dll), punya online shop, atau membeli franchise minimarket.
Di era Consumer 3000 (#c3000, era revolusi kelas menengah Indonesia) saya meramalkan Indonesia akan mengalami “revolusi amfibi” alias membengkaknya jumlah kelas menengah yang masuk dan menekuni peran ganda sebagai profesional dan wirausaha.
Perlu diingat bahwa kelas menengah Indonesia memiliki dua dimensi strategis bagi perekonomian, yaitu sebagai konsumen (saya sebut Consumer 3000) dan sebagai produsen (saya sebut Entrepreneur 3000). Mereka adalah kelompok masyarakat yang memiliki disposable income (uang berlebih di luar untuk kebutuhan sehari-hari) yang cukup.
Dan karena mereka knowledgeable uang berlebih itu dimainkan dalam berbagai bentuk investasi. Salah satu bentuk investasi itu adalah dengan cara berbisnis langsung atau nyemplungmenjadi wirausaha. Amfibi menjadi pilihan yang menarik bagi mereka, karena gaji sebagai profesional bisa menjadi sarana untuk “jaga-jaga” kalau bisnis sampingannya kurang berhasil.
Jadi, amfibi adalah mekanisme untuk mengurangi risiko, agar periuk nasi di rumah tetap mengepul. Begitu usaha sampingan menuai hasil dan kebutuhan keluarga sudah “teramankan”, maka biasanya mereka mulai ancang- ancang “shifting quadrant” untuk menjadi “full entrepreneur”.
Berikut ini adalah beberapa argumentasi saya mengenai kenapa Indonesia akan mengalami revolusi amfibi dalam beberapa tahun ke depan.
Era jutaan peluang
Para profesional akan ngiler melihat peluang-peluang bisnis bertebaran di bumi Indonesia sebagai dampak kemunculan kelas menengah yang memiliki konsumsi dan daya beli tinggi. Mereka mulai berpikir now or never: “Kalau nggak sekarang ditangkap pe-luang itu, terus kapan lagi!” Saya sering mengatakan bahwa era Consumer 3000 adalah era jutaan peluang.
Ya, karena berbisnis dan membangun start-up di Indonesia begitu prospektif karena adanya pasar yang begitu besar. Hampir semua bisnis di negeri ini boom.Lihat misalnya, hotel yang terus menjamur di Bandung; industri kreatif di Bali atau Yogyakarta yang meledak; Mobil/ motor mencapai rekor penjualan tahun lalu; atau franchise boom luar biasa. Jutaan peluang ini akan “menggoda” para profesional untuk menjadi amfibi.
Entrepreneur is cool
Saya melihat sebuah perkembangan sosial positif terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir, yaitu makin keren dan cool-nya pro-fesi sebagai wirausahawan. Dulu waktu saya masih kecil di kampung saya di Jawa Tengah, profesi keren dan terhormat di masyarakat adalah dokter, insinyur,pegawai negeri,pegawai bank, atau karyawan BUMN besar seperti Pertamina atau Telkom. Profesi pedagang masuk urutan buncit dan hanya dilirik kalangan tertentu.
Kini, menjadi wirausahawan memiliki gengsi sosial yang tinggi, tak hanya karena umumnya mereka ber-duit, tetapi juga karena di mata masyarakat profesi ini makin naik kelas, memiliki “kasta” teratas.Para bintang sinetron, artis penyanyi, atau selebriti gosip misalnya, bermimpi punya suami wirausahawan. Kayaknya makin jarang mereka yang bermimpi bersuami pegawai negeri (upss!?!). Saya mengamati sebuah tren bahwa entrepreneurhip becomes lifestyle! Semua orang bermimpi menjadi wirausahawan.
Financial freedom is my dream
Saya meramalkan, pendorong terbesar meledaknya amfibi di Indonesia adalah adanya dorongan yang luar biasa dari kelas menengah Indonesia untuk mencapai kebebasan finansial (financial freedom). Saya telah melakukan riset mengenai konsumen kelas menengah di Indonesia, dan menemukan bahwa financial freedom merupakan salah satu mimpi terbesar mereka dalam hidup.
Ini tak mengherankan kalau kita melihat seminar-seminar dari para motivator yang menawarkan iming-iming kebebasan finansial selalu membeludak. Untuk mencapai kebebasan finansial jalur wirausahawan lebih diminati ketimbang profesional, karena walaupun risk-nya besar,tapi return-nya juga besar untuk bekal pensiun di hari tua. Kelas menengah mulai berpikir, sewaktu muda dan produktif berani terjang risiko dengan merintismenjadiwirausahawan, begitu tua dan tak produktif lagi tinggal menuai hasil.
