BUMN Diminta Tak Terus Kangkangi Impor Gula Konsumsi

Kamis, 10 Maret 2022 - 16:36 WIB
loading...
BUMN Diminta Tak Terus...
Pemerintah diminta untuk melibatkan swasta dalam impor gula konsumsi. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Demi memenuhi permintaan dan menjaga harga, pemerintah perlu meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam impor gula . Makanya, pemerintah perlu merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 14 Tahun 2020 untuk memberi izin impor gula kristal putih kepada swasta.



"Bukan hanya ke badan usaha milik negara (BUMN) saja, namun juga ke sektor swasta," kata Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta, Kamis (10/3/2022).

Dalam permendag tadi ketentuan impor gula memuat tiga klasifikasi, yaitu gula mentah untuk pabrik gula, gula rafinasi untuk industri makanan dan minuman, dan gula kristal putih untuk konsumsi masyarakat sehari-hari.

Indonesia hanya mengizinkan sektor swasta untuk ikut serta dalam impor gula mentah dan rafinasi untuk keperluan pabrik gula dalam negeri dan industri. Sementara hak impor gula kristal putih diberikan kepada BUMN.

Menurut penelitian CIPS, swasta lebih tanggap terhadap dinamika pasar gula, baik domestik maupun internasional, sehingga dapat membuat keputusan impor yang sesuai dan lebih efisien dengan kondisi ketersediaan gula di Indonesia.



"Selain meningkatkan peran swasta dalam impor gula, penelitian juga merekomendasikan agar pemerintah meningkatkan kepesertaan pelaku usaha, asosiasi industri dan produsen dalam proses perumusan kebijakan yang berkaitan dengan impor gula," kata Felippa.

Lanjut Felippa, pemerintah mengalokasikan impor gula mentah untuk bahan baku gula rafinasi dan konsumsi pada 2022 sebanyak 4,37 juta ton. Rinciannya, alokasi impor gula mentah untuk gula kristal rafinasi (GKR) sebanyak 3,48 juta ton dan untuk gula kristal putih (GKP) atau konsumsi sebanyak 891.627 ton.

Pada 2021, impor gula mentah dialokasikan sebanyak 3,78 juta ton, terdiri dari 3,1 juta ton untuk bahan baku GKR dan 680.000 untuk GKP.

Disebut Felippa, harga rata-rata gula sebesar Rp14.100 per kg sudah berlangsung sejak awal Januari lalu. Harga ini juga sudah melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah di angka Rp13.500 per kilogram.

HET di tingkat konsumen sesungguhnya tidak diperlukan mengingat ongkos produksi yang dikeluarkan petani sudah cukup tinggi dan melebihi jumlah HET itu sendiri.



“Efektivitas kebijakan impor gula dapat selalu ditingkatkan untuk memastikan bahwa impor yang dilakukan pada waktu yang tepat sehingga berdampak pada harga pasar dan tidak melukai petani tebu,” tambahnya.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2355 seconds (0.1#10.140)