Omzet melimpah dari bisnis Akikah

Minggu, 07 Oktober 2012 - 11:36 WIB
Omzet melimpah dari bisnis Akikah
Omzet melimpah dari bisnis Akikah
A A A
Sindonews.com - Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah muslim. Salah satu ajaran yang disunahkan kepada umat muslim adalah melakukan akikah. Menurut bahasa, “akikah” berarti memutus atau memotong, sedangkan berdasarkan istilah syar’i akikah adalah menyembelih kambing untuk anak yang baru dilahirkan.

Berdasarkan data pemerintah, setiap tahun di Indonesia lahir 4,5 juta bayi. Ada kecenderungan, sebagian besar masyarakat yang hendak melakukan akikah tidak mau repot. Artinya mengajak pihak ketiga membantu proses memotong kambing atau domba dan sekaligus memasaknya. Hal ini menjadi satu peluang usaha untuk berbisnis akikah. Peluang bisnis inilah yang selanjutnya diseriusi oleh Teguh Arif Hidayat.

Pada 2007 silam dia memulai bisnis akikah As Shidiq. Awalnya dia hendak mencari kambing atau domba untuk akikah anak pertamanya. Tapi, dia kesulitan mencari lembaga profesional yang bisa membantu menyediakan kambing atau domba untuk akikah. “Saking sulitnya, saya baru mendapatkan di wilayah Priuk, Jakarta Utara,” ungkap dia.

Dari situlah akhirnya bapak dua anak ini mulai berpikir untuk memulai usaha layanan akikah secara profesional. Dengan modal tabungan Rp750.000, Teguh memberanikan diri membeli beberapa perlengkapan memasak seperti kompor dan penggorengan. Kambing atau domba baru dibeli setelah ada pesanan.

Di awal memulai usaha, dia melakukan strategi pemasaran dengan mencetak brosur tentang keberadaan usahanya serta menyebarkan ke sejumlah tempat strategis. Salah satunya dititipkan di apotek. Selain itu dengan memberikan informasi langsung kepada rekan kerja, tetangga, dan saudara. Selain itu, As Shidiq juga memberi kesempatan kepada masyarakat melakukan pembelian hewan untuk akikah dengan cara mencicil.

Hal ini untuk mempermudah masyarakat yang ingin akikah, namun memiliki dana terbatas. Nilai angsurannya disesuaikan harga hewan akikah dan perkiraan tanggal kelahiran anak. Hasilnya cukup positif.Pada bulan pertama ada tujuh konsumen yang memesan hewan akikah kepada Teguh.Bulan kedua 12ekor dan bulan ketiga 20 ekor. Perkembangan usaha yang cukup baik itu membuat rekan kerja Teguh mau menyuntikkan dana sekitar Rp5 juta.

Sekaligus menunjuk pemasok kambing atau domba dari sejumlah daerah. Setelah itu usaha yang dijalankan Teguh semakin berkembang. Dia bahkan sudah bisa membeli lahan untuk membangun rumah dan 3 x 5 meter di antaranya untuk membangun kandang kambing atau domba serta dapur. Lokasinya di belakang rumah di Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, sehingga proses pemotongan hingga memasak dilakukan di satu tempat. Kualitas dan jenis layanan pun ditingkatkan.

Di antaranya memberikan menu masakan variatif sesuai selera pemesan seperti gulai, semur, tongseng, dan kare. Hewan dapat dilihat dan dipilih langsung di tempat. Pemotongan dapat disaksikan langsung atau dilakukan sendiri. Selain itu bisa antar, dan potong gratis. “Ada bonus buku risalah akikah dan jika diperlukan dokumentasi pemotongan hewan,” ujarnya.

Teguh pun terus melakukan inovasi dalam memasarkan layanan akikahnya. Kali ini melalui dunia maya dengan membuat website bernama aqiqahmurah.com.

Di website tersebut, dia menginformasikan mengenai tipe dan harga kambing atau domba yang dijual. Sekaligus berbagai informasi terkait dengan berbagai hal tentang akikah yang bisa menjadi edukasi bagi calon konsumen. Namun, dia mengaku penjualan lewat online hanya melengkapi strategi pemasaran yang selama ini dilakukan.