Time flexibility is everything
Bagi kalangan ibu-ibu (saya sebut Woman 3000) pilihan menjadi amfibi sebagai persiapan untuk menjadi full entrepreneur menjadi sangat menarik karena waktu menjadi aset paling berharga bagi mereka. Riset saya menemukan, kalau bapak-bapak kelas menengah memiliki mimpi financial freedom, maka ibuibu kelas menengah memiliki mimpi time freedom alias memiliki banyak waktu luang untuk mengurus rumah tangga dan anak.
Nah, karena alasan ini, saya melihat kini banyak ibuibu kantoran yang mulai merintis online shop sebagai usaha sampingan. Kita tahu usaha online shop ini bisa diurus secara fleksibel di mana pun dan kapan pun, baik selama ngantor maupun malam hari setelah balik dari kantor. Tujuan akhir mereka adalah, setelah usaha online shop ini maju, mereka berhenti bekerja dan mulai bekerja di rumah mengelola bisnis sambil mengurus anak. They want quality time with their family.
The rise of online shop
Jumat (13/7) lalu, saya diminta menjadi moderator di ajang Online Shopping Fair 2012di Epicentrum Walk yang menghadirkan jagoan online shop Tanah Air seperti Tokobagus. com, Tokopedia, Bhineka. com, Multiply, dan Saqinah. com.Ada satu hal menarik dari ungkapan teman saya Andi S Boediman, pemrakarsa event tersebut. Kata Andi, onlineshop di Indonesia kini telah menemukan critical mass-nya dan bakal tumbuh luar biasa 2- 3 tahun ke depan.
Dari sisi awareness, perilaku online buying konsumen, onlinepayment system,hingga manajemen logistik (fulfilment), Indonesia sudah siap. Tak mengherankan jika jumlah startup online shop ini melonjak luar biasa setahun terakhir ini. Revolusi online shop ini bakal membuat ngiler para profesional kita untuk coba-coba keberuntungan dengan merintis online shop yang dikelola di sela-sela jam kantor. Ayo siapa yang mau nyemplungjadi amfibi!!!
YUSWOHADY
Pengamat Bisnis dan Pemasaran
Blog: www.yuswohady.com
Twitter: @yuswohady
Bisnisnya bisa macam-macam, misalnya buka warung padang, jadi motivator atau pembicara publik, konsultan media sosial (web developer, social media agency, SEO, dll), punya online shop, atau membeli franchise minimarket.
Di era Consumer 3000 (#c3000, era revolusi kelas menengah Indonesia) saya meramalkan Indonesia akan mengalami “revolusi amfibi” alias membengkaknya jumlah kelas menengah yang masuk dan menekuni peran ganda sebagai profesional dan wirausaha.
Perlu diingat bahwa kelas menengah Indonesia memiliki dua dimensi strategis bagi perekonomian, yaitu sebagai konsumen (saya sebut Consumer 3000) dan sebagai produsen (saya sebut Entrepreneur 3000). Mereka adalah kelompok masyarakat yang memiliki disposable income (uang berlebih di luar untuk kebutuhan sehari-hari) yang cukup.
Dan karena mereka knowledgeable uang berlebih itu dimainkan dalam berbagai bentuk investasi. Salah satu bentuk investasi itu adalah dengan cara berbisnis langsung atau nyemplungmenjadi wirausaha. Amfibi menjadi pilihan yang menarik bagi mereka, karena gaji sebagai profesional bisa menjadi sarana untuk “jaga-jaga” kalau bisnis sampingannya kurang berhasil.
Jadi, amfibi adalah mekanisme untuk mengurangi risiko, agar periuk nasi di rumah tetap mengepul. Begitu usaha sampingan menuai hasil dan kebutuhan keluarga sudah “teramankan”, maka biasanya mereka mulai ancang- ancang “shifting quadrant” untuk menjadi “full entrepreneur”.
Berikut ini adalah beberapa argumentasi saya mengenai kenapa Indonesia akan mengalami revolusi amfibi dalam beberapa tahun ke depan.
Era jutaan peluang
Para profesional akan ngiler melihat peluang-peluang bisnis bertebaran di bumi Indonesia sebagai dampak kemunculan kelas menengah yang memiliki konsumsi dan daya beli tinggi. Mereka mulai berpikir now or never: “Kalau nggak sekarang ditangkap pe-luang itu, terus kapan lagi!” Saya sering mengatakan bahwa era Consumer 3000 adalah era jutaan peluang.