Tidak heran kalau saat ini hampir 90 persen pembelian hewan ke As Shidiq melalui rekomendasi konsumen sebelumnya. Itu tidak terlepas dari konsep one solution yang diterapkan,harga murah, serta menjaga kepercayaan konsumen dengan memberikan pelayanan terbaik. Saat ini Teguh bisa menjual hewan akikah sekitar 750 ekor per bulan dengan omzet rata-rata Rp750 juta.

Keuntungan kotor yang bisa diraih per ekor sekitar 20-30 persen, dari harga Rp600.000 hingga Rp1 juta. “Kami main di kalangan menengah ke bawah, sekalian edukasi bahwa akikah murah itu bisa. Selama ini persepsinya akikah mahal, padahal tidak. Bahkan dulu saya jual Rp400.000 per ekor dan tetap sesuai syar’i umurnya cukup dan sehat,” kata dia.

Seiring dengan perkembangan permintaan dari konsumen, lelaki yang hobi membaca ini tidak lagi hanya menjual hewan akikah. Dia kini melebarkan sayap bisnisnya ke usaha katering dan resto. Dia menilai bisnis katering masih terkait dengan usaha sebelumnya sehingga konsumen bisa sekalian memesan makanan untuk disajikan kepada undangan yang hadir pada acara akikah.

Sedangkan usaha resto baru dibuka beberapa bulan lalu di Jalan Ciledug Raya,Petukangan Selatan.Menu yang dijadikan andalan adalah sate kambing dan domba. Meski sekilas menu yang ditawarkan terlihat sama,Teguh mengklaim citra rasa restonya berbeda dari tempat lain. Antara lain sate kambing rasa barbeque, saos padang,dan lada hitam.

Saat ini suami dari Nurlela itu tengah berupaya memperbesar bisnisnya dengan membuat sistem yang memungkinkan terciptanya kemitraan lewat cara memasukkan modal.

“Franchise bukanlah konsep yang kami pilih. Kita membuat sistem kemitraan dengan join pendanaan. Jadi tetap kita kelola. Orang mau ikutan silakan saja dengan sistem bagi hasil,” tuturnya.

Sempat ditentang orang tua

Orang tua mana yang senang jika anaknya yang disekolahkan hingga lulus perguruan tinggi lebih memilih menjadi penjual kambing dibandingkan bekerja di perusahaan sekelas Nokia.

Hal itulah yang sempat menjadi ganjalan hati Teguh ketika memutuskan mengundurkan diri dari tempat kerjanya dan lebih fokus menjual kambing akikah. Pilihan itu diambilnya pada 2008.

Saat itu Teguh sudah dalam posisi harus memilih apakah akan fokus membesarkan perusahaan orang lain atau usaha yang dirintisnya sendiri. Apalagi pada saat itu permintaan kambing akikah sudah cukup banyak dan membutuhkan perhatian lebih agar bisa terus berkembang.

“Tidak enak juga jika harus sering terlambat masuk kantor. Apalagi, tanda tangan saya diperlukan untuk mengambil suku cadang,”kata dia. Tidak lama setelah keputusan itu diambil, orang tua sempat mempertanyakan alasannya. Maklumlah, untuk menyekolahkan hingga lulus sebagai sarjana ekonomi di Universitas Budi Luhur, kedua orang tuanya harus membanting tulang.

Yakin dengan pilihannya,Teguh memutuskan terus melakukan usahanya. Kini sudah bisa memberikan bukti kepada orang tua dengan memberangkatkan kedua orang tua menunaikan ibadah haji dan membantu adik kuliah. Omzet bulanan usahanya juga sudah mencapai Rp750 juta dan melebarkan sayap ke usaha katering serta resto.

Seiring dengan peningkatan usaha, pegawai yang bekerja di tempatnya pun terus bertambah. Pada saat ini Teguh sudah mempekerjakan 25 pegawai. Sebagian besar merupakan tenaga kerja yang minim keahlian, bahkan beberapa di antaranya buta aksara.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3399 seconds (0.1#10.140)