Ya, karena berbisnis dan membangun start-up di Indonesia begitu prospektif karena adanya pasar yang begitu besar. Hampir semua bisnis di negeri ini boom.Lihat misalnya, hotel yang terus menjamur di Bandung; industri kreatif di Bali atau Yogyakarta yang meledak; Mobil/ motor mencapai rekor penjualan tahun lalu; atau franchise boom luar biasa. Jutaan peluang ini akan “menggoda” para profesional untuk menjadi amfibi.
Entrepreneur is cool
Saya melihat sebuah perkembangan sosial positif terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir, yaitu makin keren dan cool-nya pro-fesi sebagai wirausahawan. Dulu waktu saya masih kecil di kampung saya di Jawa Tengah, profesi keren dan terhormat di masyarakat adalah dokter, insinyur,pegawai negeri,pegawai bank, atau karyawan BUMN besar seperti Pertamina atau Telkom. Profesi pedagang masuk urutan buncit dan hanya dilirik kalangan tertentu.
Kini, menjadi wirausahawan memiliki gengsi sosial yang tinggi, tak hanya karena umumnya mereka ber-duit, tetapi juga karena di mata masyarakat profesi ini makin naik kelas, memiliki “kasta” teratas.Para bintang sinetron, artis penyanyi, atau selebriti gosip misalnya, bermimpi punya suami wirausahawan. Kayaknya makin jarang mereka yang bermimpi bersuami pegawai negeri (upss!?!). Saya mengamati sebuah tren bahwa entrepreneurhip becomes lifestyle! Semua orang bermimpi menjadi wirausahawan.
Financial freedom is my dream
Saya meramalkan, pendorong terbesar meledaknya amfibi di Indonesia adalah adanya dorongan yang luar biasa dari kelas menengah Indonesia untuk mencapai kebebasan finansial (financial freedom). Saya telah melakukan riset mengenai konsumen kelas menengah di Indonesia, dan menemukan bahwa financial freedom merupakan salah satu mimpi terbesar mereka dalam hidup.
Ini tak mengherankan kalau kita melihat seminar-seminar dari para motivator yang menawarkan iming-iming kebebasan finansial selalu membeludak. Untuk mencapai kebebasan finansial jalur wirausahawan lebih diminati ketimbang profesional, karena walaupun risk-nya besar,tapi return-nya juga besar untuk bekal pensiun di hari tua. Kelas menengah mulai berpikir, sewaktu muda dan produktif berani terjang risiko dengan merintismenjadiwirausahawan, begitu tua dan tak produktif lagi tinggal menuai hasil.
Time flexibility is everything
Bagi kalangan ibu-ibu (saya sebut Woman 3000) pilihan menjadi amfibi sebagai persiapan untuk menjadi full entrepreneur menjadi sangat menarik karena waktu menjadi aset paling berharga bagi mereka. Riset saya menemukan, kalau bapak-bapak kelas menengah memiliki mimpi financial freedom, maka ibuibu kelas menengah memiliki mimpi time freedom alias memiliki banyak waktu luang untuk mengurus rumah tangga dan anak.
Nah, karena alasan ini, saya melihat kini banyak ibuibu kantoran yang mulai merintis online shop sebagai usaha sampingan. Kita tahu usaha online shop ini bisa diurus secara fleksibel di mana pun dan kapan pun, baik selama ngantor maupun malam hari setelah balik dari kantor. Tujuan akhir mereka adalah, setelah usaha online shop ini maju, mereka berhenti bekerja dan mulai bekerja di rumah mengelola bisnis sambil mengurus anak. They want quality time with their family.
The rise of online shop
Jumat (13/7) lalu, saya diminta menjadi moderator di ajang Online Shopping Fair 2012di Epicentrum Walk yang menghadirkan jagoan online shop Tanah Air seperti Tokobagus. com, Tokopedia, Bhineka. com, Multiply, dan Saqinah. com.Ada satu hal menarik dari ungkapan teman saya Andi S Boediman, pemrakarsa event tersebut. Kata Andi, onlineshop di Indonesia kini telah menemukan critical mass-nya dan bakal tumbuh luar biasa 2- 3 tahun ke depan.
Dari sisi awareness, perilaku online buying konsumen, onlinepayment system,hingga manajemen logistik (fulfilment), Indonesia sudah siap. Tak mengherankan jika jumlah startup online shop ini melonjak luar biasa setahun terakhir ini. Revolusi online shop ini bakal membuat ngiler para profesional kita untuk coba-coba keberuntungan dengan merintis online shop yang dikelola di sela-sela jam kantor. Ayo siapa yang mau nyemplungjadi amfibi!!!
YUSWOHADY
Pengamat Bisnis dan Pemasaran
Blog: www.yuswohady.com
Twitter: @yuswohady
(gpr)